Langit tampak muram dengan kilat yang tak henti mengintipkan cahayanya dari balik awan. Warna abu-abunya yang semakin tua seakan benar-benar menjadi pertanda bahwa hujan sebentar lagi akan turun, menghunjam bumi dengan air dinginnya yang menyejukkan. Dari puncak gedung bertingkat, nampak semakin jelas aura hitam langit yang terlihat semakin dekat dengan mata. Suara guntur yang menggelegar pun terdengar nyaring. Namun, laki-laki itu tetap berdiri tegak di sana. Mengantongkan kedua tangan di saku celana dengan ekspresi gelap seolah menantang. Keningnya berkerut dalam dan matanya menyipit tajam, menengadah ke atas, seperti sedang berbicara dengan penghuni langit yang terus saja meracau dengan bunyi petirnya.
Rambut cokelat tua yang sedikit panjang pada bagian samping muka menyapu-nyapu wajah seiring dersik angin yang semakin kencang. Menghalau pada siapa saja yang masih di luar ruangan agar segera menyembunyikan tubuh ke balik bangunan sebelum air langit benar-benar menyapa kulit dan membasahi pakaian.
Lelaki itu pada akhirnya menunduk, mengalihkan pandangan dari gagahnya langit yang semakin mengerikan dengan aura gelap. Mimik wajahnya yang tampak kaku, kini melunak, bersamaan dengan turunnya gerakan pundak yang sedari tadi tampak tegang serta embusan napasnya yang terdengar berat. Mata birunya kini menatapi bangunan-bangunan kecil di bawah puncak gedung itu, menikmati pemandangan di mana orang-orang mulai berjalan cepat melintasi bangunan demi bangunan untuk menyelesaikan urusannya sebelum hujan benar-benar turun.
Pikirannya berkabut dan ekspresi wajahnya kini menunjukkan keputusasaan, mendapati kenyataan bahwa hingga kini setelah bertahun-tahun lamanya, ia belum juga menemukan orang yang selama ini ia cari. Laki-laki pengkhianat yang telah mengambil barang miliknya yang berharga, yang sekarang ini entah bagaimana dan ada di mana. Ia tak habis pikir sama sekali, dengan kecanggihan teknologi yang telah mutakhir seperti waktu ini, masih saja ada jalan bagi orang-orang untuk mengambil celah sebagai penerobos sehingga bisa lolos dari pengawasan dan tetap bertahan.
Mata pria itu mengatup dan gerahamnya mengetat, merasakan dendam dan kebencian yang kembali berkobar di dalam dada. Namun seperti biasa, tubuhnya yang telah terpasang oleh teknologi Neo, mampu menetralkan perasaan negatif itu dan seketika hatinya tenang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]
Romance"Kaysen, kau sedang apa?" Dari balik layar tipis itu, Kaysen tampak mengalihkan pandangan kepada Celosia yang datang membawa tanya, memasuki ruangan dan melangkah perlahan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum hangat lalu bertopang dagu dengan kedua ta...