Aldi saat itu pasrah. Narra meninggalkan dengan keputusan untuk menjauhinya dan melupakan hal yang pernah terjadi malam itu. Ia tak dapat berkata apapun, hingga akhirnya Aldi berpikir akan berusaha melupakannya.
Dua minggu berlalu, Aldi pun menyerah. Semakin ia berusaha melupakan Narra, ia justru sangat merindukan Narra. Hatinya semakin menggebu untuk menjadikannya istri. Apalagi sejak kejadian malam itu, Aldi ingin merasakan kembali tubuh Narra. Permainannya sungguh menyenangkan, berbeda dengan kedua mantan istrinya.
Aldi pun berusaha menghubungi Narra. Namun, ia harus menelan kecewa. Narra sudah memblok semua aksesnya. Aldi tak menyerah, ia menggunakan nomor lain yang tak. diketahui Narra.
Aldi pun berhasil. Setelah berkali-kali tak digubrisnya, Narra akhirnya mengangkat teleponnya juga.
"Narra, gimana kabarmu?"
"Aldi?"
"Kamu masih mengenali suaraku, Sayang?"
"Mau apalagi, Al, sudah kubilang jangan hubungi aku lagi! Lupakan aku!"
"Nar, dengarkan aku dulu. Aku sudah berusaha melupakanmu. Namun, semakin aku berusaha, rasa rindu itu makin menggebu." Aldi berusaha meyakinkan Narra kalau ia tulus mencintainya.
"Aldi, please, pahami posisiku!"
"Tinggalkan suamimu, menikah denganku!"
Narra pun akhirnya mematikan ponselnya. Ia tak ingin kembali jatuh dalam pelukan Aldi.
Aldi yang ditolak Narra berusaha kembali menelponnya. Hasilnya nihil, telepon atau chatnya tak pernah digubris lagi. Aldi pun diam, ia berpikir cara lain agar bisa menghubungi Narra kembali.
****
Narra memang tak bisa membohongi hasratnya kalau ia memang sudah terlanjur nyaman dengan Aldi. Ia teman bicara yang menyenangkan. Apalagi permainannya di ranjang juga mengasyikkan, berbeda dengan Rio yang pasif.
Ah, Narra kembali merasakan ingin dipeluk dan bercumbu dengan Aldi. Shitt! Narra pun berusaha menyibukkan diri dengan bertemu dengan sahabatnya. Tapi, itu juga tak menghasilkan apa-apa. Akhirnya, Narra berusaha menghubungi Rio untuk menanyakan keberadaannya.
"Mas, kamu di mana?"
"Maaf, Beb, aku belum sempat mengabarimu. Mendadak aku harus ke Bandung karena bertemu klien. Sorry, Honey."
"Ok lah, Beb." Narra yang kesal pun langsung mematikan teleponnya.
"Huh, ini yang katamu ingin berubah?" gerutu Narra.
Narra yang kesal dan sedang mengalami hasrat yang menggebu dan butuh pelampiasan akhirnya menyerah saat Aldi malam itu kembali menghubunginya.
Aldi yang berharap cemas, akhirnya bahagia karena akhirnya Narra mau kembali mengangkat teleponnya.
"Oh, Tuhan! Akhirnya kamu mau kembali mengangkat teleponku. Aku nyaris gila, tahu enggak sih!"
"Narra, aku benar-benar serius mencintaimu. Aku kangen sama kamu, Narra!"
Narra diam. Batinnya sedang bergejolak, hasrat yang butuh pelampiasan memang sedang berusaha dilawannya. Deru nafasnya membuat Aldi mengetahui apa yang sedang dirasakan Narra.
"Narra, kamu oke?"
"Narra!"
"Aldi, aku ...." Narra belum selesai bicara, Aldi sudag memotong pembicaraannya.
"Aku tahu mau kamu, Narra!"
"Aku datang ketempatmu, gimana?"
"Kamu bisa?"
"Aku pergi ke sana sekarang, Ok!" Aldi pun segera mematikan teleponnya dan mengambil kunci motornya. Ia melaju dengan cepat menuju tempat Narra.
****
Narra pun tersadar, saat ada yang mengetuk dan memanggil namanya berkali-kali.
"Aldi? Cepat sekali?"
Saat Narra membuka pintu, ternyata Aldi sudah berada di depannya.
"Kamu cepat sekali?" Narra pun segera menarik tangan Aldi menuju kamarnya.
"Kamu sendirian?"
"Bibi lagi nginap di rumah saudaranya, anakku sedang tidur di kamarnya."
Aldi pun sumringah. Ia yang memang sudah sangat ingin mencumbu Narra tentu saja sudah tak sabar ingin mencumbunya. Ia pun kembali kembali bercinta malam itu. Bahkan, semakin menggila, permainan Narra malam itu berbeda, sangat menggairahkan. Hingga tak sadar, kalau jam sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari.
Saat tersadar, Narra kembali memakai lingerie hitam hadiah ulang tahunnya dari Rio bulan lalu. Ia pun membangunkan Aldi.
"Al, bangun! Ini jam 3 pagi."
"Ya, Tuhan! Kamu membuatku puas sekali, Narra, aku ketagihan mencumbumu."
"Sebaiknya kamu pulang sebelum pagi. Nanti Bibi keburu datang!"
"Ok, Sayang, aku pulang ya. Makasih ya, permainanmu membuat hasratku menggebu."
"Take Care."
****
Setelah Aldi dan Narra bercumbu malam itu, pagi harinya Rio tiba-tiba pulang memberi surprise. Sebuah set berlian diberikan Rio untuk istri tercintanya.
"Al, ini buat aku?"
"Al?"
"Hei, aku RIO! Sapa itu Al?"
Narra bingung, ia harus beralasan apa karena salah memanggil nama.
"Kamu berselingkuh?" hardik Rio.
"Narra!"
bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRIKU DIKEJAR PEBINOR
RomanceNarra sosok wanita mandiri yang haus akan perhatian dari Rio sang suami akhirnya berkenalan dengan seorang duda tampan bernama Aldi. Rio yang seorang workaholic menghabiskan hampir sebagian waktunya untuk bekerja. Niatnya hanya ingin membahagiakan s...