part 42

174 13 0
                                    

Selamat membaca








Ini sudah 9 bulan, tetapi orang tua Melisya tetap belum bangun dari koma nya. Dulu dokter menyuruh Melisya untuk melepaskan nya dan mencabut semua alat-alat yang menempel di diri orang tua Melisya. Tetapi Melisya mencegah nya karena masih percaya bahwa kedua orang tua nya akan bangun.

Semakin hari, Melisya mengerti dengan cara kerja perusahaan nya, sedikit demi sedikit perusahaan Melisya maju. Melisya menyewa baby sitter untuk menjaga dan mengajak Alkan bermain. Meskipun mereka di bawa Melisya pergi ke kantor nya.

Sekarang di ruangan Tion terdapat ruang bermain bagi Alkan. Kadang mereka bermain di taman kantor atau bermain di rumah.

Hari ini Melisya harus pergi ke luar kota untuk mengurus hotel nya yang akan jadi. Melisya terpaksa meninggalkan Alkan di rumah dengan baby sitter nya tanpa membawa nya, karena dia takut membuat Alkan capek dan nanti sakit.

5 menit lagi penerbangan Melisya, dia berjalan dengan koper di tangan nya dan Daka di samping nya.

Perjalanan sangat singkat karena mereka dari jakarta menuju Jawa tengah. Setelah penerbangan mereka langsung ke hotel untuk istirahat. Melisya mandi untuk menyegarkan badan nya yang lelah. Lalu dia bersiap untuk tidur.

Memeluk guling nya dan menutup mata nya, tetapi bunyi ketukan membuat Melisya mengurungkan niat nya untuk tidur. Menghela nafas lalu pergi membukakan pintu.

"Non pihak rumah sakit menyuruh non untuk pergi kesana" ucap Daka.

"Kenapa pak?" tanya Melisya panik.

"Keadaan tuan sama nyonya non, kesehatan mereka turun" ucap Daka.

Melisya kaget, kaki nya lemas. Melisya langsung pergi ke kamar dan membereskan barang-barang nya, dan menyuruh Daka untuk memesankan tiket pesawat sekarang. Dan Melisya mempercayakan Daka untuk hotel ini.

Selama di pesawat Melisya berdoa untuk kesehatan orang tua nya, sedari tadi dia gelisah.

🎸

"Mbak, tuan dan nyonya sudah kembali" ucap Dokter yang selama ini menangani Tion dan Zahra.

Melisya lemas, terduduk di lantai dan menangis, apakah ini mimpi? Kenapa takdir mempermainkan diri nya.

Menangis dengan kencang, tanpa memperdulikan orang yang berada di sana.

Dokter tadi masuk dan menyuruh suster untuk menangani Melisya.

"Mbak, sabar ya. Tuhan lebih sayang sama orang tua mbak" ucap suster itu.

Melisya langsung memasuki ruangan tadi, menghampiri papa nya dan memeluk nya. Dia menangis, tidak percaya akan hal ini dan berharap ini hanya candaan dan tidak nyata.

Tiba-tiba ada yang memegangi pundak nya, Melisya berbalik dan langsung memeluk Tara. Menangis dengan kencang, tidak menerima ini dia belum siap.

"Itu hanya bohong kan Tar?" tanya Melisya.

Memukul dada Tara dan menangis disana, bagaiman jika Alkan menanyakan orang tua nya? Apakah Melisya menjaga Alkan dengan baik?

"Hiks ... hiks"

"Tenang ya, gak takut kalo om sama tante marah sama kamu karena kamu cengeng?" tanya Tara.

Melisya lantas melepaskan pelukan Tara dan menatap tajam Tara. Sedangkan Tara hanya bingung kenapa Melisya memandangnya begitu.

"Gimana kalo Alkan tanya mama sama papa dimana?" tanya Melisya.

"Nanti aku bantu jelasin, tenang aja. Sekarang kamu duduk di sofa terus berdoa buat orang tua kamu, aku mau urus atminitasi dulu" ucap Tara.

Melisya duduk dan merapalkan doa, mencoba kuat demi Alkan. Demi sang asik yang masih kecil. Setelah semua nya, orang tua Melisya akan di makam kan nanti siang.

Sekarang Melisya pulang dan memberitahu Alkan. Alkan menyambutnya dengan senyum ceria dan berlari dari pintu dan memeluk Melisya.

"Kangen sama kakak ya?" tanya Melisya.

"Iya, apa lagi sama papa dan mama" ucap Alkan.

Melisya hanya bisa tersenyum sedih, bagaimana menjelaskan semua nya kepada anak kecil yang belum tau sesuatu.

"Alkan papa sama mama udah tinggal di atas, mereka udah seneng" ucap Melisya.

"Papa di atas mana? Di atas genteng?" tanya Alkan.

"Bukan sayang, mereka sudah ada di sebelah tuhan" ucap Melisya.

"Maksud kakak apa, Alkan gak paham" ucap Alkan.

"Gak papa, sekarang Alkan sama mbak dulu ya, terus ganti baju, kakak mau ke atas mau mandi" ucap Melisya.

Melisya menurunkan Alkan di depan baby sitter nya, dia memberitahu nya bahwa mama dan papa Melisya meninggal.

Astraphobia [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang