Sebuah Pertemuan

824 35 0
                                    

Rio yang sudah tersulut amarah, mendatangj rumah Aldi. Sesampainya di depan rumah, terlihat ada Aldi di teras rumahnya. Tanpa pikir panjang, Aldi yang kaget langsung mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Rio, hingga jatuh tersungkur.

"Hai, ada apa ini?" Ibu Aldi datang merelai.

"Kamu siapa?" tanyanya lagi.

"Aku peringatkan kamu buat yang pertama dan terakhir! Jangan pernah ganggu istri gue lagi, ingat itu baik-baik!"

Namun, bukannya takut dengan ancaman itu, Aldi segera bangkit dan menantang balik Rio. Ia tak takut, justru dia berniat merebut Narra dari tangan Aldi.

"Tidak akan! Aku pastikan akan merebut Narra dari kamu!Aku mencintainya ...."

Rio tersulut kembali, nalurinya sebagai seorang suami tercabik saat ada laki-laki lain menantangnya untuk mendapatkan cinta Narra. Rio pun memberikan pukulan kembali, Aldi tak bergeming saat dicekik Rio meski ia kesulitan bernafas. Sang Ibu pun tak dapat membantu banyak, ia hanya menangis dan memohon agar Aldi dilepaskan. Rio benar-benar hampir membunuh Aldi, andai saja saat itu Narra tak datang.

"Rio, stop! Kamu bisa membunuhnya!"

"Kamu takut selingkuhanmu ini mati, begitu???" bentak Rio.

"Tidak!!! Aku tidak ingin kamu mengotori tanganmu dengan membunuhnya. Aku juga bersalah di sini. Lepaskan dia!" Narra pun menarik tangan Rio.

"Ayo, kita pulang sekarang!"

"Narra, tunggu! Kamu lebih memilih dia?"

Narra pun berbalik ke arah Aldi, ia ungkapkan semuanya. Meski, kejujuran itu menyakitkan Aldi.

"Aldi, aku minta maaf, Rio suamiku dan aku ingin memulai hidupku yang baru bersamanya. Tolong, jika kamu memang mencintaiku, biarkan aku bahagia bersamanya." Narra pun berbalik dan menggandeng tangan Rio meninggalkan rumah Aldi.

Namun, belum saja naik ke dalam mobil, Aldi mengejarnya. Rio berusaha memukul Aldi lagi, tetapi ditahan Narra.

"Narra, apakah kamu pernah mencintaiku?"

"Aldi, maafkan aku. Hubungan kita suatu kesalahan, aku tidak pernah mencintaimu dan hanya menganggapmu sebatas pelarian, karena Rio terlalu sibuk. Sekali lagi, aku minta maaf ...."

"Sedikit pun kamu tidak pernah mencintaiku?"

"Tidak!!!"

"Jahat kamu, Narra! Kamu telah menghancurkan hatiku! Aku tidak akan pernah melupakan hari ini, Narra!" Aldi pun pergi ke dalam rumahnya.

Narra pun masuk ke dalam mobil bersama Rio. Mereka pun pergi meninggalkan rumah Aldi. Di dalam mobil, Narra berusaha menutupi kesedihannya.

"Benar yang kamu katakan itu?"

"Iya, Sayang." Narra tersenyum dan Rio menggenggam tangan Narra sangat kuat.

Narra berusaha menutupi kegundahannya. Ia terpaksa berbohong. Narra sudah tak ingin menyakiti lebih dalam Rio dan juga Aldi. Narra tahu, Aldi tulus mencintainya, tetapi Rio takkan pernah melepaskannya.

"Maafkan aku, Aldi ... biarlah hanya aku dan Tuhan yang tahu tentang perasaanku ini. Semoga hidupmu lebih bahagia, meski tanpa aku." gumam Narra.

Rio di dalam hati meyakini, Narra berdusta. Ia menutupi perasaan yang sebenarnya. Matanya mengatakan kalau ia mencintai Aldi. Terbukti, saat ia mengatakan pada Aldi tidak mencintainya, mata Narra berkaca-kaca menahan air matanya agar tak jatuh.

"Narra, aku tahu, kamu sedang berbohong. Tetapi, sampai kapanpun, aku takkan pernah melepaskan kamu!" gumam Rio.

bersambung ....

ISTRIKU DIKEJAR PEBINOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang