19. Cerita Hari Ini
*****
Cerita hari ini hanya akan menjadi kenangan. Entah itu besok atau selamanya.
*****
"Ini rumah siapa bang?" tanya Intan pada Jazztin. Saat ini keduanya sedang ada di rumah yang lumayan besar.
Jazztin tersenyum tipis. "Rumah kontrakan Jazztin Bun, kita nggak papa ya tinggal di sini?"
"Nggak papa Jazztin. Maafin bunda udah ngerepotin kamu, seharusnya kamu bisa seperti teman-teman kamu yang lain, bisa bebas kesana kemari tanpa mengurusi wanita berpenyakitan ini."
Jazztin memeluk tubuh rapuh Intan. "Bunda jangan ngomong gitu dong, emang dulu kan yang ngurusin Jazztin itu bunda jadi sekarang waktunya Jazztin yang ngurusin bunda. Jangan sedih lagi ya bunda Intan sayang?" kata Jazztin mencoba menenangkan sang bunda.
Intan mengangguk. Cepat atau lambat kamu akan tahu orang tua kamu Jazztin, bunda janji.
Jazztin nggak mau kehilangan bunda, Jazztin sayang sama bunda.
*****
Keesokan paginya.
Zeline duduk di kursinya dengan kepalanya yang mengintip pekerjaan Stela. Akhir-akhir ini nilai Stela sangat baik, jika Zeline tanya mengapa bisa seperti itu maka jawaban dari Stela hanya 'Gue ingin berubah demi masa depan dan anak gue.' Tidak heran sebenarnya.
"Stela lihat dong. Gue nggak paham sumpah," gumam Zeline pelan takut-takut guru di depan akan mendengar suaranya.
Stela melirik Zeline malas. "Belajar jangan bisanya cuma ngejar cinta doang. Ngejar cinta nggak bisa buat lo pinter. Makin goblok yang ada."
Nylekit.
Mbaknya suka nggak sadar diri. Ntuh anak juga ada gara-gara cinta. Tai!
Zeline meringis menatap papan tulis yang sudah di penuhi oleh rumus-rumus dan angka. Perasaan baru lima menit ia berpaling dari papan tulis itu. Ini cukup menyebalkan.
"Baiklah anak-anak yang sudah selesai mengerjakan soal bisa kalian kumpulkan di depan. Setelah itu saya akan bahas materi di papan tulis."
Detik itu juga semua murid langsung kalang kabut mencari jawaban. Anak-anak yang biasanya santai tidak mengerjakan tugas kini mulai menyalin jawaban dari sang ahli matematika kelas XI MIPA 4. Karena jika mereka tidak mengerjakan Bu Rungayah tidak akan segan-segan untuk memberitahu orang tua siswa dan mereka tidak bisa mengikuti ujian yang akan mempengaruhi nilai mereka. Dan nilai juga mempengaruhi naik atau tidaknya mereka ke kelas dua belas.
Zeline langsung merebut tugas Stela dan mencatatnya cepat. Zeline ahlinya dalam hal menyontek. Memang menyebalkan.
"ZELINE! ITU KAN TUGAS GUE! KOK SEENAK JIDAT LO AMBIL SIH?! BALIKIN GAK?!"
Teriakan membahana Stela berhasil membuat perhatian satu kelas beralih pada mereka berdua. Zeline meringis pelan dan menggaruk tengkuknya. Matanya tak berani menatap Bu Rungayah. Ia juga melupakan satu hal, Stela sedang hamil. Huft menyebalkan.
"Kamu nyontek Zeline?"
Zeline mendongak lalu menyengir kuda. "Iya buk. Hehehe maap ya. Zeline nggak paham soalnya."
Bu Rungayah menghela napasnya pelan lalu memberikan selembar kertas pada Zeline. "Kamu pahami ini sambil hormat bendera."
"WHAT?!" pekik Zeline spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Teen Fiction📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...