Z : Masa Lalu

1.3K 230 42
                                    

07. Masa Lalu

*****

Lihat ke depan bukan ke belakang. Kejar masa depan bukan masa lalu.

*****

Senyum Zeline melebar saat melihat Keano yang sedang makan nasi goreng di pinggir jalan. Malam ini Zeline sedikit merefreshkan pikirannya dengan sedikit jalan-jalan. Mungkin kali ini Zeline beruntung karena bisa bertemu Keano. "Hai!" sapa Zeline ramah.

Keano mendongak menatap dingin Zeline. Sepertinya Keano agak terganggu dengan kehadiran Zeline. Tapi bukankah setiap harinya Keano selalu terganggu dengan kehadiran Zeline? Ah ntahlah. Zeline duduk di hadapan Keano dengan senyum yang masih mengembang. "Mas nasi gorengnya satu ya!" pintanya pada abang-abang penjual nasi goreng.

"Siap neng!"

"Tutup mata lo!" ucap Keano tatkala Zeline selalu mengamatinya.

Zeline mengernyitkan dahinya. "Kenapa harus tutup mata kalo dihadapan gue aja disuguhkan pemandangan kayak gini," ucap Zeline tersenyum centil.

Keano memutar bola matanya. "Lo seharusnya ke dokter."

"Kenapa harus gitu?"

"Gue rasa urat malu lo udah putus jadi harus disambung lagi!" Salah satu kebiasaan Keano adalah selalu berbicara dengan nada tinggi dan mata yang setia menatap tajam lawan bicaranya. Tak peduli siapapun itu.

Zeline terkekeh. "Urat malu gue putus saat sama lo aja kok. Jadi tenang aja."

Keano tak menjawab. Cowok itu fokus pada nasi gorengnya. Menurut Keano suara Zeline sangat membuat telinganya sakit. Apalagi gaya centil Zeline yang sangat Keano tidak suka. Zeline mengamati lekat-lekat wajah Keano. "Lo beneran nggak mau nerima gue jadi pacar lo? Gue rela kok Ke, jadi yang kedua."

Gila. Tentu saja Zeline gila. Sepertinya Zeline sudah dibutakan dengan cinta. Keano menatap tajam Zeline. "Gadis pintar itu nggak bakal mau jadi yang kedua." Keano berucap dengan nada ketus.

"Sayangnya gue nggak pintar Ke! Apa nggak ada rasa cinta sedikitpun buat gue Ke?"

"Nggak!"

"Hargain gue Ke, please."

"Lo punya telinga? Lo punya otak? Gue rasa lo punya dan seharusnya lo gunakan dengan baik. Dan seharusnya lo itu bisa mikir kalo GUE ITU SAMA SEKALI NGGAK CINTA SAMA LO?! LO PAHAM?!" Keano berbicara dengan nada sangat tinggi dan terlihat kemarahan dari mata indahnya.

Zeline tersentak kaget menatap punggung Keano yang menjauh darinya. "Andai mencintai lo itu dosa Ke! Gue nggak bakal ngelakuin itu."

Zeline mengembuskan napasnya pelan lalu berjalan meninggalkan tempat ini. Namun suara abang penjual nasi goreng membuatnya kembali berbalik. "Neng ini nasi gorengnya kok ditinggal?" tanyanya sambil membawa sepiring nasi goreng yang menggugah selera. Namun Zeline tetaplah Zeline yang jika badmood maka selera makannya akan hilang begitu saja.

"Saya udah gak minat mas tapi tetep saya bayar kok."

"Beneran neng? Ini sayang neng kalo dibuang."

Jika dipikir dua kali Zeline lapar juga. "Yaudah deh mas saya makan aja. Cinta saya boleh ditolak tapi jangan sampai nolak makanan. Untuk menghadapi realita yang menyakitkan ini juga butuh energi," cerocos Zeline mulai melahap nasi goreng yang masih panas itu.

Abang penjual nasi goreng mengernyit bingung. Apakah pembelinya ini sedang curhat? Mungkin saja begitu. Jika orang-orang lain cintanya ditolak maka akan sedih. Bahkan sampai menangis berhari-hari. Namun Zeline sudah kebal dengan itu. Ia sudah beberapa kali ditolak oleh Keano.

PLIN-PLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang