VotmentSudah terlihat sejak gadis berponi itu bersama Eunwoo banyak perubahan yang pria itu rasakan, walaupun saat itu usia masih terbilang muda namun Eunwoo mampu memberikan kasih sayang yang seharusnya gadis umur lima tahun itu dapatkan.
Bukan terlahir dari keluarga kaya, bukan pula terlahir dari keluarga yang utuh, keluarga yang mampu memberi kasih sayang, cinta, rasa aman dan sebuah kenyamanan.
Namun pria ini terlahir dari rahim seorang wanita yang tidak mengharapkan nya sama sekali, seorang yang seharusnya ia panggil ibu, seorang wanita yang seharusnya bisa memberikan cinta dan juga kasih sayang nya. setiap Eunwoo mengingat kejadian dimana ibunya meninggalkan dirinya di sebuah panti asuhan dalam keadaan hujan deras di selimuti dengan Suara Guntur yang menggelar kala itu.
Di malam kelam itu Eunwoo ingat betul bagaimana wajah ibunya dengan pahatan wajah yang cantik, dan tak lupa pelukan hangat juga kecupan manis itu, kecupan yang di berikan ibunya untuk terakhir kali sebelum wanita itu hilang di antara gelapnya malam dan derasnya hujan yang menerpa tubuh kurusnya.
Bukannya tak berniat menahan atau sekedar menangis, berharap sang ibu berbalik dan memeluknya namun kata kata manis yang ibunya, ucapkan seolah membuat Eunwoo percaya mana ada seorang ibu yang tega meninggalkan anaknya " Eunwoo–ya tunggu Eomma eoh, jika sudah saatnya Eomma akan menjemput mu, Eomma harap kau mengerti."
Anak laki laki dengan usia 3 tahun itu hanya mengangguk tak mengerti apa yang ibunya ucapkan tak tau dimana dia berada saat ini, entah apa yang terjadi kepadanya, yang pasti satu hal yang anak itu percaya ibunya akan kembali.
Ketika tangan itu perlahan mulai melepaskan dekapannya, ketika mata itu tak mampu menahan tangisnya lagi, dan di situlah Eunwoo tahu ibunya takkan kembali takkan ada pelukan hangat seperti ini lagi, takkan ada kecupan manis di keningnya takkan ada nyanyian pengantar tidur yang membuat Eunwoo terlelap.
Hari harinya begitu berat Eunwoo kecil tak mampu lagi mengukir senyum manis di wajah tampannya itu, membisu di tengah keramaian, menutup matanya di tengah indahnya dunia yang seharusnya itu menjadi hal yang menyenangkan untuk anak seusianya, menangis di setiap malam mengingat kenangan singkat bersama sang ibunda.
Bekerja keras siang dan malam hanya untuk sesuap nasi dan seteguk air di kala kejamnya dunia dengan kemajuan jaman yang semakin berkembang, di tuntut untuk selalu menjadi kuat walau nyatanya dirinya hanyalah seorang anak yang benar benar rindu, akan masa masa dirinya bisa menendang bola, dimana suapan demi suapan nasi yang masuk melalui mulut nya dengan iming iming kata kata manis dari sang ibu.
Dan kini Eunwoo dewasa pun masih membenci takdir, ibunya, hidupnya apapun mengenai dirinya, siapa, bagaimana ,dimana, kenapa, Sebuah pertanyaan yang mudah namun memiliki jawaban yang rumit.
Eunwoo bukanlah seseorang yang mudah menerima sesuatu dan nyatanya kini dia masih membenci sosok wanita yang telah melahirkan nya ke dunia, dengan takdir yang membuat nya harus berjuang keras dan untuk masa kecil hingga masa remaja yang ia lewati kan Eunwoo menyesali itu semua.
Namun satu hal yang membuat Eunwoo bersyukur satu hal yang membuat Eunwoo bahagia hadirnya seorang gadis kecil di hidupnya, yang kini memanggil nya dengan sebutan Kakak laki laki, seorang gadis yang mampu membuat Eunwoo kembali bersuara, kembali membuka matanya, kembali tersadar bahwa kini dia hidup dan berarti untuk seseorang.
Tangisnya, tawanya, rengekan nya, senyumannya, senandungnya, pelukannya, kecupannya. Lisa seseorang yang mampu membuat Eunwoo berguna sebagai manusia, menjadi kakak, menjadi ayah, menjadi ibu, menjadi teman, menjadi kekasih, kini hidupnya hanya seputar tentang gadis berponi itu.
Bagaimana caranya membuat gadis berponi itu tersenyum dan akan selalu tersenyum. "Untukmu Lisa Oppa sangat sangat menyayangi mu gadis kecil ku yang manis."
For Lisa.
Balong leutik,16:50pm« sudah di revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
For Lisa [ ✓ ] | Eunlisa
FanfictionLalisa Kim, seorang gadis yang tak seberuntung teman teman sepermainan-nya, tapi tunggu gadis itu hanya memiliki saru orang teman saja. Lisa kecil selalu bertanya mengapa semua orang menatapnya jijik seakan ia semacam virus yang harus segera dimusna...