17. our story

48 4 0
                                    

suasana di kelas 12 IPA 4, cukup rame di saat jam kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

suasana di kelas 12 IPA 4, cukup rame di saat jam kosong. Lorenzo dengan teman teman saat ini sedang bercanda ria.

"Seriusan Lo pacaran sama Anin?" Tanya Megan.

Diaz memutar bola mata malas, "Nggak ada yang lain pertanyaan Lo apa?"

Megan menggeleng, membuat Diaz berdecak sebal, "Ck! Iya gue pacaran sama Anin. Puas Lo?" Ujar Diaz.

Lorenzo dan Megan tertawa, Dulu Diaz memiliki trauma pacaran karena suatu hal.

"Trauma Lo udah gak ada berarti ni?" Tanya  Lorenzo

"Trauma itu harus dilawan, kalau gue nggak ngelawan, yang ada hidup gue penuh ketakutan," ucap Diaz panjang lebar.

Keduanya mengangguk setuju, Megan mulai menatap Lorenzo, "Lo kapan ni nge jedor anak orang?" Tanya Megan ke Lorenzo.

"Gue sama Lala cuma sebatas sahabat," ujar Lorenzo bersungguh sungguh. Memang benar bahwa mereka saat ini hanya sekadar sahabaatan.

Kedua mata Megan dan Diaz pun terbelalak, "Bukan nya elo yang bakal nembak dia setelah ujian sekolah selesai."

Lorenzo pun mengangguk, "Dulu emang iya, tapi sekarang keadaan nya sudah berubah." Dia adalah istri orang

"Berubah gimana?" Tanya Megan.

Lorenzo membuang nafas nya, "Selama ini dia cuma nganggep gue sahabat. Gue udah gagal sebelum berjuang," ujar Lorenzo dengan sedikit kebohongan ia tak ingin jika Sheila ketahuan menikah dengan Devan.

"Lala itu suka nya sama elo gak sih, gue ngerasa dia selalu baper dengan apa yang lo lakuin untuk dia."

Itu dulu.

"Tapi, lo pikirin lagi. Gue perhatiin Lala, kayak ngindarin kontak mata dengan Lorenzo deh," ujar Diaz sembari mengingat ngingat perbedaan yang terjadi tadi.

Megan pun berfikir, "Iya juga yah."

"Dari pada gue harus ngancurin persahabatan gue sama Lala, cuma karena cinta. Lebih baik gue mendam perasaan ini," ucap Lorenzo dengan hati yang sakit.

Megan dan Diaz pun mengangguk, "Lagian Lo ganteng sih. Tapi tetap aja gantengan Megan anaknya Daddy Galen." Diaz pun menjitak kepala Megan dengan nafsu.

"Apaan sih lo, anjir?"

"Gemes gue liat Lo."

"Kalau gemes cium dung, baby."

Dias menatap Megan jijik tak beda dengan Lorenzo yang juga menatap Megan jijik

"Mending gue cium Anin daripada nyium babi kek Lo."

Megan memukul lengan Diaz , "anjir Lo."

Lorenzo pun mengalihkan pandanganya ketika suara ribut terdengar. Lorenzo melihat segerombolan anak laki laki dan seorang perempuan.

Akulah Takdir muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang