-Lima belas-

67 10 0
                                    

Selamat membaca readers ku!

                                ~•~

Dari kejauhan, sebuah mobil hitam sport tengah melaju kencang menerjang jalan raya dengan ganas sama seperti kondisi pemudi nya.

Tiba-tiba, mobil itu terhenti di seberang mini market karena melihat sesuatu yang mengganjal.

"Itu vinka kan?." Tanya kevin pada dirinya sendiri. Ia melihat vinka yang lagi meringkuk di bawah gerobak. Menenggelamkan wajah mulus nya dibawah lutut membuat kevin kesulitan untuk melihat nya.

Karena penasaran dengan kondisi vinka, akhirnya kevin turun dari mobil dengan mengenakan sweater hitam panjang dan tak lupa masker di mulut nya.

Vinka merasakan seseorang menepuk pundak punggung nya pelan. Tetapi ia  tidak berkutik karena masih berat mengakat wajah nya yang sudah basah karna air mata.

"Vinka." Ujar kevin yang membuat vinka tersentak.

Itu kan suara kevin.... Batin vinka kaget.

Dengan perlahan, vinka mengakat wajah nya dan menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya ia saat melihat sang idola nya sudah di depan mata.

"Vinka? Kamu kenapa?." Tanya kevin panik melihat vinka yang sudah berlumuran air mata di pipi nya.

Refleks vinka langsung memeluk erat tubuh kevin, membuat sang empu tersentak kaget karena nya.

Vinka menenggelamkan wajah cantik nya ke dada bidang milik kevin dengan menangis tersedu-sedu seolah ingin meluapkan rasa sedih nya di kehangatan tubuh kevin.

Ada menjalar rasa hangat di hati maupun tubuh kevin saat vinka memeluk nya dengan erat. Entah mengapa seketika hatinya merasakan apa yang dirasakan vinka saat ini. Hati kevin juga tertusuk.

Kevin membalas pelukkan nya dengan msngelus-elus puncak kepala vinka yang lepek akibat air minum yang tidak sengaja tumpah saat vinka meringkuk di bawah gerobak tadi.

"Hiks... Kevin.... A-aku bodoh... Hiks...." Tangs vinka seraya menonjok-nonjok dada bidang milik kevin. Kevin tidak merasakan apapun saat vinka. Memukul nya. Malahan, ia merasakan sesuatu di jantung nya yang sedang berpacu lebih cepat dibanding sebelum nya.

"Kamu kenapa vin?." Tanya kevin lemah lembut.

Vinka mendongak menatap manik hazel mata kevin, menetes lagi satu bulir air mata yang membuat kevin tambah sakit.

Kevin merasakan apa yang dirasakan oleh vinka. Banyak kesedihan, beban dan tanggung jawab yang harus dialami oleh seorang gadis muda seperti vinka.

......

Disini lah mereka bedua, duduk di kursi panjang taman. Kevin sengaja memilih tempat duduk disini, agar vinka lebih tenang dan santai.

Walaupun vinka masih menunduk meratapi kesedihan yang mendalam, tapi kevin tau bahwa ia sudah sedikit agak tenang.

"Vinka?." Sahut kevin kepada vinka yang sedari tadi menunduk lesu.

Vinka menoleh sekilas lalu menunduk lagi.

Kevin menghela nafas nya pelan. Ia benar-benar harus ekstra sabar menghadapi perempuan yang sedang melow.

"Vinka... Aku tau aku bukan siapa-siapa kamu... Tapi aku bisa kok menjadi pendengar yang baik kalo kamu mau cerita sama aku." Ucap kevin lembut seolah mengisyaratkan bahwa ia bisa membantu jika ia mampu.

Kali ini vinka mendongak. Wajah nya masih basah dan mata nya juga masih sembap.

Satu bulir air mata turun dengan lancar di pipi mulus vinka, membuat kevin kembali merasakan sakit.

Tanpa sadar, kevin mengusap air mata vinka yang sudah jatuh, membuat vinka tetsentak.

"Aku ga suka liat kamu nangis!." Ujar kevin sembari menghilangkan air yang masih di mata vinka.

Aku ga suka liat kamu nangis!

Masih terngiang di telinga vinka saat kevin berkata seperti itu. Entah mengapa hati nya merasa ada gejolak panas menggerigoti jiwa nya. Terlebih lagi, posisi ia dan kevin hanya berjarak beberapa jengkal, membuat vinka merasakan sesuatu di jantung nya.

"Sekarang kamu cerita sama aku vin, kenapa kamu bisa nangis?." Tanya kevin lagi dan lagi.

Akhirnya vinka membuka suara. Walaupun suara nya bisa dibilang terlalu pelan, tapi kevin masih bisa mendengar suaranya.

"A-aku ceroboh.... Adikku lagi sakit, tapi aku malah ngehilangin uang di laci gerobak. Sekarang aku ga tau lagi harus gimana.... Itu hanya uang yang aku punya." Jawab vinka lirih.

Kevin sebenarnya belum bisa mencerna apa yang dikatakan vinka, tetapi ia mengerti dengan sesuatu hal yang membuat vinka bersedih. Adalah karena adiknya sedang sakit.

"Apa aku bisa liat adik kamu?." Tanya kevin yakin.

Vinka mendongak sekali lagi dan tak lama mengganguk menyetujui rencana kevin.

Keduanya melangkah menuju mobil sport hitam yang masih terparkir di seberang mini market.

"Tapi.... Gerobak ku gimana vin?." Tanya vinka khawatir.

Kevin tersenyum tipis lalu berkata

"Nanti aku suruh antar seseorang, jadi kamu tenang aja ya." Balas nya sembari mengacak rambut vinka.

Mereka melaju dengan kecepatan sedang dan langsung menuju ke rumah sakit. Tepat nya untuk melihat keadaan kamila.

......

Pukul 13.52
Di rumah sakit
••••••••••••••••••••

Kevin mengikuti langkah kecil vinka yang menuju ke ruangan melati. Tempat kamila dirawat di sana.

"Maaf vin, kejauhan." Sahut vinka tidak enak karena ruangan kamila agak jauh dari pintu utama.

"No problem." Balas kevin tersenyum.

Keduanya masuk dengan mengucapkan salam.

Terlihat disana sudah ada ratna yang sedang memegang tangan mungil kamila sambil menunduk.

Vinka mendekati sang ibu lalu melihatnya, ratna tertidur.

"Bun..." Sahut vinka pelan yang berhasil membuat ratna terbangun.

Ratna terkejut saat ada satu laki-laki dan perempuan tengah ada di hadapannya.

"Oh, vinka? Udah pulang dari jualannya nak?." Tanya ratna sembari menyalami kevin dan vinka.

Vinka tidak menjawab dan hanya melirik kevin yang sedari tadi hanya diam saja.

"Maaf bun.... Vinka ga bisa bayar tagihan rumah sakit kamila..." Ujar vinka lirih dengan mata yang sudah memanas.

Ratna tersentak lalu beranjak dan memeluk sang putri dengan lembut.

"Gapapa sayang.... Kan sudah bunda bilang, kamu jualan aja biar ayah yang cari uang untuk pengecekan kamila." Balas ratna tersenyum kecil seraya mengelus-elus punggung vinka dihadapan kevin.

Kevin yang menyaksikan itu jadi teringat kepada mommy nya. Tanpa sadar, kevin menerbitkan senyum tipis yang manis.

"Bayaran rumah sakit sudah saya bayar kok tan." Ucap kevin tiba-tiba yang membuat ratna maupun vinka terkejut.

"Udah di bayar? Kapan?." Tanya vinka membulatkan matanya.

"Tadi." Balas kevin singkat.

Ratna baru sadar bahwa sedari tadi vinka bersama dengan laki-laki asing ini.

"Kamu.... Kamu kok mirip sama....." Kata ratns seraya memicingkan mata nya.

"Ohiya bun, ini temen vinka. Nama nya kevin alatas." Ujar vinka tersenyum bahagia karena kevin dan ia sudah resmi menjadi teman dekat.

Siapa yang tidak bahagia jika temannya adalah artis terkenal yang notabene nya idola yang ia suka dari dulu?

Ratna terkejut bukan main atas kalimat terakhir vinka.

Kevin alatas?

•••

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang