Putus!

871 38 4
                                    

Rio tahu, Aldi ada mengawasi saat mereka sedang makan malam dan yakin yang menghubungi Narra itu adalah Aldi. Rio sangat membencinya. Namun, cinta Rio yang begitu besar pada Narra, membuatnya memilih memaafkan dan mempertahankan rumah tangganya.

Bagaimanapun, Rio merasa apa yang dilakukan Narra tidak luput dari kesalahannya. Narra berselingkuh, karena ia yang tidak pernah mempunyai banyak waktu bagi Narra. Rio sadar, dia terlalu cuek dan kurang memberikan nafkah batin bagi Narra, sehingga ia mencari kepuasan di luar. Baginya, segala kemewahan yang selama ini diberikan, sudah cukup membuat Narra bahagia. Tetapi, Narra membutuhkan hal lain.

"Mas, aku istirahat duluan ya."

"Oh, Iya, Beb, aku masih ada kerjaan."

Narra pun memilih tidur, karena tak ingin Rio mengetahui kegamangan hatinya. Namun, sudah hampir dua jam, tidurnya gelisah. Entah apa yang dirasakan, Narra pun bingung. Hatinya gelisah.

Narra pun memutuskan mengambil wudhu dan melakukan shalat lail. Narra pun melakukan shalat taubat. Narra menangis, memohon ampun atas semua kekhilafannya. Ia ingin benar-benar bertaubat. Air matanya luruh di sujudnya. Kini hatinya sudah mantap, siapa yang harus dipilihnya. Cinta terkadang memang hadir di saat yang tidak tepat, tetapi hidup memang harus memilih. Narra tahu, ia tak mungkin menjalani keduanya.

"Bismillah. Aku harus berani mengambil keputusan ini. Semoga Aldi bisa mengerti."

Narra pun kembali tidur, Rio pun sudah beranjak tidur saat ia shalat.

****

Waktunya pun tiba. Narra bertemu dengan Aldi, ia sudah datang lebih awal di cafe. Tatapan Aldi, sungguh membuatnya gamang. Hatinya yang tadi kuat untuk mengakhiri, kini mulai melemah.

"Tidak, Narra! Kamu harus mengakhirinya!" batin Narra.

Aldi yang memang sudah marah, langsung mencecar Narra dengan berbagai pertanyaan. Apalagi Narra terlihat akhir-akhir ini memang sudah berbeda, mulai menjauh.

"Narra, jelaskan padaku! Kamu rujuk lagi sama dia?"

"Maafkan aku Aldi, aku semalam tidak enak menolak .... "

"Cukup jawab pertanyaanku! Aku tidak suka bertele-tele!"

"Rio pulang ke rumah, itu rumahnya. Bagaimanapun aku mengusirnya, siapa aku?"

"Kenapa kamu tidak keluar?"

"Kamu punya penghasilan sendiri kan? Punya uang buat ngontrak kan kalau enggak bisa beli rumah?"

"Bisa kan kamu tinggal di apartemenku!"

"Aldi, please, pahami aku, aku sudah punya Kevin. Bagaimanapun, aku harus memikirkan perasaannya."

"Egois kamu!"

"Cukup, Aldi! Aku capek!"

Narra yang kesal, memilih pergi. Aldi yang berusaha mengejarnya, tak bisa menghentikan langkahnya. Aldi pun berusaha menelpon Narra, tak sekalipun digubrisnya. Bahkan, hingga malam haru, tak ada lagi kabar dari Narra.

Narra benar-benar stres. Ia bingung, tak tahu harus berkata apa pada Aldi. Hatinya harus memilih, tetapi Narra bingung harus memulai dari mana. Setelah berjam-jam mengelilingi jalanan ibukota, Narra pun kembali ke rumahnya.

Saat menghidupkan ponselnya, Narra bingung, banyak sekali telepon dari Aldi. Baru saja hendak mematikan ponselnya, Aldi kembali menelpon. Berkali-kali. Akhirnya, Narra pun memutuskan mengangkatnya. Ia tahu, semakin Aldi dihindari, ia akan semakin menggila.

"Hallo!" jawab Narra ketus.

"Oh, Tuhan! Akhirnya kamu jawab teleponku! Kamu nyaris membuatku gila, Narra."

"Aldi, denger!"

"Aku minta maaf sama kamu. Aku ini wanita yang enggak bersyukur, udah punya segalanya. Rio selalu mencintaiku, dia memberikan apapun yang kumau. Ada Kevin yang .... "

"Hei, Sayang, kamu jangan ... tenang, Sayang .... " Aldi mempunyai firasat tak enak.

"Aku mau mengakhiri hubungan ini. Semua ini kesalahan! Ini semua salah, Aldi! Maaf, aku enggak bisa lagi meneruskan hubungan kita."

" Tidak, Narra! Kamu jangan macam-macam!"

"Aku enggak bisa lagi meneruskan hubungan ini!!" Narra pun menangis.

"Dengerin aku, Narra! Aku mencintai kamu! Jangan anggap ini hanya sebuah perselingkuhan! Kamu harus tinggalkan suamimu!"

"TIDAAAAAKKK .... "

"Narra .... "

Narra pun memutuskan telepon begitu saja dan saat dihubungi kembali, nomornya pun tak bisa dihubungi.

Narra yang menangis histeris, tak menyadari kalau Rio sudah ada dihadapannya.

"Narra, siapa dia?"

bersambung....

ISTRIKU DIKEJAR PEBINOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang