-Empat puluh tiga-

35 5 0
                                    

Vinka mengerjap beberapa kali dan akhirnya membuka mata nya dengan perlahan. Denyutan mulai menyerang tempurung kepala nya dengan hebat. Membuat pemilik nya merasa sangat pusing.

"Aku... Aku..." Vinka memegangi kepala nya yang masih berdenyut kencang.

"Vinka! Ayo bangun" Suatu suara meminta vinka untuk segera membuka mata nya. Ia adalah Ratna yang tampak khawatir dengan keadaan putri nya.

Disana juga terlihat indra dan kamila yang mendampingi ratna juga dengan gelisah.

"Aku.... Kok bisa ada disini bun?" Tanya vinka dengan suara parau masih dengan memegangi kepala nya.

Indra menyahut. "Kamu tadi pingsan vin"

Vinka menoleh ke arah indra dengan kening berkerut.

"Pingsan? Emang aku tadi kenapa....." Vinka membulatkan mata nya sempurna.

Jantung nya berdetak kencang. Memori beberapa jam yang lalu terngiang di kepala nya. Dimana ada seekor bangkai kucing yang penuh darah dan jangan lupakan pisau yang menancap pas di jantung kucing tersebut.

"Vin?" Ratna menyadarkan vinka yang sedang berdiam diri dengan wajah ketakutan.

Tanpa diduga, vinka berlari kencang keluar kamar. Ratna, indra dan kamila terkejut dengan perlakuan vinka yang tidak wajar.

"Vinka?! Mau kemana!" Teriak Ratna keras seraya berlari mengejar vinka. Indra dan kamila pun juga begitu.

Vinka berhenti di teras rumah nya. Ia menatap bingung seolah tak percaya apa yang dilihat nya.

"Kemana?...." Vinka mencari sebuah sesuatu di sudut-sudut ruangan teras. Tapi apa yang ia inginkan tidak juga ditemukan.

"Vinka? Kamu cari apa?" Tanya indra cemas.

Vinka tidak menjawab. Ia sibuk melihat setiap sudut ruangan sesekali mengecek bawah meja dan kursi di teras rumah nya.

"Cari apasih kak?" Kamila menggelengkan kepala nya bingung.

"Arghhhhh!!!" Pekik vinka frustasi. Ia seperti kehilangan akal karna tidak menemukan bangkai tersebut.

Ratna memeluk vinka erat. "Kamu kenapa sih vin? Cerita sama bunda!" Ucap Ratna menangis melihat vinka yang tampak seperti orang gila.

"Bun.... Itu, itu yang.... Kotak hitam di sini... Ma-mana.." Vinka berdiri, mencari lagi hingga lelah sendiri. Ia terduduk di lantai dengan lemas.

"Udah vin! Udah...hiks" Ratna tidak tega dengan putri nya yang kelihatan sangat terpukul.

Vinka menyeringit. Menyapu pandangan sekitar dengan teliti. Darah. Ya darah! Tadi pagi, vinka membuang kotak itu sembarang arah.  Dan vinka sangat ingat, bahwa darah itu berceceran di lantai ini.

Vinka membungkuk. Mencoba mencium aroma sesuatu di lamtai. Tapi nihil. Ia tidak menemukan bau amis seperti darah.

Vinka mengehela nafas pelan.

"Aku ke kamar." Ucap nya singkat lalu segera menuju kamar dengan langkah gontai.

Ratna menoleh ke arah indra dengan Tatapan sedih. "Yah, vinka kenapa?" Tanya Ratna lesu. Indra menggeleng pelan dengan menunduk.

Sedangkan kamila hanya bingung melihat antaraksi dari orang tua nya.

❣❣❣

Tring!

Vinka terbangun dengan suara dering handphone nya yang keras. Dengan cepat, ia menyambar benda pipih tersebut yang kebetulan ada di samping nya.

"Kevin?" Vinka menyeringit heran mendapati pesan dari kevin.

Kevin. : vin, besok kamu sibuk gak?

Vinka ptriisabella : besok aku kan dagang vin

Kevin. : gapapa. Siang ya ditaman biasa. Aku mau ketemuan

Vinka bingung. "Mau apasih kevin ketemuan?" Ucap nya kesal padh

Vinka ptriisabella : oke.

Vinka membuang handphone nya sembarang arah. Ia memeluk guling nya dengan erat dan tanpa sadar ia tersenyum malu-malu.

❣❣❣

"Mau kemana vin?" Tanya Susi di dapur yang sedang menyiapkan makan siang untuk keluarga nya. Semenjak kevin tinggal disini lagi, mendadak susi menjadi semangat menjalani hari-hari nya. Sebab ada putra kesayangan nya kevin.

"Mau pergi sebentar mom. Tapi abis makan siang" Balas kevin sambil mencuci tangannya di keran air.

Susi hanya menggeleng kan kepala nya dengan tersenyum tipis. "Pasti makan dulu lah yaa. Nama nya juga penuhin perut mu yang kosong" Ledek ibu nya. Kevin hanya tersenyum malu.

Gerald, Riyan, Kevin dan Susi sudah bersiap untuk menyantap makanan masing-masing. Suasana mereka agak canggung. Sehingga dengan susah paya, susi selalu ibu nya harus mencairkan suasana.

"Ayo dimakan semua... Ini spesial mommy yang masakin." Ucap susi sambil tersenyum lebar.

Ketiga nya makan dengan pikiran masing-masing. Hanya ada suara dentingan sendok mereka yang mengisyaratkan bahwa semuanya tidak mau berbicara.

Selesai makan, kevin langsung bergegas menuju kamar nya untuk bersiap-siap bertemu dengan wanita pujaan hati nya. Siapa lagi kalau bukan Vinka.

"Ini udah rapi belum ya" Tanya kevin dengan diri nya sendiri di depan cermin besar.

Penampilan kevin terbilang sangat rapi. Seperti mau menghadiri acara penting saja. Padahal kan hanya bertemu dengan vinka.

Kevin sudah merasa di kala ia sudah rapi dan tampan. Ia bergegas menuju taman tempat ia menjanjikan akan bertemu dengan vinka disana.

"Mau kemana kamu kevin?" Tanya seseorang di belakang kevin saat ia ingin membuka pintu keluar rumah.

Suara baritone yang hampir mirip dengannya.

"Bukan urusan lo." Balas kevin dingin.

❣❣❣

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang