43. sakit

49 1 0
                                    

Dari arah seberang, Devan menenteng satu buah tikar dan beberapa makanan. Devan melangkah kan kaki nya menuju Sheila yang duduk di satu buah kursi.

Sheila tersenyum ketika Devan sudah berada tepat di depan nya. Sheila berdiri.

"Cari yang tempat nya agak teduhan yah," Pinta Sheila.

Devan mengangguk. "Kakak udah dapet tempat kok," Ujar Devan.

"Ayok, ke sana."

Mau sebanyak apa pun barang di tangan Devan, lelaki itu tetap akan menggenggam tangan Sheila.

"Ayo."

Devan dan Sheila berjalan menuju sebuah tempat yang letak nya tepat di bawah pohon. Tempat nya lumayan sejuk untuk beristirahat.

Devan membentangkan tikar nya di ats rumput. Kemudian meletakkan makanan diatas nya.

Devan dan Sheila duduk diatas tikar itu. Kedua nya menatap orang orang yang tengah berlalu lalang di hadapan nya. Kaki kedua nya diluruskan.

Tak ada satu pun kata yang Keluar dari mulut Sheila, gadis itu terlalu senang untuk mendapatkan semua ini.

"Senang banget?" Celetuk Devan yang terus memperhatikan wajah anggun istri nya itu.

Sheila menatap wajah Devan yang dekat dengan wajah nya. Dirinya mengangguk, tak selang lama gadis itu mengecup bibir Devan.

Devan terdiam sejenak, sadar akan yang dilakukan Sheila. Devan terkekeh pelan. Tangan nya begerak mencubit lembut pipi chubby Sheila.

"Udah berani sekarang yah?"

"Hahahaha, lepas deh," ujar Sheila sembari tertawa. Tawa nya sangat puas, tak ada tawa paksa.

Semua kebahagian nya berada pada Devan. Lelaki itu mampu mengubah Sheila yang memiliki watak buruk menjadi seorang wanita yang sekarang sudah lebih dewasa.  Sheila belajar dari Devan bagaimana seharus nya seorang istri memperlakukan suami nya.

Devan sangat sempurna dimata nya. Tak ada yang mengalahkan kesempurnaan Devan di dunia ini selain ayah nya. Hanya Devan yang tak pernah sekalipun membuat nya kecewa. Sheila menyesal memperlakukan Devan buruk diawal pertemuan jika akhirnya Sheila sangat mencintai Devan. Tak akan sedetik pun, Nala rela berpisah dari Devan.

"Kamu kenapa? Tiba tiba bengong," ungkap Devan. Lelaki itu menoel hidung Sheila.

Sheila semakin mengembangkan senyuman nya. "Lagi mikirin seseorang."

Devan mengangkat sebelah alis nya. "Kamu mikirin kakak? Iya, dong. Ngapain kamu mikirin orang lain kan?"

Tingkat kepedean Devan kembali meningkat.

Dalam sekejap, Devan langsung merebahkan kepala nya di atas paha Sheila. Dari arah bawah, Devan bisa melihat dagu yang sedikit runcing, hidung yang sangat mancung, bahkan bibir tebal Sheila yang berwarna merah. Wajah Sheila persis seperti bidadari yang turun ke dunia.

Sheila menatap Devan dari atas. Gadis itu tergelak.

"Ada yang lucu?" Tanya Devan bingung dengan gelak tawa Sheila.

Sheila menggeleng. "Cuma ketawa aja nggak boleh emang?"

Devan diam. Tangan laki-laki itu bergerak mengambil tangan istri nya yang diletak dibagian tangan Devan.

Devan membawa tangan Sheila ke kepala nya. Sheila mengangkat alis nya.

"Elus," Pinta Devan. Lelaki itu membuat tangan Sheila seolah mengelus kepala nya.

Sheila berdecak kecil seraya tersenyum. Tangan Sheila membelai lembut kepala Devan. Rambut Devan yang halus membuat Sheila menyukai nya.

Sebelah tangan Sheila yang tak terpakai bergerak untuk mengelus lembut pipi Devan.

Mendapatkan perlakukan seperti itu, siapa yang tak senang. Dimanja oleh istri tercinta. Hal itu bahkan membuat mood Devan naik, lelaki itu sangat menyukai cara Sheila mengelus wajah nya.

"Shei nggak nyangka sih, umur udah 30 taun, tapi masih suka di elus elus. Kayak bocah," Sindir Sheila, gadis itu hanya bercanda.

Devan menatap Sheila dengan mulut yang mengerucut.

"Kenapa kamu bahas bahas umur? Kamu mau nyinggung kakak karena udah tua, lagipula kakak belum 30an yah masih 20an loh," ungkap Devan.

Entah apa yang membuat Devan sangat sensitif jika berbicara umur. Apa mungkin dia tak ingin mengingat sejauh apa selisih umur dirinya dengan istri?

"Iya iya. Lagipula umur sendiri kok nggak mau diakuin sih?" Sindir Sheila.

"Loh kan emang fakta nya? Kakak masih 20 tahunan kan. Jadinya kalau orang tanya jawab aja 20 tahunan. Muka kakak juga masih keliatan kayak usia 23an kan? " Pede sekali Devan.

Sheila mengangguk pasrah. Setelah itu tak ada percakapan Devan yang nyaman perlahan menutup mata nya.

Sembari waktu berjalan, Sheila hanya menatap wajah Devan.

Tunggu?! Tiba tiba sesuatu terasa seperti akan keluar dari perut nya. Sheila menutup mulut nya dengan tangan.

Uwek!

Sheila menutup mulut nya lagi yang seperti ingin muntah.

Devan langsung membuka mata nya, betapa terkejut nya lelaki itu ketika melihat wajah Sheila yang bercucur keringat.

Sheila langsung membuat kode agar Devan duduk.

Setelah Devan duduk, gadis itu langsung beralih ke rumput yang tak beralasan tikar.

Huwek

Huwek

Huwek

Huwek

Devan panik. Lelaki itu mengelus punggung istri nya. Menepuk nya pelan.

Sheila melap mulut nya yang keluar air liur. Kepala nya sangat pening, rasanya ia akan pingsan. Sheila memijit pangkal hidung nya. Dia ingin muntah, namun tak ada yang keluar dari mulut nya.

Devan menyingkirkan rambut Sheila yang terkena keringat. Menghapus keringat di wajah Sheila.  Saat menghapus keringat, Devan merasakan wajah Sheila yang menjadi hangat.

"Kamu kenapa? Kamu sakit? Badan kamu jadi panas gini, " Tanya Devan panik.

Sheila menatap mata  Devan. Kemudian menggeleng tak tahu. "Kepala Shei sakit, mata Shei tiba tiba panas, Shei pengen muntah tapi nggak bisa," keluh Sheila.

"Tadi kamu nggak papa kan?" tanya Devan.

Sheila mengangguk. "Pusing," Rengek Sheila.

Devan menghela nafas nya. Lelaki itu membawa Sheila kedalam rengkuhan nya. Mengelus lembut Punggung Sheila.

"Kita ke rumah sakit yah?" ajak Devan.

Sheila menggeleng. "Shei kayak nya magh, kemaren nggak makan malam."

Devan mengernyit. Mengurai pelukan nya. "Kamu kemaren nyuapin kakak makan? Tapi kamu nggak makan?"

Sheila menghela nafas,  mengangguk. Devan mendengus kasar, mengusap wajah nya.

"Udah kakak bilang berapa kali, kamu ini punya penyakit magh. Ini yang kakak takut kalau magh kamu kambuh, kakak nggak papa kalau kamu repotin kakak. Tapi kakak nggak tega liat kamu, coba kalau kamu keterusan kayak gini? Yang sakit kamu juga kan? " Omel Devan.

Sheila kembali menyandarkan kepala nya di dada Devan. Devan mengurut pelan bagian belakang kepala Sheila.

"Kita pulang yah?"

Sheila mengangguk. Kemudian, Devan melipat tikar nya.

Devan berjongkok di hadapan Sheila, Devan menarik tangan Sheila untuk melingkar di leher nya. Setelah itu, Devan langsung berdiri dengan Sheila yang bertengger di punggung nya. Sheila menyandarkan kepala nya di bahu Devan. Mata gadis itu di tutup saking pusing nya.

Devan membawa Sheila ke tempat pengembalian Tikar. Setelah dari sana, barulah Devan membawa Sheila ke dalam mobil nya.

Sheila terus terus memegang kepala nya. Memijit nya. Bahkan memukul mukul nya pelan.

Tbc
Jangan lupa Vote and coment

Akulah Takdir muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang