26. Membingungkan
*****
Terkadang yang sederhana itu terlihat lebih mengesankan.
*****
"Duduk!" perintah Pras tegas membuat Zeline duduk. Arel berdiri di samping Pras menatap Zeline kecewa. Gadis yang selama ini ia pikir gadis baik-baik ternyata bukan gadis seperti yang ia pikirkan. Bagaimana jika ibunya tahu? Lalu bagaimana dengan pertunangannya?
"Jelaskan!"
"I-itu testpack Stela yah, bukan testpack milik Zeline."
"Stela? Temanmu itu? Apa dia yang mengajarkanmu seperti ini Zeline? Benarkah? Kalo begitu jauhi Stela, ayah tidak ingin kamu berteman dengan seseorang yang hanya membuatmu rusak. Jauhi hal yang berdampak buruk untukmu Zel."
Zeline menggeleng tak terima. Stela itu tempat curhatnya. Sahabatnya yang selalu ada untuknya. "Tap--"
"Apa yang kamu dapatkan dari Stela, Zeline?! Turuti permintaan ayah kali ini, atau tidak kamu akan ayah kirim kamu ke Belanda dan kamu akan tinggal bersama Eyang Wati."
Pras pergi masuk ke dalam kamarnya menyisakan Zeline dan Arel yang masih terdiam. Zeline menatap Arel, namun cowok itu menghindari tatapannya.
"Aku kecewa sama kamu Lyn, kamu yang aku kira gadis baik-baik ternyata tidak sebaik yang aku pikirkan. Udah berapa cowok yang pake kamu Lyn? Banyak? Jazztin itu yang ke berapa?" ucap Arel tersenyum sinis.
Zeline menggeleng tidak setuju dengan apa yang Arel ucapkan. "Nggak gitu Ky, aku nggak seperti yang kamu pikirkan. Aku emang udah kotor tapi malam itu hanya kecelakaan."
"Kecelakaan?" tanya Arel. "Lalu kamu menikmatinya bukan? Apa pantas itu disebut kecelakaan? Aku rasa nggak Lyn. Aku nggak tahu harus gimana sama hubungan kita kedepannya."
Arel pergi meninggalkan Zeline yang terpaku. Zeline diam menatap lurus ke depan. Kacau, apa lagi sekarang?
*****
"Loh kok turun sih?" tanya Zeline pada Jazztin.
"Gue pengen ngomong sesuatu sama lo."
"Ayo." Jazztin menggandeng tangan Zeline lalu membawanya ke taman. Keduanya duduk di salah satu bangku yang disediakan.
"Mau ngomong apa?"
"Gue beneran minta maaf soal malam itu. Jujur gue mabuk berat karena gue terlalu banyak minum, pikiran gue kacau. Malam itu yang gue pikirkan hanya pelampiasan. Dan lo ada malam itu. Gue laki-laki normal Zel, gue nggak tahan lihat lo pake pakaian terbuka kayak gitu. Gue emang brengsek."
"Gue juga minta maaf. Emang seharusnya waktu itu gue juga nggak ke Club, gue nggak dengerin ayah dan malah berakhir kaya gini. Jujur gue nggak bisa benci lo, Jazz. Gue nggak bisa. Seberusaha apapun gue buat benci lo tetap nggak bisa. Rasa cinta gue ke lo lebih besar Jazz. Gue baru sadar gue hanya terlalu menganggumi Keano sampai gue nggak sadar kalo cinta gue itu hanya untuk lo." ujar Zeline tadi. Ragu. Ya Zeline ragu.
Jazztin tersenyum tipis. "Gue juga cinta sama lo, Zel. Tapi menjauh mungkin lebih baik. Orang tua lo tau yang terbaik buat lo, Zel. Lo udah ada tunangan kan? Fokus sama tunangan dan masa depan lo. Anggap gue nggak pernah hadir dalam hidup lo. Gue sayang sama lo, Zel. Maaf gue udah rusak lo."
Baru tadi. Baru tadi ia bisa berbicara tentang perasaannya terhadap Jazztin. Dan baru tadi juga ia ingin fokus pada Arel, namun semuanya hancur. Sekarang ia harus apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Teen Fiction📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...