Z : Keputusan

824 110 24
                                    

38. Keputusan

*****

"Gue harap gue adalah dia, perempuan yang lo sayangi begitu dalamnya."

-Zeline Jazzalyn-

*****

"Jazztin," panggil Megan membuat Jazztin menoleh.

"Kenapa?"

"Kenapa lo tolongin gue?" tanya Megan. Jujur, Megan ingin tahu kenapa cowok di sampingnya ini menolongnya.

"Lo emang nggak tahu apa pura-pura bego? Ya jelaslah gue tolongin lo. Lo tadi mau dilecehkan dan gue diem aja? Gila berarti gue."

Megan menghela napasnya. Bukan jawaban itu yang ia mau. "Selain itu, mungkin? Gue tahu Jazz, lo benci sama keluarga gue. Keluarga gue nyaris buat keluarga lo hancur."

Jazztin menatap Megan. Matanya menyorot tajam. "Itu udah berlalu. Gue nggak suka ungkit-ungkit masa lalu yang buat gue hanya sebagai kenangan dan dijadikan pelajaran. Kalo lo masih kekeuh tanya kenapa gue tolongin lo, berarti gue masih peduli sama lo. Paham?"

Megan mengangguk. "Makasih Jazz. Gue kira lo sama kayak laki-laki lain. Gue kira lo sebrengsek laki-laki yang udah ngehamilin kakak gue Jazz."

Jazztin terdiam sejenak. "Gue nggak sebaik yang lo kira."

"J-jadi yang dibilang sama Bayu tadi beneran? Lo udah nidurin Zeline?"

Jazztin mengangguk.

"Zeline nggak marah?"

"Marah. Awalnya. Terus setelah itu semua baik-baik kayak semula. Walaupun gue tahu Zeline pasti marah dan kecewa sama gue. Tapi gue bisa apa? Kalaupun gue tanggung jawab dan gue nikahin Zeline, jujur gue bisa. Gue seneng malahan, gue bisa nafkahin Zeline. Tapi satu yang gue tahu kita berdua masih sama-sama labil. Ego kita sama-sama tinggi."

"Perasaan lo sama Zeline sendiri gimana? Masih sama setelah lo tahu Zeline masih ingin memiliki Keano?"

Jazztin menghela napasnya kasar. "Tetap sama. Cuma mungkin gue pengen jauh aja sama Zeline."

"Kenapa gitu?" tanya Megan mulai tertarik dengan kisah cinta seorang Jazztin.

"Ya gue nggak tahu. Gue cuma pengen Zeline dapetin yang dia mau. Bahagia Zeline itu bahagia gue juga," ucap Jazztin dengan mata berbinar menatap langit yang ditaburi bintang.

"Bahh cowok kayak lo bisa bucin juga ya?" tanya Megan seperti meremehkan. Cewek itu menatap Jazztin dari samping. "Kenapa lo suka sama Zeline? Jangan bilang lo nolongin gue waktu itu gara-gara pengen buat Zeline cemburu. Ngaku lo?"

Jazztin berdecak. Cowok itu menyentil jidat Megan gemas. "Kalo iya, kenapa?"

"Nggak apa-apa sih. Cuma dugaan gue ternyata benar."

"Dih." Jazztin melirik Megan sekilas. Cantik. Itu yang ada di pikirannya. Jazztin sendiri bingung banyak sekali cewek cantik yang mudah ia dapatkan, lantas mengapa hanya Zeline yang bisa membuatnya menjadi segila ini? Kalo boleh jujur ini kali pertama Jazztin merasakan yang namanya jatuh cinta. Belum ada sebelumnya yang membuatnya senyaman ini. Terlena, ya Jazztin terlena dengan perasaannya sekarang. Sekarang Jazztin baru paham bahwa ia mulai ingin terus-menerus bersama Zeline. Ya, walau Jazztin tahu. Gadis itu ingin mendapatkan hati Keano bukan dirinya.

"Jazz, pulang yuk. Udah malem juga," ajak Megan.

"Hu'um."

Keduanya berjalan beriringan menuju di mana Jazztin memarkirkan motornya.

PLIN-PLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang