Z : Sebuah Fakta

887 132 34
                                    

30. Sebuah Fakta

*****

Dari mana datangnya kecewa? Dari dia yang kau anggap istimewa.

*****

Zeline menggelengkan kepalanya tak habis pikir mendengarkan penjelasan Alysa. Tidak mungkin!

"Lo gila!"

"Iya. Gue gila, karena apa? Karena bunda sialan lo itu udah buat gue jauh dari ayah kandung gue sendiri!"

Mata Zeline memerah. "Nggak lo gila!"

"Tanya sama nenek lo kalo nggak percaya! Sialan!"

Zeline mematung. Kakinya rasanya lemas untuk berdiri saja. Gadis itu terduduk di tanah. Alysa berdecih tak suka. "Jangan merasa lo paling tersakiti di sini. Lo harus ingat, gue juga. Gue sakit Zel, yang gue tahu bokap gue udah meninggal. Mama nggak pernah cerita apa-apa sama gue. Tujuh belas tahun gue hidup dalam kebohongan yang nyokap gue buat. Gue juga sakit asal lo tahu."

Zeline hanya diam mencoba mencermati setiap perkataan Alysa, Shit! Ia benar-benar emosi. Pras? Pria tua itu bukanlah ayah kandungnya?

Zeline bangkit berdiri, sepertinya hanya satu tujuannya kali ini. Alma, ya! Wanita tua itu pasti tau semuanya. Ia tidak peduli dengan bel yang belum berbunyi. Sialan! Ia benar-benar ingin tahu semuanya. Tentang Reno, Almira, Pras dan Wina. Masa lalu mereka sungguh membuatnya kepo.

"LOH NENG! EH! NENG, NENG!"

Pak Sopan mengelus dadanya sabar. Satpam tua itu takjub bukan main. "Duh anak-anak zaman sekarang iku ndak tau tata krama apa gimana tho? Bel belum bunyi kok udah main nyelonong aja."

Skip.

Zeline turun dari taksi dengan tergesa-gesa. "PAK TARMAN! BUKAIN DONG!" teriak Zeline dengan suara toa nya.

Pak Tarman yang sedang asyik meminum kopinya dan sesekali mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti alunan musik tersentak kaget mendengar suara Zeline. Ya, cucu kesayangan majikannya itu memang sangat menyebalkan!

"Oma ada?" tanya Zeline tak sabaran.

"Ad--"

"Ah lama." Zeline langsung berlari meninggalkan Pak Tarman yang melongo.

"Dasar nggak sopan," cibirnya.

"Mbak Milla! Oma mana?"

Wanita muda dengan pakaian khas pelayan yang kebetulan melewati Zeline itu mendongak menatap Zeline. "Ada non, di taman belakang."

Zeline mengangguk paham, setelah itu gadis itu berjalan tergesa-gesa menghampiri sang oma. Akh! Ia belum siap menerima fakta menyakitkan lagi.

"Eh Zeline."

Zeline tak menggubris sapaan hangat sang oma. Gadis itu menatap Alma mengintimidasi. "Jelasin semuanya Oma, kenapa Alysa bilang sama Zeline bahwa Zeline bukan anak kandung ayah?"

Alma tampak terkejut. Namun sedetik kemudian wanita tua itu merubah wajahnya seperti biasa. Sial! Oma-nya benar-benar bisa membuat emosinya naik. Tolong ingatkan Zeline jika yang sedang berhadapan dengannya kali ini adalah Alma. Wanita selalu nenek dari ayahnya yang sangat menyebalkan! Sabar Zeline sabar, batin Zeline sambil mengelus dadanya.

"Sudah tahu kamu rupanya? Baguslah," ucap Alma tersenyum tipis.

Akhh! Sialan!

"Ceritakan Oma!" pinta Zeline dengan napas yang tercekat menahan emosi. Bisa saja kakinya melayang menendang wajah Alma jika saja ia tidak ingat siapa yang sedang berhadapan dengannya kali ini.

PLIN-PLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang