part 35

147 13 0
                                    

Happy reading

"Selamat siang, bagaimana dengan keputusan bapak?" tanya seseorang dari sebrang telfon.

"Iya saya dan keluarga saya akan menjahui Melisya" ucap Tion.

"Siap pak, nanti saya akan ke perusahaan bapak untuk mengambil berkas untuk di tanda tangani oleh atasan saya" ucap Gendra.

Tion telah memberi tau keputusan nya, dia takut sesuatu akan terjadi jika mereka menjahui nya. Apa lagi jika ada hujan Melisya tidak bisa sendiri.

____

"Hahahaha sudah ku duga" ucap Davian.

"Sana kamu ambil berkas lalu kasih ke saya biar cepat di tanda tangani" ucap Davian.

"Baik pak"

Davian tertawa dan membayangkan Melisya yang hidup susah, dan mungkin sebentar lagi akan meninggal.

"Siap-siap bertemu dengan penderitaan" ucap Davian.

Sedangkan Melisya sedang menatap bunga yang ada di tempat rumah nya.

Tampak rapi dan terawat.

"Kamu jangan sedih ya kalo sifat kita nanti beda, percaya lah meskipun begitu kita tetep sayang sama kamu" ucap Zahra.

"Iya ma, santai aja" ucap Melisya tersenyum.

Melisya memeluk Zahra, menyenderkan kepala nya ke badan ibu nya. Menikmati pelukan hangat nya yang entah bisa dia dapatkan lagi atau tidak.

"Melisya ke kamar ya ma, mau tidur" ucap Melisya.

"Iya"

Melisya masuk ke dalam rumah lalu menaiki tangga menuju kasur nya. Membuka handphone nya dan membalas pesan sahabat-sahabat nya satu persatu.

Setelah selesai Melisya bersandar di kasur, tangan nya membuka balas dan mengambil earphone nya dan memutar kan lagu.
Tidak terasa Melisya tertidur dengan posisi duduk.

Pintu kamar terbuka, terbayar itu Vian dan Embun. Mereka berjalan kearah Melisya lalu melepaskan earphone nya dan memanggil papa Tion karena tadi mereka berpapasan dengan Tion waktu memasuki komplek rumah nya.

"Pa ini Melisya nya di benerin, kasian kalo tidur nya kaya gitu. Nanti sakit-sakit" ucap Embun.

Tion membenarkan posisi nya, setelah semua nya rapi mereka keluar. Embun dan Vian ingin mengajak Melisya jalan tadi tetapi mereka terlambat karena Melisya terlebih dahulu ter tidur. Jadi mereka kesini bermain dengan Alkan si kecil.

"Kakak, Kak lis kok kemarin di rumah sakit kenapa?" tanya Allan.

Kemarin dia di rumah dengan saudara papa nya, kata orang tua nya kakak nya ada di rumah sakit.

"Kakak cuman ke capean aja Al" jawab Embun.

"Nanti Alkan mau mijitin kakak ah biar kakak gak kecapean lagi" ucap Alkan.

Semua orang sontak tertawa dengan tingkah Alkan, mereka tau Alkan sangat sayabg kepada kakak nya.

"Kamu sayang ya sama kakak" ucap Vian mengelus puncak kepala Alkan.

"Iya, kakak kan kakak aku" ucap Alkan.

"Mama mau susu" ucap Alkan.

"Ini sayang" ucap Zahra.

Alkan turun dari sofa dengan di bantu Embun dan berjalan ke mama nya meminta membuatkan susu untuk nya.

"Anak mama ngantuk ya," ucap Zahra.

Alkan meminum susu nya dan bersandar di tubuh ibu nya. Tidak lama Alkan ter tidur dan Tion memindahkan nya di kamar agar nyenyak.

Zahra mengampiri para sahabat anak nya, lalu menyampaikan sesuatu.

"Jaga Melisya ya kalo ada sesuatu, ada masalah yang harus kita hadapi" ucap Zahra.

"Iya ma, kok ngomong gitu?" tanya Vian.

"Davian licik, dia minta kita jahuin Melisya mengancam dengan perusahaan nya" ucap Zahra.

"Kok segitu nya ya, yang sabar ya tan" ucap mereka.

Mereka memeluk mama Melisya, karena. Mereka menganggap mama Melisya seperti mama mereka sendiri.

"Kita di suruh pergi dari rumah ini, biar Melisya sendiri, nanti kalo hujan kalian ada di samping nya ya, biar bisa dampingi Melisya" ucap Zahra.

👀
👀

"Dada ma" ucap Vian dan Embun.

Setelah berbicara tadi mereka pulang karena hari sudah sore, Zahra menuju kamar nya lalu membereskan baju-baju mereka untuk pindah. Rasa nya berat meninggalkan anak nya tapi bagaimana lagi.

"Ma tadi papa udah kasih tau Melisya," ucap Tion dari pintu.

"Dia bilang gak papa kalo sendiri" ucap Tion.

Malam hari nya mereka lansung pindah. Sekarang Melisya di rumah besar sendiri. Melisya turun kebawah dan memasak telur untuk nya makan lalu makan di ruang tv sambil menonton tv.

Handphone Melisya berbunyi, membuka nya ternyata ada isi chat dari nomer yang tidak di kenal.

+623444×××××

"Kehancuran mu dimulai"

Melisya mengacuhkan nya, Dia tau yang mengirim pesan ini itu Davian. Dia mencoba mengiklaskan nya dan melupakan nya.

Setelah habis Melisya ke dapur dan mencuci piring nya serta minum.

Sedangkan di lain tempat Tion dan Zahra sedang di ancam oleh Davian.

Mereka harus men jahui Melisya, mengacuhkan nya dan tidak peduli kepada Melisya.

Tion dan Zahra hanya bisa mengangguk karena jika mereka tidak menyetujui nya Alkan akan di celaka.


Astraphobia [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang