Sudah hampir 3 Minggu, Vania sudah di pindahkan ke ruang rawat. Kondisi Vania sudah lumayan membaik, walaupun wanita itu masih tetap menutup mata.
Sheila sedang duduk di samping brankar mama nya, Hanya ada Sheila dan Vania. Sheila menatap Vania dengan tatapan sendu. Tersirat kesedihan di wajah nya. Rasa rindu, kecewa, terharu bercampur dalam diri Sheila.
"Ma, mama kapan sadar? shei kangen sama mama, mama sadar yah," gumam Sheila sambil mengelus punggung tangan Vania.
Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan Devan sehabis pulang kerja. Devan berjalan mendekati Sheila, lalu Sheila menyalami tangan Devan dan Devan mencium kening Sheila.
"Papa mana?" Tanya Devan sembari melirik lirih isi ruangan.
"Papa lagi di ruangan dokter."
Devan mengangguk.
"Kak... Kalau keadaan mama masih tetap seperti ini, Shei tidak yakin akan ikut kakak liburan," ujar Sheila.
Yah Minggu sebelum nya Devan memberi tahu Sheila bahwa setelah penerimaan raport Sheila, mereka akan pergi liburan bersama dengan teman teman Devan.
"Kakak ngerti kok, nggak usah khawatir."
"Tapi kalau kakak pengen ikut ya pergi aja. Kakak kan udah ikutan iuran sama mereka," ucap Sheila.
Devan menggeleng. "kalau kakak nggak ada kamu, kakak mau ngapain? Kamu tau kan mereka semua udah punya pasangan, kecuali Adit."
"Iya juga sih, tapi kan bang Adit juga gak papa kali, " jawab Sheila.
Devan menggeleng. "Kakak nggak pernah nyambung sama omongan gila nya itu," jawab Devan sungguh tak berperasaan.
Sheila mengangguk paham. Lebih baik Devan tak usah ikut dibanding tertular virus gila Adit.
Devan mengelus kepala istrinya. Menatap lekat mata berwarna kecoklatan itu. Tersenyum menenangkan."Nggak usah di pikirkan, pikirin aja ujian kamu yang tinggal 2 Minggu lagi."
Sheila mengangguk. "Oh ya kak, setelah ini kan semester 2 tuh, Shei nggak papa kalau misal nya ikut bimbel untuk persiapan kuliah?" Tanya Sheila.
"Kamu mau kuliah?" Sheila mengangguk antusias.
Devan tersenyum, melihat keantusiasan Sheila. "Nggak usah bimbel, punya suami pinter gini dimanfaatin aja."
"Kakak nggak sibuk?"
Mengingat kesibukan Devan, Sheila tak yakin bahwa ia akan belajar bersama Devan.
"Kakak sibuk sih, tapi ya udah, nanti kakak daftarin kamu bimbel, tapi ingat! Kamu juga harus belajar sama kakak," ujar Devan.
Sheila pun tersenyum lalu mengangguk. "Siap kak."
Devan tertawa melihat istri nya yang menggemaskan, pintu terbuka dengan lebar memperlihatkan wajah Xabiru yang tersenyum.
"Loh? Devan udah dari tadi?" Tanya Xabiru.
Devan menggeleng, ia terlebih dahulu menyalami tangan Mertuanya. "Baru kok Pa," ujar Devan.
Xabiru pun menganggukkan kepalanya. "Shei, kamu pasti capek kan? Abis pulang sekolah langsung kesini? Pulang gih, istirahat dulu."
"Ck! Papa tinggal sendiri an nanti?"
"Papa pengen berduaan sama mama."
Sheila pun mengangguk pasrah. Mungkin saja Papa nya ingin bercengkrama dengan Mamanya. "Ya udah deh. Terserah papa aja," balas Sheila.
Xabiru pun mengangguk. "Bagus. Anak pintar," sambung Xabiru sembari mengelus kepala putri nya.
"Ya udah pah, Sheila sama Devan pamit pulang yah," pamit Devan kepada Xabiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akulah Takdir mu
Romance"Kamu adalah takdir ku dan aku adalah takdir mu." Tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang merupakan sebuah kebetulan, karena semua ini sudah menjadi skenario tuhan. Sama dengan hal nya Sheila dan Devan yang menikah karena skenario tuhan. "Sa...