33. Jadi Pacar Gue, Mau?
*****
Kamu itu nyata namun untuk memilikimu itu hanya sebatas ilusi.
*****
"Apa?"
Mendengar nada ketus itu membuat Zeline menelan ludahnya susah payah.
"Marah ya?" tanya Zeline dengan suara pelan takut orang di depannya ini marah.
"Nggak penting."
Tuh kan!
Zeline mendengkus. "Gue minta maaf. Maaf gue udah cuekin lo waktu itu. Suer deh gue nggak tahu kalo akhirnya bakal kayak gitu. Gue cuma nurutin kemauan ayah buat jauhin lo. Tapi jujur deh gue nggak ada maksud apa-apa. Dan untuk penyekapan lo waktu itu gue nggak ada sangkut pautnya. Itu semua ulah Alysa biar lo benci sama gue. Tapi sepertinya lo emang benci sama gue ya?"
Stela, gadis dengan perut yang sedikit buncit itu menatap Zeline tanpa ekspresi. "Mungkin."
Zeline hanya diam mencoba mencari kebohongan dalam diri Stela. Namun gadis itu jujur, Zeline tak menemukan sedikitpun kebohongan dalam diri Stela. "Beneran?"
"Ya. Gue nggak peduli lagi. Tujuan lo ke sini mau minta maaf terus cerita masalah lo ke gue kan? Gue tau nggak ada orang lain selain gue yang bisa dengerin cerita lo. Tapi gue males Zel, gue males kenal lo lagi. Lo berubah."
Pintu itu tertutup. Zeline mematung di tempatnya. Stela? Tidak memaafkannya?
"Maaf."
Zeline melangkah pergi. Entah tujuannya ke mana pun ia tidak tahu. Yang ia tahu, ia hanya ingin sendiri. Menyusuri jalan yang sudah basah terkena air hujan, lagi? Hanya hujan yang menemaninya. Gadis itu berjalan tak tentu arah dengan kepala yang menunduk. Entahlah.
"Jazztin?"
Ya. Cowok itu kini merangkulnya. Zeline mengamati Jazztin dari samping. Cowok itu kini tengah menikmati derasnya air hujan dengan mata yang tertutup. Tampan, Zeline akui Jazztin tampan. Sangat tampan bahkan.
"Ayo ketawa! Ngapain sedih?"
Zeline tersenyum lalu menghentikan langkahnya diikuti oleh Jazztin. Gadis itu mencubit pipi Jazztin gemas. "Kenapa sih selalu lo yang ada saat gue sedih, saat gue lelah? Kenapa Jazz?"
"Karena gue ditakdirkan buat lo, maybe." jawab Jazztin. Cowok itu tersenyum sambil menatap Zeline.
"Buat gue? Hahaha gue nggak yakin. Gue nggak mau berharap lagi. Mengecewakan."
Jazztin menatap Zeline yang sudah mulai melangkah. Cowok yang mengenakan kaos putih itu tersenyum. "WOI RUT! DASAR PLIN PLAN!"
Zeline menghentikan langkahnya. Plin-Plan? Ya itu dirinya. Plin-Plan dalam segala hal. Dan oleh sebab itu ia sangat benci memilih akan dua pilihan. Ia, takut kecewa.
"CURUT! MAIN HUJAN SAMA GUE YOK!"
Zeline tersenyum tipis, "kayak bocah!"
"HAH?! APA?! MAU BUAT BOCAH?! HAYUK RUT BUAT!"
Zeline melotot. Apa katanya? Buat bocah? Sialan, pipinya terasa panas.
Puk!
Sandal jepit milik Zeline kini sudah mendarat mengenai wajah tampan milik Zeline. Namun cowok itu malah tertawa dan dengan santainya membuang sandal jepit Zeline ke got.
"Ambil tuh Rut," kata Jazztin santai.
Zeline mencubit perut Jazztin. "Ngeselin ya lo. Dasar monkey bule!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Teen Fiction📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...