Z : Ulang Tahun?

1.1K 166 46
                                    

14. Ulang Tahun?

*****

Terkadang yang kamu miliki namun tidak kamu syukuri adalah yang orang lain inginkan.

*****

BYUR!

"AAAAA!" Zeline tersentak kaget saat air itu terjun bebas ke wajahnya. Zeline mengelus dadanya karena kaget luar biasa. Matanya menatap tajam orang yang berani-beraninya menyiramnya dengan air dan menganggu mimpi indahnya. Tunggu. Mimpi? Jadi semalam ia hanya bermimpi tentang Keano? Dan? Dan itu bukan realita?

Stela menatap Zeline aneh. "Woi kampret?! Ngapain lo malah bengong?!"

Zeline menatap Stela sendu. "HUAAA! GUE KEMARIN CUMA MIMPI! GUE NGGAK KETEMU KEANO BENERAN! KEANO NGGAK BERUBAH DEMI GUE! HUAA! CIUMAN KEMARIN NGGAK NYATA! CUMA MIMPI! HIKS SEDIH GUE!"

"Pfftt.. BWAHAHAHA." Stela tertawa keras mendengar curhatan Zeline. Lihatlah wajah gadis itu. Rambut acak-acakan, iler masih di mana-mana, mata yang masih terdapat belek, dan gadis itu menitikkan air matanya hanya gara-gara seorang Keano. Sangat lucu menurut Stela.

Zeline menatap datar Stela. "Seneng kalo gue susah lo?! Seneng?! Iya?!"

Stela masih belum berhenti tertawa. "Aduh ngakak banget anjir. Udah hidup ngenes. Cinta ditolak. Sekarang malah mimpi kaya gitu. Aduh halu lo sampai kebawa mimpi ya. HAHAHAHA." Stela kambali tertawa membuat wajah Zeline tambah masam dibuatnya. Stela menghentikan tawanya dan mencoba mengatur napasnya. "Tapi sih ya menurut gue lo harus bersyukur. Setidaknya realita lo emang pahit tapi Tuhan masih kasih mimpi manis buat lo."

Zeline diam sejenak. "Bener juga sih. Tapi gue masih nggak rela. Hiks sedih banget gue," ucap Zeline.

Stela memutar bola matanya lelah. "Gue yakin deh sepertinya Tuhan tidak akan mempersatukan lo dengan Keano kalau lo aja selalu tidak bersyukur dengan apa yang lo miliki sekarang," ujar Stela lalu gadis itu melenggang pergi dari kamar Zeline.

Zeline terdiam seribu bahasa. Benar juga.

"STELA! KOK KITA NGGAK SEKOLAH?!"

"INI TANGGAL MERAH BEGO!"

Zeline meringis pelan. Gadis itu menyibak selimutnya lalu merapikan tempat tidurnya. Zeline tersenyum tipis. "Makasih Tuhan. Setidaknya Keano mencintai Zeline dalam mimpi," gumamnya sambil tersenyum-senyum seperti orang gila.

"HELLO KAMAR MANDI! MARI KITA BERMANJA-MANJA!"

*****

"Lo beneran nggak inget hari ini hari apa Zel?"

Zeline mendongak menatap Stela. "Ini hari Selasa kan? Tidak ada yang spesial."

Stela menghembuskan napasnya kasar. "Inget lagi coba. Ini hari spesial. Ya kali lo nggak inget."

Zeline menggeleng. Keduanya kini sedang ada di ruang keluarga. Stela menghembuskan napasnya kasar. "Lo nggak tau beneran?"

Zeline tetap menggeleng. "Apaan sih emang?" tanya Zeline mulai kepo.

Stela tersenyum menatap sahabat oon nya ini. "Lo tahu? Selasa kali ini sungguh berarti buat lo. Tujuh belas tahun yang lalu tante Al mempertaruhkan nyawanya demi lo. Melahirkan lo dengan rasa sakit yang luar biasa. Tapi rasa sakit itu lenyap saat mata dan telinga tante Al melihat bayi mungil perempuan dan tangisnya. Bayi perempuan itu pelengkap dalam hidup kedua orang tua lo, Zel. Bayi perempuan itu lo. Zeline Jazzalyn. Apa lo tidak ingat ini hari ulang tahun lo? Apa yang ada di pikiran lo Zel? Keano? Bodoh. Bego. Dengan lo memikirkan Keano yang bahkan nggak mikirin lo itu lo dapat apa? Lo bahkan tidak mengingat hari bersejarah lo, gara-gara cowok itu."

PLIN-PLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang