-Empat puluh lima-

28 5 0
                                    

"Vinka awas!" Teriak seseorang di sebrang yang membuat vinka menatap nanar.

"Maaf kan aku vin.." Ucap vinka pelan seolah bicara dengan diri nya sendiri.

Vinka memejamkan mata nya saat truk itu semakin mendekat. Tubuh nya kaku untuk berdiri.

"Kalau ini jalan yang terbaik, aku rela yaallah" Ujar vinka dalam hati.

"Maaf kan aku yah, bun, mila... Aku belum bisa Mengangkat derajat kalian. Aku belum bisa bahagia in kalian. Maafin vinka..." Lanjut vinka seraya memegang erat jantung nya yang berdetak kencang.

Bersamaan dengan itu terlintas semua memori kenangan vinka serta keluarga nya. Dimana saat indra tertawa, ratna mengelus puncak Kepala nya, dimana saat kamila merajuk dan ujung-ujung nya memeluk vinka dengan hangat.

Dan saat dimana... Kevin menyatakan perasaan nya.

Vinka menjatuhkan air matanya untuk terakhir kali.

Vinka merasakan truk itu sudah sampai di depan tubuh nya.

"Maaf" Kata-kata itulah yang vinka ingat saat diri nya seperti didorong kasar oleh sesuatu di samping nya.

❣❣❣

"Ugh" Vinka mengerang merasakan sakit di Kepala nya.

Dalam benak vinka ia bertanya-tanya. Apakah ia sudah berada di alam lain?

Vinka mencoba membuka mata yang berat. Tapi gagal. Diri nya merasakan sakit luar biasa di tempurung kepala nya.

Hingga sesuatu mengguncang tubuh nya dengan keras, membuat vinka refleks membuka mata nya dengan terkejut.

"Bangun nak.."

Vinka mengerjap beberapa kali. Ia melihat sekeliling alam terbuka. Dan vinka menyimpulkan, ia masih ada di jalan raya.

Vinka mendengar orang beramai-ramai berteriak histeris dari arah yang jauh. Vinka menyeringit, mengapa semua orang-orang malah mengeromboli tempat itu? Padahal diri nya yang lebih harus membutuhkan perhatian dari orang-orang tersebut.

"Nak, kamu gak papa?" Tanya pria paruh baya itu yang tampak cemas.

Vinka menggeleng lemah. Walau pun Kepala nya sakit, tapi ia tidak merasakan apa-apa di tubuh nya.

Pria itu membantu vinka untuk duduk. Vinka hanya memegangi Kepala nya yang mengeluarkan cairan amis di ubun-ubun.

"Aku.. Aku... Kenapa pak?" Tanya vinka dengan suara parau. Ia ingin berfikir lebih keras, tapi otak nya menolak itu semua.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit dulu, Kepala kamu berdarah nak" Ajak pria itu sembari membantu vinka untuk berdiri.

Vinka menggeleng cepat. "Pak, ini kenapa aku bisa disini? Truk nya kemana?" Tanya vinka dengan sungguh-sungguh.

Pria itu merubah raut wajah nya menjadi nanar. "Tadi ada seorang pemuda yang menyelamatkan kamu nak, dia dorong kamu sampe kesini terus truk itu malah menumbur dia. Dan sekarang, pria itu sudah tewas"

Vinka tercengang.

"Te-tewas?..." Vinka menoleh ke arah gerombolan orang-orang yang tampak memakai kan pemuda itu daun pisang agar darah nya tidak bercecran.

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang