44. kecewa

49 2 1
                                    

Sheila keluar dari ruangan sidang nya. Setelah dinyatakan lulus, senyuman nya tak luntur dari bibir nya. Gadis itu menatap teman teman nya yang berdiri menunggu di luar ruangan sidang.

Vira, Anin, Celine mendekat ke Sheila. Mereka semua masing masing membawa buket bunga.

" Gimana gimana? Lo lulus nggak?" Tanya Vira hati hati.

Sheila tersenyum. Lalu mengangguk.

"Aaa... Seriuss lo? Wahh selamat," Antusias Celine.

"Selamat yah, La, ini gue kasih bunga," ungkap Anin. Sheila menerima nya dengan senang hati.

"Selamat yah," lanjut Vira. Gadis itu sama sama memberikan bunga nya pada Sheila.

"Thanks yah," ucap Sheila. Sembari memegang 2 buket bunga yang tak terlalu besar di tangan nya.

"By the way, Kalian kapan nyusul nih?" ujar Sheila.

"Do'ain aja secepat nya sih," ujar Anin.

Celine memutar bola mata nya malas. Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut sahabat nya itu. "Gue kaga yakin bakal keluar dari kampus ini tepat waktu, skripsi gue aja masih bab 2," ujar Celine. Celine emang sudah frustasi dengan skripsi nya, bahkan sudah berniat untuk keluar dari kampus ini, hanya untuk mencari judul bisa berbulan bulan dia habiskan, saking bingung mencari judul.

Sheila tersenyum remeh. "Makanya lo, udah gue ajakin cepet cepet nyari judul, lo nya asik banget bolos, kerjaan lo bikin anak aja sama Bang Adit."

Celine mendesis. Selain Sheila, Celine menyusul nikah muda. Terlebih suami nya itu adalah Adit. Salah satu teman Devan.

"Gue aja rencana bakalan cuti kampus kalau nggak yah gue keluar dari kampus ini," lanjut Celine.

Semua nya membulatkan matanya. "Lo ngapain anjir cuti kampus? Terus mau keluar? Cepet banget nyerah lo? " tunding Sheila.

"Ya gimana lagi? Gue emang harus gitu, kalau mggak yang ada," Cekine menjeda ucapan nya. Kemudian Celine tersenyum malu malu. Dia memegang perut nya, kemudian mengelus nya. "Dia capek."

Semua nya menatap bingung. Sedetik kemudian semuanya membulatkan mata mya. Tunggu?! Celine Hamil?

"Lo... Lo hamil?" Tanya Sheila tak percaya.

Celine mengangguk. "What? Lo serius? Gu- gue punya ponakan dong?" tanya Vira.

"Gue serius lah, lo pikir gue tukang boong?" Ketus Celine.

Vira terkekeh. Gadis itu menoel pipi Celine. "Bumil sensi amat, " Goda Vira.

Celine menepis jari Vira.

"Sumpah gue terharu woy," ujar Sheila sembari menyeka air mata nya.

Tiba tiba Anin memeluk Celine. "Dijaga baik baik anak nya, jangan kebanyakan centil, nanti nya anak nya ikutan kayak emak nya," Pesan Anin.

"Cih. Kalau kayak emak nya kan berati anak gue cantik dong," jawab Celine di pelukan Anin. Anin melepas pelukan nya pada Celine.

Mata Celine menatap ke arah Sheila yang masih tersenyum.

"Lo belum isi?" tanya Celine sedikit ragu.

Lengkungan di mulut Sheila seketika luntur. Anin yang paham situasi nya, langsung menepuk bahu Sheila.

"Nggak papa kali, La. Anak ada di tangan tuhan, serahin aja semua nya ke yang diatas," terang Anin.

Sheila mengangguk. "Makasih yah."

Sheila mengernyitkan mata nya, ketika melihat sebuah mobil yang dikenal nya.

Celinw, Anin, Vira menatap kearah pandangan Sheila. Kemudian semua sadar.

Akulah Takdir muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang