part 14

229 15 0
                                    

Happy reading




Sekarang Melisya sedang berada di balkon nya, melihat pemandangan di malam hari. Lalu mendongak ke arah langit.

Semua orang menyalahkan ku
Apakah aku memang benar salah?
Jika iya, maaf kan aku
Aku merindukan kalian
Tapi mungkin orang tidak mempeecayaiku lagi.

Ucap Melisya dalam hati, dia kembali teringat akan kejadian masalalu yang membuat beberapa orang tidak menyukai nya dan membuat tidak percaya kepada nya, meskipun itu tidak semua tetapi itu membuat sakit hati.

Ingin kembali bermain dengan paman dan sahabat nya dulu, tetapi akan ada penghalang yang menghalangi nya untuk bermain.

"Apakah hidupku selalu monoton seperti ini?" Gumam Melisya.

Bingung dengan semesta, yang seolah sedang mempermainkan nya, di pertemukan seseorang untuk bermain tetapi sekrang semesta memisahkan meraka.

"Apakah jika seseorang berada dekat dengan ku seperti sahabat lama dan paman ku akan celaka seperti meraka?" gumam Melisya lagi.

"Enggak kok, itu cuman takdir" jawab seseorang dari arah pintu.

"Tapi gara-gara Melisya mereka celaka" ucap Melisya.

"Itu takdir, nih kalo orang yang deket sama Melisya bakal celaka tapi mana buktinya, sekarang papa, mama sama, Alkan dan sahabat kamu baik-baik aja" ujar orang itu.

"Tapi, kalo aja dulu Melisya gak ngajak mereka main hujan pasti kita bisa main sama-sama lagi" ucap Melisya.

Tidak terasa dia menangis, menenggelamkan kepala nya di dalam lipatan tangan nya dan menangis karena dia percaya bahwa itu akibat ulah nya.

"Dengerin, suka hujan dan main hujan itu gak salah, banyak yang suka hujan dan mengekspresikan nya dengan sesuatu,  itu bukan salah kamu, itu takdir. Ingat itu" ucap nya.

Ternyata itu Tara orang yang memberi nasehat kepada Melisya.
"Lo tau gak, kenapa paman suruh lo masuk dulu?" Tanya Tara.

"Enggak" jawab Melisya.

"Karena paman gak mau keponakan kecilnya ini terluka" jawab Tara.

Tara duduk di samping Melisya, membawa kepala Melisya untuk bersender di bahu nya, menguatkan Melisya untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri.

"Kalo mau paman bahagia, lo harus bisa sembuh dari fobia lo, inget itu kecelakaan yang sudah tuhan rencanakan, bukan salah lo" nasehat Tara.

Tara ingin sekali Melisya sembuh dari Fobia nya, Melisya sudah banyak menderita.

"Makasih, gue bakal usaha" ucap Melisya.

Karena Melisya mengantuk dia akhirnya terdur disana, dengan kepala masih di pundak Tara. Bunyi pintu terdengar tetapi tidak mengusik Melisya yang sedang tidur.

"Ini bukan salah kamu kok, ini udah takdir, semoga kamu sembuh dari fobia kamu ya" ucap seseorang dengan lirik.

Menatap iba Melsiya, lalu dia menggendong Melisya untuk di pindahkan ke ranjang dan menyelimuti nya.

"Semoga kamu bahagia, lupakan masalalu dan cobalah bangkit, meskipun sulit" ucap orang itu.

Dia pergi dengan di ikuti Tara dari belakang. Mereka datang karena dia sedang ada urusan disini dan mengetahi bahwa ponakan nya mempunyai fobia karena kejadian masalalu.

"Gimana, Melisya tau kamu ada?" tanya Tion.

"Gak bang, waktu gue masuk kamar Melisya ternyata Melisya udah tidur" jawab Dion paman Melisya yang tersambar petir dulu.

"Mungkin kalo Melisya tau lo disini, mesti dia nangis" ujar Zahra.

Karena dulu Melisya disaat bertemu sahabat yang terkena petir Melisya histeris, sampai masuk rumah sakit karena kelelahan. Dan sampai disitu Melisya tidak pernah bertemu sahabat dan paman nya.

Dion baru tau kabar itu dari Tara disaat mereka tidak sengaja bertemu, saat ini Dion sedang ada urusan bisnis, dan dulu setelah kejadian itu mereka lost kontak karena ibu Tion.

"Tara kita pulang yuk, gak enak kalo disini dah malem" ajak Dion.

"Gak mau nginep aja Di?" tanya Zahra.

"Enggak Zah, gue besok ada kerjaan" jawab Dion.

Setelah Tara dan Dion pulang, Tion dan Zahra masuk ke kamar untuk tidur setelah mengunci semua pintu dan jendela gang ada di rumah nya.

__

Pagi hari datang, beda dari hari biasa nya, hari ini hujan, dan Melisya memutuskan untuk tidak berangkat sekolah, dan orang tua Melisya juga setuju, takut jika Melsiya terjadi sesuatu.

"Melisya bantu mama di dapur" ucap Zahra.

"Iya" jawab Melsiya.

Tion san Alkan sedang menonton tv yang menayangkan acara kartun kesukaan Alkan.

"Mama mau buat apa?" tanya Melisya.

"Mau buat es buah, enak hujan-hujan minum es" jawab Zahra.

Bukanya kalo hujan itu lebih enak makan yang hangat-hangat ya?, tapi berbeda, mereka lebih menyukai es dari pada panas.











_____
Makasih udah baca.

Jangan lupa vote dan komen ya.

Astraphobia [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang