Extra part

97 2 0
                                    

17 tahun kemudian...

Seorang perempuan berusia 14 tahun tengah asik asik nya melakukan selfie ria dengan ponsel nya.

Sudah banyak gaya yang di foto nya. Dengan genit gadis itu membuat sebuah video sembari melayangkan flying kiss.

"Ihh, gue cuantikkk bangettt..." pekik gadis itu.

"Ngapain sih kak teriak teriak begitu?" Sheila keluar dari dapur nya, setelah melihat apa yang dilakukan oleh anak kedua nya yang bernama Nala ia lantas mendengus.

Lagi lagi gadis itu sangat narsis. Dirinya bingung anak ini mengikuti sifat siapa? Tak mungkin sifat Devan apalagi Sheila. Tak ada yang memiliki sifat Narsis dari kedua nya.

Nala menatap bunda nya sembari tersenyum antusias. "Bunda bunda sini dong, kita foto dulu yah," ajak Nala. Gadis itu menarik bunda nya agar duduk di sofa.

Saat Nala mengangkat kamera ponsel nya, Sheila langsung menarik ponsel itu. Menatap galak Nala.

"Belajar sana! Udah lupa sama nilai raport?"

Nala berdecak. Gadis itu langsung menggeleng. "Sini in hp kakak. Lagipula rangking 1 juga ngapain diingat." Nala mengucapkan dengan sombonh.

"Astaghfirullahalazim, kamu anak siapa sihh? Perasaan bunda sama ayah itu dulu pinter deh, terus kenapa anak nya gini?" Sheila sudah lelah dengan anak nya ini, sejak SD gadis ini selalu mendapat tiga besar dari belakang. Bagaimana dengan Sheila dan Devan yang dulu nya mendapat nilai yang tinggi.

"Kakakkkkkkkkkkk—"

"Apaan sih lo? Ribut banget sih," potong Nala. Seorang lelaki yang berusia dua tahun dibawah nya datang berteriak.

"Ngapain Nathan teriak teriak gitu?" tegur Sheila. Kali ini Nathan anak terakhir dari pasangan Sheila dan Devan.

"Heheh, kak Nala di panggil ayah tu."
Wajah Nala seketika berubah menjadi muram. Terlihat wajah tak ingin menemui Devan.

"Ngapain?"

"Ayah mau ngajak beli es krim, kata ayah kalau mau es krim lo harus ikut, kalau nggak mau ya sudah."

Bukan nya tegak, gadis ini malah menyandarkan badan nya ke sofa.

"Gue nggak mau."

Sheila yang disamping Nala langsung menyenggol Siku Nala. "Ikut ayah sana."

Nala menggeleng. Ia malah bermain ponsel nya. "Malas."

Sheila menghela napas nya, akhirnya Sheila berdiri. "Bujuk kakak kamu dulu, kalau nggak bunda nggak mau ngasih es krim nya." Sheila berucap sebelum beranjak keluar.

Saat diluar, Sheila sudah melihat Devan tengah menyiram bunga. Ia mendekat pada Devan.

"Kak," panggil Sheila.

Devan menatap Sheila. "Kenapa, yang?"

"Sampai kapan sih Shei harus liat hubungan kalian yang kayak gini?"

Mata Sheila menatap kosong. Bahkan air mata mya sudah mengenang.

Devan tersentak kaget. "Kamu kenapa nangis?"

"Kak, masa Sheila harus liat anak Sheila nggak akur sama ayah nya sih? Shei nggak kuat kalau tau bahwa Nala benci sama ayah nya sendiri. Shei, nggak mau kak."

Sheila menunduk, air mata nya terjatuh. Devan menghela napas, sejak Nala bercita cita menjadi model hubungan Devan dan Nala semakin renggang.

Nala yang keras kepala disatukan dengan Devan yang anti dengan profesi model. Devan selalu terbawa emosi saat Nala menginginkan model.
Devan memeluk Sheila. Menepuk nepuk pundak Sheila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akulah Takdir muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang