36. Ada Yang Berbeda
*****
Dekat, namun terasa begitu asing.
*****
"Reno."
Alma menatap tak percaya pria di hadapan. Reno. Benarkah ini anaknya?
"Iya ma. Ini Reno, anak mama."
Plak!
Alma menampar pipi Reno keras. Air mata wanita tua itu luruh begitu saja. Antara senang, kesal dan marah menjadi satu. "Kemana saja kamu, Reno?! Tujuh belas tahun mama nunggu kamu. Egois kamu! Kamu buat hancur anak kamu sendiri. Kamu buat semua orang merasa sakit Ren! Adik kamu, Wina, Alysa, Almira dan putri kamu!"
Reno hanya diam. Ia tahu Alma sangat marah padanya. "Maafkan Reno ma."
Alma hanya diam. Wanita tua itu menatap Reno. "Kemana saja kamu selama ini?"
"Ada." jawab Reno.
"Ada itu ke mana Reno?"
"Ada ma, mama nggak perlu tahu. Reno ke sini hanya ingin memberikan ini pada Zeline."
Reno menyerahkan bingkisan itu pada Alma membuat Alma mengertutkan dahinya. "Apa ini?"
"Jam tangan. Reno tahu Zeline ingin jam tangan itu. Tolong kasih ke Zeline ma, Reno pamit."
Alma menatap kepergian Reno yang mulai menjauh. "Apa kamu tidak rindu anak yang kamu telantarkan selama bertahun-tahun, Reno? Temui Zeline dan bicarakan baik-baik. Mama mohon."
Reno berhenti melangkah. "Tidak. Reno akan menemui Zeline saat hati Reno sudah siap. Reno tidak siap melihat wajah putri Reno ma. Reno sakit melihat wajah cantik itu. Reno menyesal telah meninggalkan Zeline dari kecil ma."
Alma menghembuskan napasnya kasar. "Zeline lebih sakit dari kamu Ren. Dari kecil Zeline hidup dengan Pras yang dia anggap sebagai ayahnya namun kenyataannya dia hanyalah pamannya. Sedangkan ayahnya? Dia hanya pria brengsek yang bisanya hanya menghancurkan segalanya lalu pergi begitu saja tanpa tanggung jawab. Mama kecewa sama kamu Ren."
Reno diam sejenak. Setelah beberapa saat terdiam, Reno bersuara, "Reno pamit ma."
Sayup-sayup suara cempreng Zeline terdengar, "Wah pacar oma berondong yak?!"
Reno tersenyum tipis. Zeline adalah duplikat dirinya. Pria itu memasuki mobilnya. Aku harus ke makam Almira, katanya dalam hati.
Reno masuk ke dalam mobilnya. Pria itu menjalankan mobilnya ke pemakaman tempat Almira dikubur. Tak lama, mobil Reno sudah sampai di pemakaman.
Sekarang Reno diam menatap makam bertuliskan Almira Saraswati Wijaya itu. Tangannya ia gunakan untuk menaburi bunga di atas makam Almira. "Maafkan saya, Almira."
Maaf, maaf dan maaf. Reno membencinya. Ia benci kata itu. Kenapa ia bisa sebejat ini dulu? Ia menyesal, sungguh. Karena tindakannya itu Almira harus menanggung semuanya. Dulu, ia pernah melihat Almira menangis seorang diri di taman kota. Sendirian, tanpa Pras.
"Sehat-sehat di dalam sana ya sayang. Bunda tunggu kamu. Walaupun ayah kandung kamu nggak mau menerima kamu, masih ada bunda. Bunda sayang kamu. Maafkan bunda, mungkin saat kamu lahir kamu akan hidup dengan penuh kebohongan. Sekali lagi, maafkan bunda nak."
Sakit. Hati Reno sakit saat mendengar perkataan Almira waktu itu. "Kamu tau Almira? Putri kita sudah tumbuh besar sekarang. Dia cantik sepertimu. Tapi sifatnya sangat duplikat dengan saya. Sekali lagi maafkan saya Almira. Saya sudah merusak dan menghancurkan hidup kamu. Terima kasih sudah mau mempertahankan Zeline."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Dla nastolatków📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...