"Kamu adalah takdir ku dan aku adalah takdir mu."
Tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang merupakan sebuah kebetulan, karena semua ini sudah menjadi skenario tuhan.
Sama dengan hal nya Sheila dan Devan yang menikah karena skenario tuhan.
"Sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Disinilah Sheila berada, di rooftop SMA Mahatma. Sudah hampir 2 jam Sheila berada di rooftop. Tadi nya Lorenzo akan menemani Sheila, tetapi Sheila menolak ia takut jika Devan salah paham. Jujur saja Sheila masih terbayang wajah Ayah nya yang menampar nya, saat itu Sheila merasa ayah nya cosplay jadi monster yang ia takuti sejak dahulu.
Sheila menikmati semiliar angin yang menerpa wajahnya, hal ini memang sudah jadi kebiasaan nya sejak SMP berada di tempat tinggi, menikmati angin dan sendiri an. Rasanya itu sangat nyaman. Sheila mengeluarkan air mata nya lagi ketika mengingat ayah nya yang tak peduli akan nya. Semua memori tentang keluarga nya tersimpan jelas di ingatan Sheila. Sheila selalu meminta kalau misal nya ingatan Sheila itu dihapusin, Sheila nggak ingat kenangan buruk, tapi Sheila harus ingat kenangan bahagia nya.
Sheila memperhatikan para murid yang sudah berhamburan, seperti nya sudah bunyi bel.
Brak!
Pintu terbuka dengan kencang, sehingga membuat Sheila kaget setengah meninggal.
"Enak banget yah Lo, udah pas berantem gak nyamperin kita, terus di skors nggak ada hubungin kita, nah sekarang," ucap Celine sambil mendekat ke arah Sheila, "enak aja Lo bolos tanpa kita." Celine pun sudah mengapit lengan nya di leher Sheila.
"Et, Ampun mbak jago," Ujar Sheila sembari menghindar dari gerakan Celine.
Tiba tiba Vira datang menjitak kepala Sheila, "Ini balasan buat lo." Sheila mengerucutkan bibir nya.
"Bibir Lo pen gue jahit jadi nya," ujar Celine.
"Bully aja gue bully, nasib orang cantik begini lah. Hujatan setiap hari," sombong Sheila dengan tangan yang berada di dada nya seolah menghayati bahwa peran protagonis adalah dia.
"Muka abis di bogem aja bangga," sindir Celine.
"Anjrit!"
"Eh, eh. Kita ke kantin kuy," ucap Vira.
Ketiga nya mengangguk, lalu berjalan keluar dari rooftop dan berjalan menuruni anak tangga. Sheila sejak tadi menggandeng lengan Celine sehingga Celine merasa risih.
"Apaan anjir ni bocah?" Risih Celine berusaha melepaskan lengan Sheila.
Sheila mengeratkan pelukannya, "muach," Sheila memberikan flying kiss pada Celine.
Celine berdigik ngeri, "Gilak ni bocah!"
Sesampainya mereka di kantin, mereka melihat rombongan Lorenzo. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan disitu. Mereka sudah memesan makanan pada salah satu penjual.
"Ini neng, pesanan nya," ucap penjual.
Mereka mengambil masing masing satu, saat ini Sheila duduk berhadapan dengan Lorenzo. Lorenzo sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan Sheila. Sheila tersenyum tipis, terlihat jelas bahwa Lorenzo tengah menghindari.