part 32

144 12 0
                                    

Selamat membaca semua

Tidak ada yang sempurna, semua orang mempunyai kekurangan. Jika kamu mencari orang yang sempurna san dapat melengkapi hidup kamu aku gak bisa. Aku mundur.

~Melisya

Mereka sampai di sekolah, sekolah ramai dengan para orang tua yang hadir. Di sana tampak sahabat-sahabat Melisya dan sahabat dari Davian.

Melisya pamit kepada orang tua nya untuk pergi menghampiri sahabat nya dan memberikan Alkan kepada mama nya.

Kedua orang tua Melisya langsung memasuki gendung sedangkan Melisya masih diluar dengan sahabat-sahabat nya.

"Eh foto-foto dulu yuk" ucap Ken.

"Boleh" ucap Davian.

Davian memanggil seseorang yang lewat di depan mereka dan meminta tolong memfoto kan mereka.

Setelah puas berfoto mereka berjalan memasuki gedung, tidak lupa mereka ber terimakasih ke seseorang tadi yang membantu mereka berfoto.

🎸🎸🎸

Hari semakin larut, acara belum selesai. Rintik hujan turun dengan perlahan tanpa menimbulkan suara. Guntur pun ikut menghiasi suara di malam ini. Di dalam gedung mereka tidak menyadari bahwa hujan.

Vian menyadari jika ini hujan, dia menatap Melisya was-was. Dia membisikkan sesuatu ke Embun. Ber tatapan dan mereka bingung.

Mereka takut jika phobia Melisya kambuh dan ketahuan Davian.
Embun mengirim pesan ke Zahra bahwa ini hujan dan dia mengkhawatirkan Melisya.

Zahra merasa handphone nya bergetar, dia memeriksa nya dan ternyata itu chat dari sahabat Melisya yang mengatakan jika di luar hujan dengan petir terjadi.

Dia menatap Melisya lalu membisikkan sesuatu ke Tion. Tion merasa jika phobia Melisya tidak akan kambuh dan menenangkan istri nya itu, dia berdoa di dalam hati jika putri satu-satunya itu tidak terjadi hal yang buruk.

Kepala sekolah berdiri di atas panggung, menyudahi pidato nya. Dan menutup acara perpisahan pada malam hari ini.

Tiba-tiba bunyi guntur dan petir terdengar begitu keras, menggegerkan seluruh manusia yabg hadir di acara ini.

Melisya gemetaran, dia takut, dia mencoba melawan ketakutan nya. Memejamkan kepala nya berniat untuk meri lexkan badan nya tetapi malah dia terbayang oleh kejadian di masa lalu yang menimpa nya.

Memegangi kepala nya. Davian yang berada di sebelah Melisya bingung dengan Melisya. Kenapa gemetar dan takut sendiri.

Dia mencoba bertanya kepada Melisya dan Melisya menjawab nya, jawaban Melisya membuat Davian terkejut. Jadi selama ini dia per hubungan dengan orang yang memiliki phobia? Melisya menyembunyikan masalah ini ke pada nya?.

Davian mulai emosi, dia bertanya kepada Melisya dan Melisya menjawab dengan jujur. Dia mencengkeram bahu Melisya sedangkan Melisya sedang ketakutan karena suara petir dan guntur terdengar dan kejadian mulai berputar kembali.

"Kok lo nyembunyiin masalah ini dari gue sih!!" Ucap Davian.

Davian memanggil mengunakan lo gue lagi tidak aku kamu.

"Gue itu mau pasangan gue yang sempurna, gak penyakitan" bentak Davian.

Ken mencoba menenangkan Davian yang mengamuk dan sahabat-sahabat Melisya mulai menenangkan Melisya. Bukan nya berhenti Davian malah semakin menggila, memarahi, membentak dan yang lain.

Tion melihat semua nya, dia tidak menyangka bahwa Davian mempunyai sifat seperti itu. Dia jadi menyesal telah mengizinkan mereka berpacaran.

Tion muali berjalan kearah mereka, menghajar Davian yang sudah keterlaluan menurut nya.

"Semua orang gak sempurna gak ada yang sempurna, kita mempunyai pasangan itu untuk menyempurnakan, dan nyaman satu sama lain" ucap Melisya.

Melisya mulai memandang Davian dengan pandangan tidak percaya, pacar yang selama ini ternyata ini sifat aslinya.

"Bukan, bukan gue mau nutupin phobia gue dari lo, lo ingin waktu beli es terus gue mau ngomong? Itu gue mau ngomong hal ini tetapi gak jadi terus, ada halangan yang menghalangi gue buat ngomong" ucap Melisya.

"Kalo lo mau putus, putus aja, gue terima" ucap Melisya.

Melisya menangis di pelukan Vian, dia tidak menyangka bahwa Davian seperti itu. Mengingini kan kesempurnaan dari pada sayang.

"Oke kita putus" ucap Davian.

Davian santai saja, bangun dari jatuh nya dan mengusap pipi nya yang tadi di jotos oleh papa penyakitan.

Dia berjalan dengan santai tanpa menghiraukan tangisan Melisya yang kencang.

Melisya menangis lebih kencang lagi, melihat respon Davian. Tion membawa Melisya kedalam de kapan hangat nya, menyalurkan kekuatan dan memberikan motivasi untuk diri nya.

Zahra tidak melihat semua nya karena tadi dia pergi ke mobil until mengatikan Alkan popok. Dia menggendong Melisya yang pingsan dan membawa nya ke mobil.

Disusul dengan sahabat-sahabat Melisya yang membawakan tas dan yang lain. Sahabat Davian pun masih disini tanpa ingin pergi seperti Davian.

Mereka meminta Maaf atas kelakuan Davian tadi. Setelah itu sahabat Davian pergi dari sana dan pergi mencari Davian.





____

Kalian kalo jadi Melisya sedih gak sih? Hanya karena suatu phobia mereka berpisah setelah berjuang bersama.

Davian hanya memikirkan kesempurnaan, dan ingin memiliki kesempurnaan itu dan mendampingi diri nya dan manjadi pasangan yabg sempurna.

Pasangan itu saling melengkapi, dan nyaman satu sama lain. Terbuka tanpa menutupi sesuatu. Berjuang jika pasangan nya mempunyai penyakit. Berjuang untuk menyembuhkan nya tanpa meninggalkan pasangan itu.

Astraphobia [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang