34. Tentang Rasa.
*****
Menaruh hati padamu adalah resiko terbesar yang pernah aku ambil.
*****
Keano membawa Alysa ke belakang sekolah. Cowok itu nampak marah namun dari raut wajahnya bisa dilihat kalo Keano mencoba meredam emosinya.
Alysa menatap Keano. Tajam. "Mau kamu apa sih Ke?! Dia itu harus dikasih pelajaran! Oh atau benar kata Zeline kalo kamu suka dia?! Iya?!"
Keano mengusap wajahnya kasar. "Lo emang pacar gue tapi bukan berarti lo bisa seenaknya sama orang. Gue diem bukan berarti gue setuju sama apa yang lo lakukan. Lo tau? Lo itu kayak bocah. Sedikit-sedikit marah tanpa tau alasannya. Lo tadi marah sama Zeline? Bego. Dia cuma bercanda kalaupun dia serius gue tetep nggak akan nerima dia, lo bisa ngatur emosi lo? Gue tau lo nggak suka sama Zeline karena dia yang udah bikin lo jauh dari ayah kandung lo. Tapi lo mikir nggak sih? Apa Zeline juga mau kayak gitu? Dia juga nggak mau. Dia nggak bisa milih, dia juga sakit kayak lo."
Alysa menatap Keano. "Kamu bela Zeline, Ke?"
Keano mendengkus. "Nggak. Gue cuma mau buka mata dan hati lo. Jangan merasa paling tersakiti di sini."
Keano pergi, Alysa menatapnya. Kenapa menjadi seperti ini?
Alysa memejamkan matanya. Zeline. Gadis itu membuat semuanya seperti ini!
"ARGHHH!"
Menangis. Ya, Alysa menangis.
"Jangan nangis."
Alysa mendongak dan melihat Leon. Cowok itu kini ada di hadapannya. Di depannya. Kenapa harus Leon? Kenapa harus lelaki yang ia sia-siakan?
"Lo ngapain di sini? Pergi. Gue nggak mau lo deket-deket sama gue."
Hanya satu alasannya mengusir Leon, ia tak ingin rasa ini kembali muncul dan ia tidak ingin Leon berharap kembali padanya.
Leon hanya diam. Tangannya ia gunakan untuk mengusap air mata Alysa yang membasahi pipi gadis itu. "Yang mencintai lo memang bukan hanya gue, tapi yang cinta sama lo disaat lo mencintai orang lain mungkin cuma gue. Gue nggak suka lo nangis. Gue benci lihat orang yang gue suka nangis."
Kenapa harus Leon? Kenapa bukan Keano? Arghh!
Alysa menatap Leon. "Gue nggak mau lo berharap sama gue."
"Gue nggak pernah berharap sama lo, karena gue yakin. Lo milik gue."
Jujur, Alysa masih menyukai Leon.
*****
Zeline duduk di samping Leon. Entah apa yang dilakukan gadis itu.
"Cowok dingin kayak lo bisa galau ya?"
Leon menoleh. Agak merasa kesal dengan kehadiran Zeline yang terkesan tiba-tiba. "Hm."
Zeline mendengkus. "Orang dingin jawabnya cuma hm doang yak? Nggak ada kata lain apa? Lo pikir ini lagunya Nissa Sabyan apa yang heeemmm emm emm heem heeemmm!"
"Hm."
"Mbuh!"
Kesal. Zeline kesal!
"Mau coklat nggak?" tanya Zeline menawarkan.
Leon menggeleng.
"Terima aja nape sih!"
Zeline memberikan coklat itu pada Leon. Leon menerimanya, terpaksa. "Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Ficção Adolescente📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...