30. sakit

53 2 0
                                        

Hari ini sudah menjadi hari kelima untuk mereka semua.

Di jam yang masih bisa dibilang pagi sekali, Sheila sudah harus membuka matanya karena tiba tiba mendengar suara seseorang yang muntah.

Sheila bangkit dari tidur nya, gadis itu berjalan menuju sumber suara. Sheila menatap kaget ke arah Devan yang sudah terduduk lemas di dekat wastafel.

Sheila langsung mendekat ke arah Devan, gadis itu memegang lengan Devan.

"Kak... Kakak kenapa?" Tanya Sheila sembari menggoyang goyangkan tubuh Devan.

"Sakit," rintih Devan.

Sheila semakin panik. "apa nya yang sakit?"

"Perut kakak, Shei," balas Devan.

Sheila langsung bangun gadis itu berlari mengambil handphone nya dan kembali ke tempat Devan.

Sheila membuka aplikasi telepon nya, Sheila langsung menekan nomor Aisyah. Aisyah belum menjawab hingga 5 menit.

Tiba tiba Devan kembali berdiri lelaki itu kembali memuntah kan sesuatu.

Sheila berdiri disamping Devan dan menepuk nepuk punggung Devan agar lelaki itu bisa mengeluarkan muntah nya.

"Halo ada apa Shei?"

Sheila langsung mengalihkan perhatian nya ke handphone nya karena mendengar suara dari situ.

"Kak, Aisyah. Kakak... Bantuin Sheila kak... Kak Devan muntah muntah terus..."

"Loh kok bisa?"

"Kakak kesini dulu deh, Shei gak tau mau ngapain,"

"Oke oke."

Sheila langsung fokus ke Devan setelah mematikan ponsel nya.

"Masih mau muntah?" Tanya Sheila penuh ke lembutan.

Devan menatap Sheila, tiba tiba lelaki itu terjatuh.

"KAKAK...."

***

Disebuah ruangan yang serba putih, sudah banyak yang mengelilingi Devan.

"Apa yang dimakan oleh pak Devan terakhir sekali?" Tanya seseorang yang menggunakan jas berwarna putih siapa lagi kalau bukan Dokter.

"Terakhir? Makan apa yah?" Pikir Sheila gadis itu benar benar lupa.

"Dia makan, makanan seafood dok," ujar Arka.

"Yang mentah atau yang matang?" Tanya dokter itu.

"Setengah Mateng deh dok," jawab Arka lagi.

Dokter itu pun mengangguk. "mungkin saja bakteri yang berada pada tubuh pak Devan berasal dari makanan seperti itu terlebih lagi setengah matang," sambung dokter.

"Tapi, suami saya nggak papa kan dok?" Tanya Sheila.

Dokter pun mengangguk. "tidak perlu menginap pun tidak papa, tetapi pak Devan bisa dibawa pulang setelah infus nya habis. Nanti akan saya kasih resep obat lalu ibu bisa menebus nya di ruangan obat."

Sheila pun mengangguk."Kalau begitu saya pamit," dokter itu pun pergi.

Sheila menatap ke enam orang itu. "Gimana ini? Hari ini kita kan harus pulang dan nggak mungkin juga dalam ke adaan gini kak Devan ikutan pulang."

"Tadi, gue udah coba check sisa kamar hotel di tempat kita nginap itu udah sold semua jadi ngga bisa di perpanjang," ujar Arkan.

Sheila mengangguk. "badan kak Devan juga panas ini," ujar Sheila.

Akulah Takdir muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang