37. Sebuah Rahasia
*****
Dia bukan siapa-siapa, lantas mengapa aku cemburu saat dia bersama yang lain?
*****
"Ayah puas kan? Puas kan rebut kebahagiaan Zeline lagi? Zeline cuma pengen satu yah. Zeline cuma pengen lebih lama lagi sama ayah kandung Zeline. Tapi kenapa? Tapi kenapa ayah selalu buat Zeline hancur lagi dan lagi?"
Tidak! Zeline bukan bermaksud berkata lancang seperti itu pada Pras. Zeline hanya ingin, Reno. Pria itu adalah ayah kandungnya. Baru beberapa menit ia bertemu namun Pras datang dan menghancurkan semuanya.
"Jaga bicara lo!"
Alysa. Gadis itu kini tengah melihatnya dengan raut wajah tidak suka. Zeline tidak peduli. Alysa hanya angin lalu baginya. Ia tidak peduli Alysa yang membenci dirinya. Toh di dunia ini tidak semua orang menyukai dirinya. Jadi wajar.
"Zeline," panggil Wina lembut. Tatapan wanita itu mengingatkan pada... Almira? Yap, tatapan teduh Wina sama seperti tatapan Almira. Namun bundanya hanyalah Almira bukan Wina.
"Jawab yah. Kenapa ayah diem aja?" tanya Zeline lirih. Gadis itu menunduk tak berani menatap Pras. Biar bagaimana pun pria itu adalah pamannya. Paman? Zeline tersenyum kecut, realita itu membuat dadanya sesak. Kebohongan? Ah entahlah.
"Ayah hanya ingin yang terbaik untuk kamu Zel. Ayah hanya ingin kamu bahagia."
Bahagia? Zeline bahkan tidak bahagia sama sekali.
"Kalo bahagia Zeline dengan ayah kandung Zeline, kenapa ayah melarangnya?"
Diam. Pras diam. Pria itu tak tahu harus berbicara apa lagi.
"Zeline kecewa sama ayah. Kenapa ayah datang lagi dan menghancurkan semuanya? Bukankah yang Zeline tahu ayah hanya ingin hidup tenang tanpa Zeline? Bukankah ayah ingin hidup bersama istri dan anak ayah? Lalu, sekarang apa?" Zeline, gadis itu berucap dengan mata yang berkaca-kaca menatap Pras.
Alysa berdecak. Cukup sudah! Ia bosan menatap drama seperti ini. "Ck! Jangan drama deh lo. Rasa sakit lo nggak sebanding sama apa yang gue rasain!"
"Diam Alysa!" bentak Pras membuat Alysa bungkam. Gadis itu kesal. Pras membentaknya? Hanya karena Zeline?
Mata pria itu menatap Zeline yang hanya diam dengan mata memerah. Seketika rasa bersalah menjalar dalam dirinya. "Maafkan ayah Zel. Ayah hanya ingin yang terbaik untuk kamu."
Saat Pras ingin mendekati Zeline namun gadis itu mundur perlahan. "Zeline pengen ketemu papa. Tapi kenapa ayah larang? Kenapa ayah egois? Sekali aja yah. Sekali aja, Zeline mohon."
Gadis itu menunduk menyembunyikan air matanya. "Zeline p-pulang." katanya ketakutan.
Pras menggeleng. Tangannya terkepal. "TIDAK! MASUK KAMAR ZEL!"
Zeline mendongak dengan mata sembab. "Kenapa yah? Zeline bukan siapa-siapa di sini. Ada Tante Wina dan Alysa, lalu mengapa Zeline harus tetap di sini? Zeline pengen pulang ke rumah Oma. Please."
"AYAH BILANG MASUK!"
"Pa! Papa apa-apaan sih?! Kenapa juga harus Zeline?! Apa kehadiran mama dan Alysa di sini kurang pa?! Aku pa, aku anak kandung papa! Bukan dia!" murka Alysa dengan jari telunjuk yang menunjuk Zeline dan tatapan matanya yang mengisyaratkan bahwa gadis itu benar-benar kecewa pada Pras.
"Sekali papa bilang diam, ya diam Alysa!" Napas Pras memburu. Sepertinya Pras sedang menahan amarahnya agar tidak meledak sekarang juga.
Zeline hanya diam tak berniat mengikuti permintaan Pras.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Teen Fiction📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...