Penyesalan Narra

638 17 0
                                    

"Tidaaaakkkk .... " Narra berteriak histeris, ia menangis.

Hati Narra benar-benar hancur dan terpuruk saat mendapati kenyataan jika anak yang baru dilahirkannya itu sudah tidak bernyawa lagi.

Tangisan Narra pun pecah

Aldi hanya terdiam. Menangisi kepergian anaknya pun tidak membuatnya kembali. Ada rasa sesal, kecewa, marah, semua bercampur menjadi satu.

"Ini semua gara-gara kamu, Mas! Kalau saja saat kehamilan kamu lebih perhatian dan rutin membawaku cek ke dokter, mungkin nggak akan seperti ini," teriak Narra. Jeritan Narra benar-benar melengking saat itu.

Hingga akhirnya, kedatangan kedua orang tua Aldi, menghentikan tangisnya. Adik perempuan Aldi yang awalnya sangat baik, justru bersikap sebaliknya.

"Udahlah, Bang, ceraikan saja dia!" ujar sinis Ellya saat memasuki kamar Narra.

Narra pun mendelik

"Heh! Jaga omongan kamu ya," jerit Narra.

"Dasar ...." pekik Ellya.

"Apa?"  tantang Narra.

Melihat pertengkaran adik dan istrinya membuat Aldi pun kesal dan justru menyalahkan Narra.

"Ini semua tuh karena kamu. Nggak becus!" serang Aldi.

"Iya, nggak berguna jadi istri kalau kamu nggak bisa kasih keturunan buat suamimu, Narra. Ingat ya, Narra, kamu itu istri Aldi, bukan Rio, mantan suami kamu yang kaya raya itu. Kamu harus bekerja keras mulai sekarang buat membantu anakku, jangan cuma duduk manis di rumah!" gerutu Bu Siska, sang mertua.

Narra terdiam. Hatinya mulai ragu, untuk melanjutkan pernikahannya dengan Aldi. Mengapa ia yang sedang terpuruk, justru diserang dan dipersalahkan karena sudah kehilangan bayi mungil yang dilahirkan.

"Iya, betul, Bu. Biar ada gunanya sedikit dia jadi istri," timpal Ellya.

Narra kembali menangis, walau sudah coba ditahannya. Ia menangis bukan karena kepergian buah hatinya tetapi karena ia merasa, Aldi dan keluarganya sudah berbeda,tidak seperti awal saat ia sedang mengandung dulu.

Ibu Siska dan Ellya pun mengajak Aldi pulang dan membiarkan Narra seorang diri. Aldi yang entah karena sedang sedih kehilangan anak yang sangat diharapkannya, hanya diam dan mengikuti apapun keinginan adik dan Mamanya.

Di kamar ini, hanya tinggal Narra seorang diri. Tanpa ada teman, sahabat apalagi suami yang dianggapnya menjadi teman dikala suasana hatinya sedang hancur seperti saat ini.

****

Seminggu berlalu

Narra akhirnya sudah diperbolehkan dokter untuk pulang ke rumahnya. Setelah semua administrasi diurusnya, Narra pun melangkahkan kakinya meninggalkan rumah sakit itu seorang diri.

Saat di parkiran, ia melihat Aldi datang menjemputnya. Narra memang sudah memberitahu kepulangannya semalam, tetapi ia juga tidak berharap banyak kedatangan Aldi.

"Narra, aku minta maaf kalau ....."

"Sudahlah, Mas, nggak usah dibahas lagi," timpal Narra.

Aldi pun akhirnya membawa Narra pulang dengan sepeda motor kebanggaannya itu. Kendaraan yang pernah diberikan Narra, saat ia masih berstatus istri seorang CEO tampan. Dengan uang dari Rio, ia bisa memenuhi kebutuhan dirinya dan juga menyenangkan Aldi dan juga keluarganya.

ISTRIKU DIKEJAR PEBINOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang