42. Karakter Seorang Zeline
*****
"Berharap sewajarnya saja agar tidak menyesal ketika realita mengajakmu bercanda."
-Fahriel Zahraan Keano-
*****
Jazztin duduk dengan kaki bersila menatap langit malam. Ribuan bintang dan satu bulan menemaninya di malam sunyi kali ini.
Lo itu ibarat bulan sedangkan gue bintangnya Zel, sementara langit itu ibarat hati. Lo itu bulan yang satu-satunya ada di langit sedangkan gue itu ibarat bintang, salah satunya yang ada di langit, batin Jazztin dengan mata yang tak lepas menatap langit malam yang membuatnya seakan tenang.
Jazztin menggelengkan kepalanya tak habis mikir. "Mikir apa sih lo, Jazz? Bisa-bisanya lo jadi sebucin ini gara-gara satu cewek. Konyol."
Jazztin tertawa renyah menertawakan dirinya sendiri.
"Kalo udah cinta emang gitu Jazz. Aneh. Apa yang kamu lakukan jadi terkesan alay tapi kamu malah menyukainya karena kamu menganggap itu yang terbaik," ucap Alma yang sekarang duduk di samping Jazztin.
"Oma belum tidur?"
"Belum Jazz. Oma belum ngantuk," jawab Alma sambil meminum teh hangat.
"Boleh Oma tanyakan sesuatu pada kamu Jazz?"
"Tanya aja Oma. Jazztin nggak gigit," ucap Jazztin terkekeh.
"Benar kejadian di Club waktu itu?"
Jazztin mengerjap-erjapkan matanya seperti orang bodoh. Sedetik kemudian kerutan di dahi itu muncul. "Club?" tanya Jazztin gugup yang dibalas anggukan kepala oleh Alma.
Jazztin berdehem. "Yang pas Jazztin anu sama Zeline?"
Cowok itu meringis saat bertanya hal seperti itu pada Alma. Apalagi mata wanita tua itu menyorot kecewa padanya.
"Apa hal itu benar Jazztin? Oma kecewa sama kamu. Pertama kali Oma lihat kamu Oma bisa menyimpulkan bahwa kamu itu orang baik. Sungguh, Oma bisa melihat dalam diri kamu bahwa kamu itu bukan seperti orang kebanyakan. Tapi untuk kali ini Oma benar-benar kecewa Jazz."
"Maaf Oma, bukan gitu maksud Jazztin."
Alma menghembuskan napasnya kasar. "Tidak apa. Oma juga tahu kamu ingin bertanggung jawab atas perbuatan kamu pada Zeline bukan? Dari situ Oma lihat bahwa kamu itu mau bertanggung jawab Jazz. Tapi Oma mau bilang sama kamu Jazz, kamu seorang pria. Oma yakin dalam diri kamu, kamu pasti mau kan menjadi orang sukses dan bisa membawa keluarga kecil kamu nantinya jadi lebih baik? Oma rasa itu keinginan semua orang. Tapi di sini Oma mau bilang, Oma sangat ingin Zeline mendapat gelar. Bukan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga yang pekerjaannya hanya mengurus anak dan melayani suami, tidak. Oma tidak ingin Zeline seperti itu. Oma hanya ingin yang terbaik buat Zeline."
Jazztin diam merenungkan apa yang Alma katakan.
Alma tersenyum tipis melihat raut wajah Jazztin yang seperti merasa bersalah. "Sudahlah, Jazztin. Oma sadar ini sudah zaman berbeda. Bukan zaman Oma dulu yang pergaulannya begitu dibatasi. Walupun perbuatan kalian sudah melenceng tapi Oma maafkan. Jangan diulangi, hmm?"
Jazztin mengangguk mantap. "Siap Oma! Maafin Jazztin waktu itu. Jazztin sendiri udah nggak bisa mengendalikan diri Jazztin. Efek alkohol hehe," ujar Jazztin membuat Alma geleng-geleng kepala.
"Makanya Jazztin kalo ada masalah diselesaikan baik-baik. Jangan asal ke Club terus malah minum. Kamu pikir dengan minum minuman seperti itu bisa menyelesaikan masalah? Tidak Jazztin."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Teen Fiction📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...