Pertemuan Narra dan Aldi

1.7K 58 0
                                    

Hubungan Narra dan Rio memang belum membaik. Komunikasi keduanya pun nyaris terputus. Sesekali Rio masih menanyakan kabar putra sulungnya, berbicara video call,  sebatas itu. 

Narra yang kesepian, semakin asyik berselancar di dunia maya. Sebagian waktunya memang habis di dunia maya. Apalagi Narra kini mempunya teman baru yang mengasyikkan bernama Aldi. 

Intensnya komunikasi Narra dan Aldi akhirnya mulai membuka celah itu. Pada akhirnya benih-benih cinta itu pun tumbuh dikeduanya. Narra terpikat dengan sikapnya yang lemah lembut, low profile hingga perhatiannya membuat Narra kembali merasakan benih cinta dihatinya. 

Wanita mana yang tak terlena,  jika beri perhatian lebih. Apalagi di saat yang bersamaan ia telah kehilanga keperdulian seorang suami. 

Aldi yang telah lama sendiri sejak perceraiannya mulai merasakan kenyamanan bersama Narra. Ia benar-benar telah jatuh cinta dan menginginkan Narra menjadi istrinya. 

*****
Suatu malam,  Aldi pun menghubungi Narra seperti biasa. Ia berniat mengajak Narra bertatap muka. 

"Malam,  Cantik, lagi apa kamu?" Tulis Aldi melalui msesseger. 

Tak berselang lama,  Narra yang menyadari ada pesan masuk ke ponselnya segera membukanya. Ia pun sumringah saat mengetahui siapa pengirim pesannya itu.

"Malam, Aldi. Oh,  aku lagi santai aja,  habis makan. Kamu lagi apa? 

"Aku lagi di kantor. Oh ya,  kalau kita ketemu,  kamu mau enggak, Sayang?" tanyanya kala itu. 

"Sayang?"

Narra pun mulai bimbang. Di satu sisi,  ia pun mempunyai keinginan yang sama untuk bertemu dengan kekasih dunia mayanya itu. Namun, disisi lain, ia pun menyadari kondisinya. 

"Ketemu? Untuk apa? Eh,  kok kamu panggil aku sayang?"

"Karena aku sayang sama kamu, Narra!"

Narra terdiam. Ia tak percaya dengan semua yang dikatakan Aldi. Tetapi, Narra pun merasakan kenyamanan. 

"Aldi, aku sudah bersuami. Kamu tahu itu kan?"

"Apa kamu bahagia?"

Narra diam,  tak lagi membalas pesan Aldi. 

Beberapa saat tak terjawab,  Aldi kembali mengirim pesan.

"Narra, kenapa diam?"

"Jawab aku! Apa kamu bahagia dengan suami kamu???"

"Aku enggak tahu kenapa, tetapi aku menyayangi kamu, Narra!"

"Aku tahu kamu sudah bersuami, tetapi aku tidak bisa berbohong kalau aku menyayangimu. Paham kan?"

"Aldi, please, buang jauh-jauh perasaanmu. Maaf, aku hanya bisa menganggapmu teman." Narra pun berpamitan, ia beralasan ada pekerjaan yang harus dikerjakannya. 

"Jangan bohongi hatimu, Narra. Aku akan selalu menyayangimu sampai kapanpun."

Aldi pun menghilang. Ia kecewa ternyata rasanya tak berbalas. Padahal, jauh dilubuk hati Narra, ia pun merasakan kenyamanan, mungkin sayang atau sebatas rasa nyaman. 

Tanpa disadari, dua minggu berlalu tanpa ada komunikasi dengan Aldi. Ia sepertinya menghindar, atau kecewa? Ah, entahlah! Namun, Narra merasakan kehilangan. Ya, ia akhirnya tak mampu lagi membohongi hatinya kalau ia pun merasakan hal yang sama. Tetapi bagaimana dengan Rio? Bagaimanapun, Rio masih berstatus suami Narra. Meski saat ini hubungan mereka memburuk, bahkan nyaris tanpa komunikasi. Apakah rumah tangga ini masih harus dipertahankan???? Ah, hati Narra berkecamuk. Jiwanya yang terpuruk karena sikap Rio kini mulai membaik dengan kehadiran Aldi. Narra mulai merasskan cinta itu lagi. Sama saat pertama kali mencintai Rio. 

Ah, salahkah ini? Oh, Tuhan, ampuni jika telah memiliki rasa dengan yang lain. Narra seolah berkata dan berusaha melawan semua gejolak jiwanya. Ia tahu ini semua salah tetapi ….

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Segera saja, ia pun mengambil ponsel yang dari tadi digeletakkan di ruang tamu. 

"Narra, aku kangen sama kamu …." 

Narra tersenyum merekah. Ia pun tak dapat menyembunyikan hasratnya lagi. Ia yang kesepian, kini merasa kembali berwarna. 

"Aku juga kangen kamu, Aldi. Maafkan, jika waktu itu kata-kataku menyakiti hatimu." Narra berharap Aldi masih mau memaafkannya. 

"Akan selalu ada kata maaf, untuk wanita yang aku cintai, Narra, Sayang." Aldi pun langsung menghubunginya. 

Narra bingung. Hatinya gamang, apakah harus mengangkat telepon Aldi atau … akhirnya Narra memilih mengangkatnya. 

"Hallo, Aldi," sapa Narra. 

"Makasih, Narra, kamu mau mengangkat teleponku." Aldi diujung telepon berbahagia. 

"Ada apa, Al?"

"Narra, aku tulus menyayangimu. Please, jangan suruh lagi aku menjauh, sakit, Narra! Aku tahu, kamu sudah bersuami. Apa kamu bahagia? Kalian sudah pisah rumah kan? Paling tidak, ijinkan aku mengisi ruang kosong hatimu,  Narra." Suaranya mengisyaratkan ia menahan tangis. 

"Iya, Aldi, maafkan aku ya."

"Iya, Sayang. Gpp kan, aku panggil kamu sayang?"

"Terserah kamu aja."

Malam itu Aldi dan Narra benar-benar jujur pada hati mereka masing-masing. Tak lagi bisa berdusta. Akankah mereka menjalani hubujgan terlarang dibelakang Rio??? 

Akhirnya, sebelum memutus telepon mereka pun sepakat, besok malam mereka akan bertemu di taman kota. Ya, Aldi dan Narra ingin bertatap langsung, setelah selama ini komunikasi mereka sebatas di dunia maya. Ya, cinta dunia maya.

****
Pagi ini, Narra berbeda. Ia sangat berbahagia sekali. Setelah mengantarkan Kevin ke sekolah, ia pun pergi bertemu beberapa klien. 

Siang hari, setelah meeting bersama klien, Narra membuka ponselnya. Ia pun kaget. Ternyata banyak panggilan tak terjawab dan chat dari Aldi. 

"Sayang, kamu lagi di mana? Kok aku telepon enggak diangkat?"

"Kamu kenapa, Sayang?"

"Hallo!"

Narra tersipu malu. Ia pun segera membalas pesan kekasih dunia mayanya itu. 

"Maaf Al, aku habis meeting dari pagi, baru sempat buka ponsel."

"Maaf, Sayang, kupikir kamu menghindariku lagi, hahaha. Kita jadi kan ketemu nanti malam?" Aldi tak berharap pertemuannya ini gagal. 

"Iya, nanti malam jam 8 kan? Aku akan datang, Kok!"

"Alhamdulillah. Sampai ketemu nanti malam, ah tak sabar aku, Sayang."

"Oke, Aldi. Aku off dulu ya, mau jemput anakku, bye."

"Take care, Honey," balas Aldi dengan emot love

Bersambung ....

ISTRIKU DIKEJAR PEBINOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang