40. Sehari Bersama Jazztin
*****
"Bibirnya berkata berhenti namun hatinya berkata ayo kejar lagi."
-Jacxuel Jazztin Maxbarent-
*****
Aroma ini Zeline menyukainya. Aroma air hujan yang jatuh mengenai tanah. Benar. Aroma ini sangat menenangkan. Minggu pagi ini Zeline sudah disuguhkan dengan pemandangan sekitar tempat tinggalnya yang diguyur hujan deras. Angin yang lumayan kencang menyapa tubuh Zeline. Gadis itu memejamkan matanya. "Zeline kangen Bunda."
Ya faktanya jika saat sendiri seperti ini hanyalah bundanya yang ia ingat. Almira. Bundanya yang selalu mengerti dirinya. Dan Reno. Pria itu mengapa tidak menemuinya lagi setelah kejadian waktu itu? Apakah Reno marah? Seharusnya tidak. Zeline yang harusnya marah di sini.
"Bunda tau? Zeline cuma pengen bunda hidup lagi. Zeline suka masa kecil Zeline. Karena saat masa kecil Zeline, Zeline masih bisa lihat bunda. Tapi sekarang beda bun. Zeline emang punya Oma tapi itu rasanya berbeda."
Zeline menghela napasnya pelan. Gadis dengan rambut yang dicepol asal itu melangkahkan kakinya keluar kamar. Satu fakta menyebalkan lagi bahwa seharian ini ia harus serumah dengan Jazztin. Ya Oma-nya itu mempercayakan Jazztin untuk menjaganya.
Selucu itu takdir ketika bercanda. Hati Zeline ingin melupakan Jazztin namun nyatanya tidak bisa. Dan hati Zeline ingin berhenti mengejar Keano namun nyatanya juga tidak bisa. Alasannya hanya satu. Diri Zeline yang takut untuk memilih sesuatu hal dari dua pilihan.
"BAAA!"
Zeline terjengit kaget. Dengan refleks gadis itu menampol pipi Jazztin. "Kampret!"
Jazztin cengengesan. "Curut!" balas Jazztin membuat Zeline bergumam kesal.
Hening sebentar. Aneh saja. Baru kemarin keduanya membicarakan hal serius lalu mengapa sekarang keadaan seolah mengubah keduanya menjadi seperti tidak terjadi apa-apa? Ah ini aneh.
"Ngapain?" tanya Jazztin bingung sendiri.
"Emang ngapain?" tanya Zeline balik.
Sekarang keduanya seperti orang linglung yang tak mengerti apa-apa.
Jazztin mengerutkan dahinya. "Emang ngapain sih? Orang dari tadi cuma diem-diem doang dari tadi."
"Lah siapa juga yang bilang kita lagi nyari kecebong?"
"Ah mboh!"
Jazztin, cowok itu kini duduk di sofa diikuti Zeline. Keduanya menonton kartun Spongebob Squarepants. Ternyata keduanya memiliki kartun favorit yang sama. Si kotak kuning dan si bintang pink.
"Jazz," panggil Zeline.
"Apwa?" jawab Jazztin dengan mulut yang dipenuhi oleh makanan.
"L-lo emang pacaran beneran sama Megan?"
Setelah mengatakan itu Zeline memalingkan wajahnya. Biarlah sekali ini saja dirinya menyampingkan gengsinya.
Jazztin menghentikan acara nyemilnya. Cowok itu tersenyum nakal lalu membalikkan wajah Zeline agar menatapnya. Merah seperti kepiting rebus. "Kenapa lo nanya gitu?"
"Nganu," jawab Zeline bingung sendiri.
"Nganu-nganu, apa Zel?"
"Itu kepo hehe."
"Iti kipi hihi," ujar Jazztin menye-menye menirukan perkataan Zeline tadi membuat gadis itu cemberut.
"Kalo gue pacaran sama Megan apa yang lo rasakan? Cemburu, hm?" Cowok itu menyeringai sambil mendekatkan wajahnya pada Zeline.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLIN-PLAN [END]
Teen Fiction📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI atau KBBI. 📌 Alur masih belum tertata rapi. 📌 Beberapa quotes dalam cerita diambil dari berbagai su...