-Dua puluh empat-

51 8 0
                                    

Happy reading! 🧡
Latar belakang Karin dan Anita akan aku kupas secepatnya!!

. . . . . .

"Bagaimana ger? Kau sudah merencanakan apa untuk masalah itu? Aku sudah tidak tahan akan berita itu. Putri ku bersedih dengan itu ger!" Anton berusaha mengendalikan emosi nya. Sekarang ia sedang berada di caffe karantania di pusat kota bersama gerald.

"Sudah. Kau santai saja anton.... Aku akan memberi tahu mu tentang apa rencana ku" Gerald mulai menyeringai bagaikan orang yang baru mendapat kemenangan.

Anton mendengarkan apa rencana licik yang dilontarkan Gerald dengan baik.

Waktu untuk menghabiskan rencana tak berguna itu cukup menyita waktu sampai 2 setengah jam.

. . . . . .

"Kamu benar-benar udah baikan vin?" Tanya kevin cemas. Vinka benar-benar ngotot ingin keluar dari rumah sakit. Alasannya, ia tidak betah dengan bau obat disana padahal waktu kamila sedang dirawat, vinka sama sekali tidak keberatan.

"Udah kok" Vinka sedari tadi hanya diam. Mereka berdua sedang berada di dalam mobil untuk pergi ke suatu tempat. Beda nya kali ini kevin memberi tahu vinka tujuan nya kemana. Supaya vinka juga tidak matah-marah lagi kepadanya.

Kevin memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat untuk beristirahat sebentar. Yaitu caffe yang berada di pusat kota. Sembari menunggu malam tiba. Karna kevin akan mengajak vinka untuk dinner bersama nya nanti.

Di caffe itu disediakan pula kamar untuk beristirahat sejenak. Kamar mandi dan ruang makan yang pasti nya kevin pilih karna memang ia sudah sangat gerah dari siang tadi.

Kevin memikirkan mobil nya di parkiran caffe itu. Parkiran yang cukup luas kira-kira bisa sampai 500 mobil kuat menahannya.

"Ini dimana?" Tanya vinka sesudah keluar dari mobil bersama kevin. Keduanya berjalan seiringan sambil berbincang-bincang sebentar.

"Caffe karantania" Jawab kevin singkat. Vinka hanya mangut-mangut tanda mengerti.

Seorang satpam membukakan pintu untuk kevin dan vinka sambil berkata dengan ramah.

"Selamat sore tuan nona" Ucap satpam itu membungkuk hormat.

"Terima kasih pak" Balas vinka tersenyum sedangkan kevin langsung masuk ke dalam ruangan ber - AC itu.

Nuansa coklat dan cream langsung menyerbu manik mata hitam pekat milik vinka. Nuansa yang sangat vinka sukai serta bau kopi dan cappucino yang memenuhi indra penciuman tajam vinka

Kevin langsung mengajak vinka menuju resepsionis yang ada di caffe itu. Terdapat dua bagian tempat yaitu tempat pembayaran dan tempat untuk menyewa penginapan.

"Kamu tunggu disini aja ya, aku mau ke toilet bentar. Kamar nya udah aku pesenin, tinggal tunggu aja nanti ada pelayan yang ngajak kamu kesana kok" Kevin pamit untuk ke toilet sebentar. Dia ingin membersihkan wajah nya yang sangat terlihat kusam dan gelap.

Vinka menggaguk pelan lalu kevin segera pergi dari hadapannya.

Sembari menunggu pelayan datang, vinka melihat sekeliling caffe yang terlihat besar tapi sederhana. Banyak lampu yang menyala dengan kekuning kuningan. Saat vinka sedang asik melihat sekeliling, suatu hal menarik perhatian nya.

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang