Z : Mencintaimu Itu Sakit

1.6K 255 47
                                    

03. Mencintaimu Itu Sakit

*****

Apakah harus rasa sakit yang aku terima jika aku mencintaimu?

*****

"Makasih ya," ucap Zeline tersenyum tulus setelah turun dari motor sport milik Jazztin.

Jazztin hanya tersenyum tipis lalu mengangguk. "Gue duluan."

Zeline mengangguk. "Iya hati-hati."

Zeline menghela napasnya saat motor sport milik Jazztin sudah melaju dengan kencangnya meninggalkan rumahnya. Ntah mengapa saat di dekat cowok itu, Zeline merasa nyaman.

Zeline memasuki rumahnya. Tawa dari arah ruang tamu memasuki indra pendengarannya. Zeline menatap nanar ketiga manusia yang sedang bercanda. Terlihat disana Pras yang sedang tertawa lepas bersama Wina dan Alysa. "Gue berasa orang asing di rumah gue sendiri," gumam Zeline. "Pikir positif Zeline. Alysa belum pernah ngerasain yang namanya kasih sayang seorang ayah. Sedangkan lo pernah." Dari yang Zeline tau, Ayah Alysa sudah meninggal sejak Alysa belum lahir.

Zeline menghembuskan napasnya pelan lalu masuk ke kamarnya melewati ketiga orang itu begitu saja. "Zeline duduk dulu sini."

Zeline menggeleng. "Zeline capek."

Tanpa menunggu sang ayah berucap, Zeline menaiki tangga dengan cepat. Zeline langsung masuk ke kamar dan menutupnya. Jujur saja Zeline sedikit tidak suka jika sang Ayah dekat dengan wanita lain apalagi wanita itu memiliki anak. Tapi ia bisa apa, ia tidak boleh egois. Ayahnya sudah berkorban banyak untuknya dan ia juga tidak boleh merenggut kebahagiaan ayahnya. Zeline mengambil foto Almira yang ada di nakas kamarnya dan mengusapnya lembut. "Bun. Masa Zeline kangen lagi sama Bunda. Padahal tadi Zeline udah ke makam Bunda ya. Ya udah deh besok Zeline kesana lagi ya," gumamnya. Setetes air mata jatuh ke dalam foto itu.

"Kalo Zeline egois boleh nggak sih Bun? Tapi kata Bunda jadi orang itu jangan mikirin diri sendiri. Tapi Zeline sakit Bun lihat Ayah lebih prioritasin mereka. Ayah nggak prioritasin Zeline lagi Bun," lirih Zeline menunduk. "Andai aja Bunda ada di sini mungkin Bunda akan jadikan paha Bunda buat Zeline tidur kan? Kayak waktu Zeline kecil kan?"

Zeline tersenyum kecil. "Zeline tidur dulu ya Bunda. Bunda temenin Zeline. Kalo Bunda pergi Zeline nangis."

Zeline terkekeh lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Foto mendiang sang Bunda dipeluknya sebagai teman tidur. Mata Zeline terpejam dan mulai memasuki alam mimpi.

Ceklek!

Wina tersenyum tipis melihat Zeline yang sudah tertidur pulas. Wina membelai lembut pipi Zeline. Semua yang Zeline katakan tadi Wina mendengarnya. "Maafin Tante sayang kalo kehadiran Tante ganggu kamu." Wina masih setia memandangi wajah polos Zeline yang sedang tertidur.

Wina bangkit berdiri dan melepaskan sepatu yang masih melekat di kaki Zeline dan meletakkannya ke tempat yang seharusnya. Wina juga menyelimuti tubuh Zeline, agar Zeline tidak kedinginan. "Selamat malam Zeline." Wina mengecup singkat kening Zeline lalu beranjak pergi dari kamar Zeline.

Zeline membuka sedikit matanya ketika mendengar suara pintu yang ditutup. Zeline adalah tipe manusia yang tidak susah untuk dibangunkan. Ada pergerakan sedikit saja, Zeline bisa langsung bangun. "Apa gue salah?"

*****

05:00 WIB

Zeline memandangi pemandangan pagi hari dari balkon kamarnya. Zeline sudah siap dengan dengan seragam sekolahnya. "Dulu kalo Bunda masih ada pasti jam segini gue bantuin bunda masak."

PLIN-PLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang