40

152 12 0
                                    

Happy reading


Berbulan bulan Melisya hidup dengan kebencian, di benci keluarga sendiri itu sangat menyakitkan. apalagi karena di benci karena salah faham.

1 tahun hidup seperti sendiri padahal masih ada keluarga nya. Melisya kuliah di salah satu universitas di indonesia.

Semakin hari sikap Tion dan Zahra semakin acuh dengan nya, sahabat nya? Mereka sibuk dengan urusan pribadi dan yang lain.

Jika ada petir dan hujan Melisya menghadapi sendiri. Rasa takut, gelisah menjadi satu. Hari ini Melisya harus membayar uang kuliah tetapi tidak mempunyai yang dan Tion tidak memberikan uang semenjak itu.

Melisya turun kebawah dan melihat Tion.

"Pa Melisya belum bayar kuliah, papa bayarin ya" ucap Melisya.

"Sama minta sama orang yang yang make kamu aja sana" ucap Tion.

"Pa, berapa kali sih Melisya kasih tau. Melisya itu gak pernah kaya gitu" ucap Melisya.

"Kalo gak pernah kenapa ada buktinya?" tanya Tion.

"Davian itu pa, mungkin dia yang menghasut papa sama mama" ucap Melisya.

Plak

Sekali lagi, Melisya mendapatkan tamparan dari papa nya. Melisya hanya bisa memegangi pipi nya.

"Jangan nuduh-nuduh kamu, harusnya saya dan istri saya berterimakasih kepada nya karena telah memberi tau perbuatan kotor kamu" ucap Tion.

Melisya tersenyum pedih, dulu dia yang di bela, di sayangi tetapi sekarang dia di bentak, tampar dan yang lain nya.

Melisya pergi ke kamar nya, merasa bosan dengan kehidupan nya, hanya ingin meminta papa nya untuk membayar tetapi malah yang dia dapatkan ini, sebuah tamparan dan cacian.

Dia membuka handphone nya dan melihat isi uang yang berada di rekening nya, 1 jam yang lalu ada yang mengirimkan nya uang.

Melisya tidak kuat dengan tekanan ini, selama ini dia pendam ketakutan nya. Melisya memikirkan untuk bunuh diri. Tetapi dia ingat jika dia bunuh diri dia tidak akan di terima.

Mempunyai ide, dia pergi dari negara kelahiran nya dan pindah. Sebelum nya dia sudah memesan tiket dari 1 taun yang lalu karena rencana nya dia ingin liburan.

Memikirkan segala nya, mulai dari pekerjaan, rumah, universitas dan yang lain.

Melisya akan tinggal disini selama 2 bulan, Melisya masih memiliki harapan untuk mereka berubah.

"Aku harap kalian segera berubah dan aku tidak akan pergi, tetapi jika kalian tidak berumah maka keputusan ku sudah bulat" gumam Melisya.

Menyenderkan tubuh nya di kursi yabg berada di balkon. Menikmati angin sore, menulis sesuatu untuk kenang-kenangan.

"Jika aku benar-benar pergi aku harap kalian bahagia" ucap Melisya.

Menghapus air mata nya dan menatap awan, apakah ini takdir nya? Dia percaya dia di berikan ujian karena dia sanggup menghadapi ujian ini.

Melisya masuk dan mengerjakan tugas kuliah nya.

🎸

Pagi hari datang, angin sejuk dan matahari muncul, bunyi burung bersahutan dan ayam berkokok.

Melisya menggeliat dari kasur nya, merasa terganggu dengan cahaya matahari.

Melisya bangun, mengusap wajah nya. Melihat kearah jam dinding.
Melisya turun dan pergi ke kamar mandi, untuk mandi. Setelah mandi dia membersihkan tempat tidur nya.

Setelah rapi, Melisya turun dan makan. Mereka makan dengan diam.

Setelah makan Melisya mencuci piring dan gelas nya sendiri setelah selesai dia pergi lagi ke kamar.

"Mau kemana ya?" tanya Melisya pada diri nya.

"Ke taman aja deh, Kalo ke mall nanti uang gue habis" ucap Melisya.

Melisya ber siap-siap terlebih dahulu. Mengunakan dres selutut yang berwarna biru muda, sepatu kets berwarna putih dan tas salempang.

Setelah selesai Melisya turun dan menuju bagasi, tetapi ada seseorang yang memanggil nya.

"Kakak" ucap Alkan.

Melisya berbalik lalu melihat menengok kearah Alkan yang berada di gendongan Tion.

"Iya, Kenapa Al?" tanya Melisya.

"Kakak mau kemana?" tanya Alkan.

"Mau ke taman" ucap Melisya.

"Alkan ikut Alkan ikut" ucap Alkan antusias.

Alkan turun dari gendongan papa nya dan berlari ke Melisya, Tion hanya melihat nya dengan pandangan Datar.

"Pa Melisya ajal Alkan gak papa kan?" tanya Melisya.

"Tapi jangan kamu ajarin yang seharusnya gak dia tau" ucap Tion.

Setelah mengucapkan itu Tion pergi ke dapur menghampiri Zahra.

Melisya dan Alkan berjalan ke garasi, dan masuk ke mobil.

🎸

Mereka sudah sampai di taman, Melisya dan Alkan. Berjalan dengan santai dan duduk di bangku nya. Alkan meminta bermain ayunan.

"Sini kakak yang dorong" ucap Melisya.

"Hahaha yang kenceng kak" ucap Alkan.

Melisya tidak mengencangkan dorongan nya, dia takut jika Alkan jatuh dan semakin di nanti orang tua nya.

"Alkan udah ya, kita beli es krim aja yuk" ajak Melisya.

"Yuk yuk" ucap Alkan.

Melisya mengandeng Alkan dan berjalan menyeberangi jalan, setelah sampai mereka memesan. Melisya memesan 1 cap kecil untuk Alkan dan dia begitu tetapi beda rasa.

Astraphobia [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang