-Dua puluh delapan-

39 8 0
                                    

Vinka berlari sekencang mungkin menerobos semua jalan yang terlihat gelap gulita.

Bersamaan dengan itu, angin yang semula nya lemah lembut menjadi kencang seperti badai topan, membuat sang empu berusaha untuk melawannya.

Tidak luput dari pantauan, kevin berlari di belakang vinka dengan langkah gontai tapi cepat, seolah mengisyaratkan bahwa ia akan segera menarik vinka dan memeluknya.

Vinka mempercepat langkah nya dengan hati yang retak.

Kretak!

Suara itu muncul lagi di benak vinka. Suara hati nya yang sedang bergemuruh sakit sesakit-sakitnya. Ia tidak mampu menahan rasa sakit yang terus menjalar di hati nya. Selama hidup belasan bahkan puluhan tahun di dunia ini, vinka tidak pernah merasakan sakit sesakit ini!

"Hiks.... Hiks..." Dua genangan air yang vinka tahan mati-matian, dengan mudah dan lancar tumpah begitu saja tanpa melihat bahwa pemiliknya sedang tidak butuh air mata sekarang!

Angin tambah kencang, disusul suara gobaran api dan listrik diatas langit dengan indah tapi mengerikan. Petir dan halilintar.

Vinka berhenti di tengah jalan. Diri nya menatap kosong di langit yang gelap. Segelap hati nya saat ini.

"Kenapa? Kenapa aku harus suka sama seseorang yang harus nya aku gak pernah sukai!?" Teriak vinka pada langit yang tampak tidak peduli dengan kesedihannya.

"Kenapa Tuhan? Kenapa? Kenapa aku sakit?! Kenapa organ ini yang engkau berikan bisa sesakit ini...." Vinka memegang ulu hati nya yang berdenyut kuat. Hati nya seperti hancur berkeping-keping.

Suara petir mulai lebih keras. Disusul hujan kejar yang begitu lebat. Vinka menangisi diri nya yang bodoh. Dia tidak bisa mengenali derajat nya yang hanya orang biasa.

"Aku bodoh!" Vinka menusuk-nusuk pelipis yang berkeringat dingin.

"Aku orang paling bodoh di dunia ini!" Ujar vinka lantang dan tegas. Ia terkulai lemas tidak berdaya. Meratapi nasib nya yang sangat menyedihkan.

"Kamu gak bodoh" Balas seseorang di belakang vinka dengan nada dingin.

Vinka tidak ada niat untuk mendongak apalagi menoleh. Hati nya masih berdenyut melihat tampang seseorang di balakang nya itu. Terjebak dengan perasaan yang tidak memungkinkan? Apakah vinka pantas untuk itu semua? Tidak!

"Pergi." Ucap vinka singkat dan pelan. Terdengar lirih tapi meyakinkan.

Kevin berjongkok menyamai posisi ia dan vinka saat ini.

"Apakah kita gak ada niatan untuk berjuang sama-sama? Saya tahu bahwa kamu sama seperti saya. Jadi tidak usah berdusta vinka.. Tidak perlu! Saya bukan orang bodoh yang gampang kamu bohongi" Kevin mengucapkan dengan sangat yakin dan bersemangat. Ia tidak akan bisa melepaskan gadis ini secepat mungkin. Bahkan selamanya tidak bisa!

"Pergi." Jawaban vinka masih sama saja. Ia masih terlalu sakit untuk mengucapkan kata yang lebih panjang dan jelas.

Masih tertampang jelas ingatannya pada kejadian beberapa jam yang lalu. Saat seorang laki-laki mengutarakan perasaan nya dengan sangat jujur.

"H-hah?" Vinka terkejut. Apa kata kevin? Ia menyukai nya? Oke, jika kevin suka hanya sebatas hubungan penggemar dan idola. Tapi mengapa pikiran vinka terbentang jauh?

"Dalam artian?" Vinka bertanya lagi dengan sorot mata yang sulit diartikan.

"Dalam arti sepasang kekasih" Ujar kevin lantang dan tegas tanpa ada rasa gelisah atau malu sedikitpun.

"Maaf aku gak bisa." Vinka mundur 5 langkah dengan perasaan yang kacau balau.

Kevin tercengang. "Kenapa?" Tanya nya heran sekaligus agak.... Takut.

"Kita beda vin. Hubungan kita hanya sebatas penggemar dan idola ,Gak lebih" Ujar vinka dengan yakin. Tapi sorot mata nya tidak bisa dibohongi.

"Bohong!" Balas kevin dengan kilat amarah. "Kalo kamu memang gak siap atau malu, jujur aja. Gausah bohongi aku kaya gini. Aku tahu kamu nyimpen masalah yang bikin kamu aneh ini kan?" Tepat sekali! Vinka menjadi bungkam seribu bahasa atas ucapan kevin barusan.

"Maaf. Tapi aku gak bisa. Lebih baik, kamu buang semua perasaan seujung kuku yang kamu miliki sama aku. Maaf lancang" Vinka melangkah lebar untuk pergi dau hadapan kevin. Tapi suatu suara yang membuat vinka menghentikan langkah. Sekaligus membuat hati nya retak seribu kepingan.

"Jika kamu mau meninggalkan tempat ini. Hubungan kita sampai sini saja."

TARR!!!

Suara bergemuruh hati vinka yang tiba-tiba sesak, sakit dan patah.

Vinka menoleh sekilas lalu berkata

"Segampang itu? Oke. Emang itu yang aku mau. Lebih baik kita bersikap seperti sepantasnya saja!" Vinka berlari setelah usai mengatakan hal yang sangat ia tidak bisa katakan.

Sedangkan kevin menatap kepergian punggung vinka yang rapuh. Kaki nya untuk mengejar, rasa nya terlalu berat.

"Kenapa vinka? Hanya kamu yang bisa buat aku kaya gini. Selama ini aku hidup, gak ada perasaan ini di hati maupun jantung oleh orang lain. Tapi kenapa kamu semudah itu pergi dan memutuskan saat aku mulai jatuh. Jatuh dalam garis lingkar yang salah. Apa memang benar, jika ini salah? Tapi mengapa harus kamu vin! Mengapa?" Kevin meninju apapun yang didekatnya. Sehingga banyak pelayan yang menjadi korban atas kemarahan kevin.

Diri nya benar-benar frustasi. Bukan hanya vinka saja yang gila karna perasaan ini. Catat! Bukan hanya vinka.

• • •

Hai readers! Gimana part ini? Aneh, sad, konyol atu gak nyambung?

Berikan jejak ya kalau sudah membaca. Happy next part! Semoga kalian tetap sehat terus ya💗💗

Salam by
- Author.

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang