-Lima-

126 14 0
                                    

Kevin meninggalkan ruang makan dan ngacir ke kamar nya. Ia merasa lega pasalnya ditanyai pertanyaan yang aneh oleh ayah nya.

Tiba-tiba, kevin teringat akan wanita bermasker yang kemarin ia lihat. Tatapan nya persis sekali dengan seseorang yang kevin sangat menyayangi nya.

"Mata nya mirip banget sama karin." Ucap nya pelan.

"Tapi kok gue jadi mikirin dia sih." Lanjut nya lagi pada diri nya sendiri.

Karna tidak mau membuang waktu untuk memikirkan sama sekali orang yang tidak dikenal nya, kevin berniat main ke rumah Ivan---sahabat karib nya.

Ia bergegas menyambar jaket, topi, dan masker untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

Kevin kadang sangat risih menjadi seseorang yang terkenal, selalu didatangi oleh fans-fans fanatik nya, bagai gula dan semut berlomba-lomba mendatangi gula tersebut.

Setelah siap-siap di kamar nya untuk menuju rumah ivan, kevin langsung mengendap-endap untuk keluar dari rumah ini. Tak lupa ia memberi pesan kepda sahabat nya untuk menjemput karna kevin tidak akan pakai mobil dia sendiri. Takut ketawan dady dan mommy nya.

Ketika hendak membuka pintu keluar, kevin mendengar orang yang berbicara dengan nada yang agak serius. Kevin jadi sedikit penasaran.

Lalu ia menunda acara kabur nya dan menguping pembicaraan yang tak lain adalah daddy dan mommy nya.

"Tapi dad, kalo kevin ga mau gimana?.."

"Daddy akan bujuk dia sampai mau, karna dia adalah anak dari sahabat dady. Dan daddy udah janji untuk menjodohkan kevin dengan chelsea."

Seketika itu mata kevin langsung melebar dan terkejut bukan main.

"dijodohkan?!."

"Ga, ga, gue gamau dijodohin! Daddy benar-benar keterlaluan."  Batin kevin seraya mengepalkan tangan.

Lalu cepat-cepat ia bergegas keluar karna mendadak merasakan hawa yang panas menjuluri tubuh nya.

......

Seseorang pria muda tengah asik menyetir ngebut karna ia sudah telat untuk berangkat kerja.

Tiba-tiba ponsel nya berdering menandakan panggilan masuk. Dengan sigap, pria itu mengambil dan mendekat kan ke telinga.

"Halo?." Ujar nya sedikit keras.

"Pak! Klien sudah datang dan marah-marah karna proyek di gedung palimas mendapatkan kerugian besar!."  Sahut perempuan itu dengan sangat cemas dan ketakutan.

"Iya saya segera kesana, saya masih di jalan jadi kamu suruh klien sabar dulu."

"Tidak bisa pak! Saya sudah berusaha tapi klien itu sudah sangat emosi. Bahkan kami pun diancam akan masuk ke penjara!...."

"Saya sudah bilang sabar dulu! Kalian ini kenapa sih hah?! Disini yang bos itu siapa!!!." Ujar pria itu tersulut emosi dan menancapkan gas dengan cepat.

"Tapi pak-----."  Ucapan perempuan itu terpotong karna diakhiri secara sepihak oleh pria muda tersebut.

Ia bergegas melajukan mobil nya, menerjangkan jalanan sepi bagai tak ada kehidupan.

Yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah ia harus sampai 5 menit lagi. Bahkan pria itu tidak menyadari bahwa sebuah benda besar akan di tumbur nya detik ini juga.

Cccckkkkkkiiiiiiiiiitttttttttt

Bruaaakkkk

Pria itu kaget setengah mati karna ia menumbur sesuatu dihadapan mobil nya.

"Astaga! Apa yang saya tabrak!." Ucap nya keras dan langsung turun dari mobil mewah nya itu.

Ia melihat sebuah gerobak berwarna silver terjatuh dan beberapa isi nya jatuh berantakan.

Pria itu mengerjap dan merasa diri nya tidak salah karna yang salah adalah penjual nya, "kenapa juga gerobak taruh di tengah jalan?!." Ujar nya keras untuk menarik perhatian penjual bodoh yang menaruh gerobak di tengah jalan.

Tak lama kemudian, terdengar suara teriakan di belakang pria muda itu.

"Astaghfirullah gerobak ku!." Ujar vinka lalu berlari ke arah gerobak nya.

Vinka tidak dapat lagi menahan tangis nya, melihat sebagian roti-roti jatuh berserakan di lantai yang kotor.

"Hikss.... Yaallah..... Hiks.... Ini.... Gimana hiks...." Tangis vinka semakin kuat melihat gerobak silver nya yang lecet parah di bagian belakang.

Sedangkan pria itu hanya mematung, sedikit terselip rasa bersalah di dalam dirinya. Lalu ia pun menghampiri vinka, berniat untuk membantu nya memunguti roti-roti itu.

"Maaf kan sa-saya." Ujar pria itu seraya mengambil roti-roti yang jatuh untuk di taruh ke tempat semula.

"Gausah! Ga usah diambil roti nya hiks... Kan udah jatuh... Hiks..." Balas vinka yang masih menangis.

Terlintas di benak vinka, "bagaimana reaksi ayah kalo tau hal ini?, kamila! Gimana kalo mila sedih?!."

Itu lah yang membuat vinka sedih. Niat nya ingin membantu biaya pengecekan kamila nanti, tapi ternyata dia sendiri yang bikin tambah rugi.

"Maaf, saya benar-benar tidak sengaja... Saya tadi tidak lihat gerobak kamu." Ucap pria muda itu dengan raut sedih.

Dirinya benar-benar merasa bersalah, entah kenapa hati pria itu tiba-tiba luluh dengan suara tangis yang sangat mirip oleh tangisan adik tersayang nya.

"Karin."

"Iya gapapa kok, ini bukan kamu yang salah... Ini aku yang bodoh ninggalin gerobak di tengah jalan. Soalnya tadi aku mau minta bantuan sama orang karna gerobak aku rusak." Jawab vinka panjang lebar seraya menghapus air mata di pipi mulus nya.

Lalu vinka berdiri dan berniat pergi, ia sudah pasrah jika ayah nya marah karna ulah ceroboh nya.

Tapi pria itu mencekal tangan vinka erat, hingga vinka pun berbalik dengan tersentak.

"Ini semua salah saya! Ini sebagai ganti untuk dagangan mu yang jatuh tadi." Pria itu menyodorkan uang 5 lembar seratus ribuan.

Vinka yang mendengar itu pun menatap nya tak percaya, "uang ini terlalu banyak..." Ucap nya pelan yang masih menatap pria muda tersebut.

"Tatapan nya?! Mirip sekali dengan karin."  Batin nya.

"Ga papa, ini Terima ya." Lalu pria itu mengambil tangan kanan vinka dan menaruh uang nya.

"Maaf tidak usah, beneran ga-----." Ucapan vinka terpotong karna merasakan jari lembut menyentuh bibir merah nya itu.

"Syutt! Kalo kamu ga mau terima aku bakalan nyulik kamu!." Ucap pria itu mengancam seraya menempelkan jari telunjuk nya ke bibir vinka.

Vinka tau bahwa pria itu hanya bercanda, tapi nada nya membuat vinka bergidik ngeri.

"I-iya saya ter-terima." Balas nya gelagapan lalu menyingkirkan telunjuk pria muda itu yang masih menempel di bibir nya.

Walau dengan berat hati, tapi vinka menerima karna tidak mau membuat pria ini sakit hati.

Lalu cepat-cepat vinka pergi meninggalkan pria itu tapi langkahnya terhenti karna mendengar suara seseorang di belakang.

"Hey! Nama saya Riyan, nama kamu?." Ucap pria itu yang bernama Riyan.

"Vinka" Balas vinka terus melanjutkan perjalanan nya tanpa menoleh ke arah belakang.

Pria itu yang bernama Riyan menatap punggung vinka yang semakin menjauh dari pandangan nya.

"Vinka?."  Batin Riyan lalu bergegas pergi dengan senyum tipis mengiasi wajah nya.

•••

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang