25. Biru Branuraga
*****
Kamu memang bukan tokoh utama di cerita orang lain, tapi kamu adalah tokoh utama di cerita yang Tuhan buat khusus untukmu.
*****
Jazztin ragu untuk masuk ke dalam rumah besar itu. Tapi jujur ia ingin melihat wanita yang sudah sembilan bulan mengandungnya. Ia juga ingin melihat ayahnya. Bagaimana tampang tampan itu bisa menurun padanya. Walaupun ia pernah bertemu dengan Davide sebelumnya.
"Ayo ih! Kenapa malah diem? Mama pasti seneng deh ketemu lo," pekik Khanza senang.
Jazztin tersenyum tipis lalu mengacak-acak rambut Khanza. Cowok itu menangkup wajah Khanza. "Tetap seperti ini, gue anggap lo sebagai adik bukan sebagai pacar. Gue sayang sama lo. Gue ingin ngelindungin lo karena lo adik gue, bukan sebagai pacar gue. Hilangkan perasaan lo sama gue ya?" jelas Jazztin lembut.
Khanza menggeleng. "Gue nggak tahu. Tapi gue akan coba."
Jazztin tersenyum manis. "Katanya mau masuk? Nggak jadi?"
Khanza tersenyum lalu menarik tangan Jazztin untuk masuk. Keduanya langsung berjalan menuju kamar Miranda berada.
"Ma," panggil Khanza pelan namun tak dihiraukan oleh wanita itu. Miranda sedang melamun.
"Mama nggak kangen Jazztin?" tanya Jazztin lirih.
Miranda menoleh, wanita itu terkejut menatap Jazztin berkaca-kaca. "Jazztin," lirih Miranda lalu menghampiri Jazztin dan memeluknya erat seakan tak ingin melepasnya. Jazztin membalas pelukan Miranda tak kalah erat. Lelaki itu mengusap punggung Miranda yang bergetar.
"Maafin mama nak. Maaf."
"Udah ma. Jazztin nggak marah kok, Jazztin cuma kecewa. Kenapa mama buang Jazztin? Apa salah Jazztin?"
"Maaf, maaf." Miranda semakin menangis sejadi-jadinya dan mengeratkan pelukannya pada Jazztin. Wanita itu seakan tak rela kehilangan Jazztin untuk kedua kalinya.
Jazztin memegang pipi Miranda dan menghapus air mata yang mengalir di pipi ibu kandungnya. "Maafin Jazztin, maaf. Maaf Jazztin egois karena nggak mau nemuin mama. Sekali lagi Jazztin minta maaf. Jazztin seneng bisa ketemu mama."
Miranda menggeleng tak setuju dengan ucapan Jazztin. "Mama yang salah nak, maafkan mama. Tidak salah kalo kamu egois karena memang di sini papa dan mama yang salah. Sekali lagi maaf."
Jazztin tersenyum lalu kembali memeluk Miranda. "Jazztin sayang mama."
Miranda merasa sangat bersalah. Anak yang kini ia sia-siakan malah dengan senang hati mau memaafkannya.
"OM JAZZTIN!"
Jazztin menundukkan kepalanya saat ada yang memeluk kakinya. Jazztin terkekeh lalu menggedong Biru dan menciumi seluruh wajah gadis cilik itu. "Kangen banget om sama kamu," ujar Jazztin menoel hidung Biru.
"Kalo Biru sih cuma kangen sama permen karet om."
"Nanti beli, stok permen karet om habis."
"Jazztin suka permen karet nak?" tanya Miranda parau.
"Suka ma."
Miranda diam sejenak. Semuanya dalam diri Jazztin itu adalah Davide dulu waktu muda. Seragam sekolah yang tak pernah rapi, permen karet yang selalu di bawa ke mana-mana, dan jangan lupakan wajah bule yang menurun dari Davide itu. Sungguh ia merasa bersalah.
*****
"BANGUN DAN S'MANGAT! BANGUN DAN S'MANGAT! NGOPI NAPA NGOPI NGEBO MULU LO!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Teen Fiction📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...