Mau tanya nih, kalo misal nya nanti ending alurnya mau yang gimana?
A. Sad
B. Happy
C. Konyol
Hehe tanya aja, aku juga udah nentuin gimana nanti end nya~
. . .
Vinka langsung menjatuhkan diri nya di atas kasur yang empuk. Walaupun tidak lembut selembut sutra, tapi hanya inilah kasur yang paling sangat ia nanti saat sedang lelah atau sedih.
Di lain waktu, dua laki-laki tengah bicara serius. Bahkan diantara nya sempat emosi karna melihat putri nya yang tiba-tiba pulang dan menangis.
"Kamu apain anak saya?" Tanya indra dengan tatapan mengintimidasi.
Kevin tampak menunduk kecewa. Bukan takut dengan indra, melaikan ia masih teringat kejadian tadi saat makan malam bersama vinka.
"Jawab!"
Kevin menoleh menatap indra dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Saya emang yang salah om..., maafkan saya" Kevin bicara dengan nada yang tegas namun tidak menutupi sorot kecewa dan sedih nya.
"Maaf? Saya sudah menyerahkan semuanya sama kamu! Tapi apa? Saya juga rela membiarkan vinka untuk pulang malam sama kamu. Dan kamu? Malah menangisi dia. Saya tanya sekali lagi, kamu apain anak saya?! " Indra benar-benar tersulut emosi. Sudah pulang dengan larut malam eh dateng-dateng anak nya sudah nangis dan berantakan. Mana ada orang tua yang gak marah kan?
"Maaf om. Tapi saya benar-benar tidak melakukan apa-apa sama vinka. Saya berani bersumpah"
Indra ingin sekali meninju bocah ini. Tidak mungkin jika vinka tidak kenapa-kenapa tapi ia pulang dengan menangis.
"Kamu ini! ----"
"Sudah yah!" Suara seseorang di belakang mereka menghentikan perdebatan dan emosi dari indra. Siapa lagi kalau bukan putri nya sendiri. Vinka.
Kevin menoleh dan tepat menatap manik mata vinka. Tetapi vinka duluan yang membuang muka. Ia tidak mau lagi menatap kevin. Hati nya masih terasa sakit.
"Kamu sebaiknya pulang. Ini udah malam." Ujar vinka tanpa melihat kevin. Hanya menatap lurus ke depan.
"Vin...."
"Pergi. Ayah tidur aja, ini udah malam"
Indra menggaguk lalu pergi meninggalkan ruang tamu. Dan menyisakan kevin dan vinka.
"Vinka, kita---"
"Pergi" Vinka hanya mengucapkan itu saja daritadi. Ia benar-benar muak melihat wajah kevin untuk saat ini.
Kevin menunduk lalu melangkah keluar dengan gontai. Pas sekali saat ia menginjakkan kaki di luar rumah, vinka langsung menutup pintu dengan kasar dan kuat.
Brakk
Kevin menatap lama dengan pintu yang sudah tertutup rapat itu. Rasa nya ia tidak rela jika belum menjelaskan secara detail oleh vinka tentang perjodohan nya dengan chelsea. Yap! Vinka sudah tau tentang itu. Kevin itu artis, berita nya pasti ada di mana-mana.
Kevin mendekati pintu, lalu membisikkan sesuatu disana berharap orang yang ia mulai cintai mendengar.
"Good night vinka. Semoga mimpi indah dan kita bisa bersama"
Kevin meninggalkan pintu itu dan menuju mobil untuk pulang ke apartemen. Dengan raut yang amat sedih pastinya.
Di lain tempat, vinka mendengar semua ucapan selamat tidur dari kevin. Ia menangis sambil membekap mulut nya sendiri.
Hati nya hancur. Sehancur-hancur nya.
. . .
Matahari mulai menampakan wujud terang nya dengan malu-malu. Pagi yang cerah dengan sinar matahari. Semua manusia diharuskan bangun sejenak untuk beribadah pagi, yaitu shalat subuh.
Vinka terbangun sambil menggeliat, Tiba-tiba ia teringat dengan wajah kevin.
"Ini masih pagi tapi kenapa harus muka dia yang muncul?" Tanya vinka kesal kepada pikirannya sendiri.
Ia turun dari ranjang, merentangkan tangan yang agak pegal lalu segera menuju kamar mandi untuk berwudhu.
Seusai berwudhu, vinka melaksanakan shalat dengan khusyuk. Di dalam shalat nya, ia tidak lupa mencantumkan nama kevin sebagai topik salah satu doa nya hari ini.
Ceklek!
Pintu terbuka sedikit mengagetkan vinka yang sedang serius berdoa. Ia cepat-cepat menyudahi doa nya setelah itu menoleh ke ambang pintu.
"Bun?" Tanya vinka heran sembari melepaskan mukenah nya lalu digantung di lemari yang tidak terlalu besar.
"Sarapan dulu vin" Ucap Ratna singkat lalu kembali menutup pintu nya kembali.
"Iyaaa bunn" Teriak vinka lalu segera bergegas pergi menuju dapur.
Suasana di dapur terlihat canggung. Entah itu hanya perasaan vinka atau sebaliknya, ia tidak tahu.
"Pa-pagi semua" Ujar vinka gugup dan duduk di tepat depan sang ayah.
Indra tidak menggubris. Ia malah asik menuangkan nasi beserta lauk pauk di dalam piring.
Vinka kembali gugup dan cemas. Ia menghela nafas pelan, sangat pelan supaya tidak ada orang yang mendengar.
"Kak, kemarin malem kakak kemana? Kok gak pulang" Tanya kamila sambil menguyah makanan nya.
Vinka melirik indra sebentar, lalu menjawab.
"Em.... Ka.. Kakak...."
"Vinka!" Panggil indra yang sukses membuat vinka menjatuhkan sendok nya.
TRAANG
Semua menoleh mengahadap vinka. Ratna dan kamila tampak agak terkejut, tapi indra terlihat biasa saja.
"Maaf" Dengan cepat, vinka menunduk dan langsung mengambil sendok yang jatuh tadi.
"Kamu kenapa vin? Kok kelihatan gugup gitu?" Tanya Ratna yang mulai mengenali raut wajah vinka yang berubah-ubah.
"Ha? Ak-aku bun? Aku..."
"Iya vinka. Kamu kenapa?" Tanya ratna lagi kepada putri nya.
"Emm ak-aku.... "
"Sesudah makan, ayah tunggu di depan teras." Ucap indra lantang dan tegas. Lalu pergi meninggalkan ruang makan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Sebatas Penggemar
RomanceHanya penggemar biasa yang seolah takdir mempermainkan aku dan dia dengan membuat perasaan ini menjadi lebih dari sebatas pengagum belaka. *** Kevin Alatas, seorang musisi terkenal yang akan dijodohkan oleh aktris papan atas bernama Chelsea Vanira...