Votment
Selang beberapa hari setelah perdebatan itu, Doyoung perlahan mulai membuka akses untuk menyentuh hati kecil putrinya gadis itu tak menolak juga tak memberi respon mengenai setiap pertanyaan yang ia lontarkan. Sesabar mungkin karena perlu kalian ketahui Doyoung tidak lah sebaik itu, namun demi Lisa ia rela menjadi apapun untuk permata-nya.
Dengan segala ketenarannya bukanlah hal sulit untuk pria itu mencari atau mendapatkan sesuatu yang ia inginkan, semua nampak mudah hanya dengan sekali ucap tapi tidak dengan hati Lisa. Hanya memohon dan selalu berharap agar baiknya Tuhan segera menggerakkan hati itu agar mau menerimanya.
Doyoung juga tak tinggal diam ia segera mencantumkan nama Putrinya untuk penerimaan donor mata secepat mungkin, tak main main ia berani membayar dengan harga yang mahal untuk itu. Tapi tak sesuai yang ia harapkan nyatanya sampai saat ini kabar mengenakan belum juga hinggap di pendengarannya.
Dan agaknya cobaan terus datang secara bertubi-tubi dokter mengatakan bahwa masalah pada mata Lisa itu bersifat permanen namun Doyoung tak ingin menyerah ia percaya akan keajaiban putrinya akan melihat lagi, ia yakin itu.
•••
Ini adalah hari terakhir Eunwoo untuk bisa bersama Lisa karena besok ia harus kembali pada aktivitas nya, mencoba memberikan pengertian dengan sangat lembut agar gadis itu tak merajuk agaknya itu memang berhasil membuat Lisa pasrah dan mengerti akan keadaan sang kakak.
Lisa bersikeras menolak untuk tinggal bersama seseorang yang ia panggil Appa itu namun pada akhirnya ia terbangun di sebuah ruangan bercat putih dengan segala fasilitas memadai, aroma lavender yang menyeruak juga empuknya kasur king size yang membuatnya nyaman.
Bertahun tahun lamanya ia hidup dengan semua kesederhanaan yang Eunwoo berikan dan merasa terlonjak saat seseorang memanggilnya dengan penuh hormat juga embel-embel nona muda, perlakuan baik bak sang Putri tak dapat ia bayangkan segala bentuk kemewahan dan kenyamanan yang ia rasakan.
Tapi itu tak membuat Lisa lupa diri akan siapa dirinya, hatinya masih tertutup rapat untuk sekedar membuka memori lama yang sama sekali tak ingin gadis itu kenang, bahkan untuk menyadari bahwa semua ini semata mata hanya ungkapan rasa bersalah sang ayah karena telah menelantarkan putrinya.
"Apa yang sedang kau lakukan Hem?" Tanya Doyoung ketika melihat putrinya hanya mematung memandang kagum langit kelabu tanpa tau bagaimana pemandangan di hadapannya, hatinya teriris melihat itu bagaimana Lisa tetap tersenyum walau hanya hitam yang ada.
Lisa tak menjawab ia sibuk dengan dunianya tapi ia juga tak menghiraukan kehadiran Doyoung di sisi kanannya. Gadis itu memejamkan mata sesaat lalu menoleh arah sumber suara. "Jangan menatap ku dengan raut belas kasih mu itu!" Tegur Lisa saat manik Doyoung tak kunjung berhenti menatap wajahnya.
Tertegun sesaat sebelum ia mengembalikan kesadaran nya, Lisa bahkan tubuh menjadi sosok gadis yang kuat tapi Doyoung, tidak sama sekali berbelas kasih ia hanya merasa sakit dan begitu menyesal atas semua ini.
"Appa Lisa-ya Appa, tak bisakah ka--" Doyoung mengeryit dan menahan pergelangan tangan Lisa yang hendak bangkit, hatinya mencelos sakit sudah berapa kali ia mengatakan permintaan yang sama namun tak kunjung putrinya kabulkan.
"Ya, Appa ingin sekali rasanya aku berteriak dan menyombongkan pada dunia bahwa sekarang aku memiliki seorang ayah, seseorang yang bisa menjaga dan memanjakan ku layaknya cerita teman teman yang selalu membuat ku iri disaat mereka menceritakan bagaimana manisnya sang ayah yang selalu memberikan hadiah juga pelukan hangat di setiap harinya—
Aku ingin tapi agaknya egoku ini telah membutakan rasa rindu yang terpendam dan hampir tenggelam ke dasar saat ini." Batin Lisa berteriak marah walau dalam diam dan menyesakan.
