43. Keras Kepala
*****
Tutup telingamu jika mereka membicarakanmu dengan tujuan hanya untuk membuatmu jatuh.
*****
"Zeline," panggil Tiara pelan.
Zeline yang awalnya melamun menoleh. "Kenapa Ra?"
"Emm, aku denger-denger katanya sekolah mau ngadain camping. Katanya ngerayain ulang tahun sekolah. Kamu ikut kan?"
Zeline mengangguk. "Iya, kayaknya."
Tiara mengangguk. Setelah itu tidak ada percakapan diantara keduanya.
Zeline menghembuskan napasnya. Kepalanya pusing sekali.
"Apa benar Zeline, kamu tadi bertengkar dengan Alysa?"
Zeline hanya diam menatap guru BK di hadapannya. Zeline melengos. Ia tidak tahu apa salahnya.
"Diam kan lo? Berarti emang dia duluan yang salah Bu," ujar Alysa yang duduk di sebelah Zeline.
"Zeline," panggil Bu Cinthia sekali lagi namun Zeline tetap diam.
"Baiklah, berarti kamu disini yang salah. Ibu akan panggil orang tua kamu."
"Dia mana ada orang tua Bu. Udah mati, penghancur rumah tangga orang sih!" cibir Alysa membuat Zeline tidak tahan lagi. Gadis itu menatap Alysa nyalang.
"Gue udah bilang berapa kali sama lo?! Lo boleh hina gue sepuas hati lo! Tapi jangan orang tua gue bangsat!"
"Jaga bicaramu Zeline," tegur salah satu guru BK yang kebetulan juga ada disitu.
Zeline terkekeh. Entahlah. Ia malas berdebat, karena nyatanya dirinya juga yang pasti akan disalahkan. Semua guru mempercayai Alysa, karena kepintaran dan gadis itu juga sangat sopan. Sedangkan dirinya? Buruk sekali. Jadi percuma jika ia membela diri sekalipun.
"Kenapa kamu diam saja Zeline? Apa kamu tidak ingin menceritakan semuanya?"
Zeline melirik sekilas guru di hadapannya. "Tidak. Percuma, Zeline juga palingan yang disalahin. Orang kan gitu. Setiap lihat orang yang di luarnya baik pasti selalu beranggapan orang itu baik, sedangkan kalo lihat orang nakal sedikit saja langsung menyimpulkan kalo orang itu nggak benar. Walaupun emang nggak semuanya, tapi rata-rata gitu kan? So, percuma Zeline bela diri. Karena pasti kalian lebih percaya sama Alysa. Yang notabenenya gadis pintar beda sama Zeline."
Zeline menyerahkan ponselnya. "Ini nomor Oma, kalo ibu mau panggil orang tua saya, ini nomornya."
Bu Cinthia menghela napasnya lalu mengambil ponsel Zeline guna memanggil orang tua gadis itu.
Zeline tersenyum kecut. Benar kan? Orang selalu beranggapan seperti itu. Walaupun tidak semuanya, tapi mayoritas selalu menganggap orang baik akan selalu baik begitu juga sebaliknya. Orang yang terlihat nakal akan selalu dianggap tidak benar. Mereka hanya melihat dari satu sisi dan langsung menyimpulkan. Itulah salah satu sisi buruk manusia.
Alysa tersenyum mengejek. "Belagu," ucapnya.
Zeline melirik Alysa. "Yang cantik emang menarik, tetapi yang punya attitude lebih mengesankan."
Alysa menggeram kesal.
Setelah menunggu lumayan lama akhirnya Alma datang tergopoh-gopoh.
"Apa yang Zeline perbuat?" tanya Alma khawatir.
"Begini Bu, tadi pagi saya memergoki keduanya bertengkar. Saya melihat Zeline menampar Alysa dengan sangat keras hingga Alysa terluka. Maka dari itu saya panggil ibu kemari," jelas Bu Cinthia membuat Zeline kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Teen Fiction📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...