04. Tentang Pilihan
*****
Hidup itu pilihan. Dan setiap pilihan selalu ada resiko.
*****
Stela memandang lelah ke arah Zeline yang terus murung dan tak mau berbicara. Stela mendengar semuanya. Termasuk Keano yang berpacaran dengan Alysa. Calon saudara tiri Zeline. "Gue doain bisu nyaho lo!"
Zeline hanya meliriknya sekilas lalu kembali melamun. Stela menghela napasnya panjang. "Segalau itu saat lo tau kalo Keano punya pacar yang lebih tepatnya lagi calon saudara tiri lo? Segalau itu? Nggak habis pikir gue sama lo," ujar Stela geleng-geleng kepala.
Zeline menoleh. "Coba deh lo jadi gue. Gue sedetik lihat Keano aja udah bisa langsung jatuh cinta. Tapi kalo untuk melupakan? Gue nggak bisa. Apalagi merelakan Keano dengan cewek itu."
Alay!
Stela berdehem pelan. "Lo terlalu pake perasaan!"
"Iya gue terlalu pake perasaan. Beda sama lo yang hanya jadiin Ansel sebagai pelampiasan."
Ni bocah sekalinya ngomong ngena banget dah.
"Serah lo deh. Gue nggak mau ikut urusan percintaan lo yang makin rumit itu," pasrah Stela. "Dan lagi. Jangan ubah otak lo yang udah goblok dari lahir itu makin goblok hanya karena cinta."
Zeline melirik Stela sinis. "Otak lo aja bobrok pake ngatain gue segala."
"Gue cuma ingetin," ucap Stela. "Oh ya kalo menurut gue nih ya, Keano pantes sih pilih Alysa daripada lo."
Zeline mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa gitu?"
"Secara Alysa itu cantik, pinter, baik dan penurut serta orangnya tidak memaksakan kehendak. Oh ya dari yang gue denger nih ya, Alysa itu di sekolahnya beberapa kali mewakili olimpiade dan beberapa kali juga menang. Kalo dibandingin sama lo kan jauh. Kalo lo itu, cantik sih iya tapi suka maksa dan suka nggak bersyukur sama apa yang lo miliki," jelas Stela panjang lebar dan dengan nada yang begitu menyebalkan.
Iya juga, batin Zeline membenarkan ucapan Stela.
"Sahabat laknat! Temennya susah bukannya dicariin solusi malah bikin tambah puyeng!"
"Gue bicara realita."
Zeline berdecak kesal. "Gue pengen nyerah tapi hati gue berkata lain, gimana dong?"
"Hidup itu pilihan dan setiap pilihan yang lo pilih selalu ada resikonya. Di dunia ini tempatnya masalah beda sama di surga."
*****
Zeline duduk di trotoar jalan sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang. Karena kali ini Zeline tidak membawa mobil jadi Zeline ingin menunggu angkutan umum. Lagi pula Zeline ingin sekali merasakan berdesak-desakan di angkutan umum. Zeline memang aneh.
"Gini nih kalo kagak pernah lihat orang cantik," ucap Zeline menatap sinis orang-orang yang menatapnya aneh.
Zeline kembali mengamati kendaraan yang berlalu lalang tanpa menghiraukan pandangan orang-orang. "Mbak!"
Zeline menoleh. "Apa?!" tanyanya dengan nada tidak suka.
"Mbak gelandangan?"
Zeline membulatkan matanya. "Mata lo gelandangan. Nggak lihat lo, gue pake seragam?!"
Gadis berhijab yang menanyai Zeline tadi tersentak kaget. "Maaf mbak saya nggak bermaksud begitu. S-saya kira mbak orang gila yang pakai seragam seperti itu. Kelihatan lusuh seperti belum dicuci mbak. Terus tadi mbak juga kayak orang gila, duduk di trotoar terus ngomel-ngomel nggak jelas. Persis mbak kayak orang gila," ujar gadis itu pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Dla nastolatków📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...