•••
Hari itu tiba dan Eunwoo benar benar pergi kecupan singkat di dahinya terasa amat pedih, lagi dan lagi ia harus merasakan pahitnya menahan rindu, mengikuti alur takdir yang Tuhan telah putuskan tak ayal semua terasa sangat rumit.
Kembali pada kegiatan awalnya yaitu merajut, gadis itu terduduk di lantai beralaskan karpet berbulu yang hangat, sudah tiga puluh menit berlalu ia masih betah dengan aktivitas nya, tak lupa sudah beberapa pelayan yang masuk untuk sekedar mengantarkan camilan dan susu hangat.
Dimana pun ia berpijak dunianya takkan berubah, hanya ada sepi juga tumpukan benang rajut yang menjadi temannya. Radio lapuk yang sudah menemani gadis itu hampir dua tahun kini benar benar menjadi barang rongsok yang tak bisa di harapkan, sesepi itu kah dunianya?
"Annyeong, putri Appa! Lihatlah apa yang Appa bawa." Selang beberapa saat Doyoung datang dengan Suara yang teramat bahagia, membawakan sebuah radio kecil beserta earphone kecil yang sangat praktis untuk ia bawa kemanapun.
"Kakakmu bilang, kau sangat suka dengan alat musik terlebih pada sebuah radio ia juga bilang kau pandai menari." Cecar Doyoung walau Lisa sama sekali tak menggubris ocehannya.
Di abaikan untuk kesekian kalinya tak membuat pria itu menyerah, tangan kekarnya mengambil dua pasang earphone itu lalu menempatkan pada pendengaran Lisa juga pada pendengarannya, jarinya menekan tombol play hingga menimbulkan sebuah alunan musik yang amat menenangkan.
Lisa lemah jika sudah menyangkut dengan musik dan indahnya nada di setiap ritme itu, gadis itu terbuai hingga bersenandung kecil dan mengerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan gerakan santai namun itu mampu membuat pria berumur disampingnya tersenyum bahagia, senyumannya sangat lebar Doyoung merasa menjadi seseorang yang paling bahagia di dunia takala berhasil membuat putrinya merasa nyaman dan bahagia walau dengan hal kecil yang ia lakukan.
"Musik adalah hidupku,..." Perlahan tanpa ia sadari gadis itu tengah mengoceh tentang bagaimana ia menyukai musik hal hal yang membuat Lisa tersentuh, Doyoung benar benar bahagia air matanya menetes ia senang Lisanya mulai bisa membuka diri.
Tanpa berniat menyela Doyoung mendengarkan semua cerita putrinya manik mata itu tak lepas dari wajah Lisa bagaimana pergerakan mulut, mata berbinar, juga gerakan tangan saat gadis itu ketika bercerita, mengoceh tanpa jeda, ya Doyoung tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.
Perlukah ia mengadakan acara syukuran karena hal ini? binar bahagia itu tak bisa ia sembunyikan. Sesegera mungkin Doyoung menarik tubuh kurus putrinya untuk ia dekap, sangat erat namun hangat dan nyaman, Lisa tersentak namun ia tak menolak jujur ingin rasanya Lisa menangis dengan histeris, inilah hal yang Lisa impikan sedari dulu dekapan hangat seorang ayah untuk putrinya.
"Appa—" Gadis itu bergumam kecil namun Doyoung masih bisa mendengarnya, gumaman itu terdengar jelas ya panggilan yang ia harapkan hampir setiap detik yang telah ia lalui dalam hidupnya.
Putrinya, Lisanya, permata-nya, nyawanya, hidupnya apa lagi sebutan yang menggambarkan bagaimana berarti nya seorang Lalisa dalam hidupnya.
Gadis itu memanggilnya 'Appa'
For Lisa
Balong leutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Lisa [ ✓ ] | Eunlisa
FanfictionLalisa Kim, seorang gadis yang tak seberuntung teman teman sepermainan-nya, tapi tunggu gadis itu hanya memiliki saru orang teman saja. Lisa kecil selalu bertanya mengapa semua orang menatapnya jijik seakan ia semacam virus yang harus segera dimusna...