-Tiga belas-

65 10 0
                                    

Pukul 20.56
Di rumah sakit
••••••••••••••••••••

Semua menunggu di luar ruangan ICU termasuk vinka, ratna dan indra.

Mereka sama-sama menghawatirkan keadaaan kamila. Hanya ratna yang terus menangis sedangkan vinka menenangkan ibu nya.

Indra hanya menunduk lesu.

Tidak lama kemudian, dokter yang menangani kamila keluar dari ruangan. Ketiga nya pun langsung mendekat untuk menanyai bagaimana kondisi kamila.

"Dok! Bagaimana kondisi anak saya?." Ujar indra yang sudah tidak sabar lagi.

Dokter menghela nafas pelan lalu berkata

"Kondisi anak bapak sekarang belum stabil. Kita harus gerak cepat sebelum terjadi apa-apa. Saya kan sudah ingat kan sejak lalu, harus segera di cek supaya benar-benar tau apa penyakit yang dialami oleh anak ibu dan bapak." Jawab dokter itu tegas.

"Astaghfirullah yaallah..... Hiks... Kamila...." Tangis ratna semakin pecah mendengar apa yang baru dikatakan oleh dokter.

"Tenang bu... Kita harus sabar...." Ucap vinka menenangkan sang ibu yang sangat bersedih.

Lalu ketiga nya pun masuk dengan perasaan hancur. Melihat kamila yang tetbaring lemah seperti itu membuat mereka tambah bersedih dan menyesal.

"Yaallah nak... Coba ibu aja yang ngalamin ini, jangan kamu..." Ucap ratna miris.

Terlihat raut wajah indra yang begitu sedih, sama hal nya dengan raut wajah vinka.

Sangking tak sanggup nya menahan kesedihan, indra langsung keluar dari ruangan. Vinka yang melihat itu menyusul sang ayah untuk menenangkan nya juga.

Indra berjalan di sekitar rumah sakit lalu memilih duduk di kursi taman untuk menenangkan diri nya sendiri.

Indra menunduk menatap jam yang ada di hp jadul nya.

Pukul 22.05

Ia hanya mengehela nafas gusar.

"Bagaimana saya bisa melunasi semua nya..." Ucap indra pelan.

Dari kejauhan, vinka sedang mengamati ayah nya yang kelihatan bingung dan sedih. Tanpa pikir panjang, ia langsung menghampiri indra dan duduk disamping nya.

"Loh vinka? Kok kamu disini?." Tanya indra kaget melihat putri sulung nya duduk disamping.

Vinka menoleh ke arah indra lalu mengalihkan lagi ke arah dedaunan yang basah akibat hujan deras dua jam yang lalu.

"Ayah ada masalah? Cerita yah, jangan dipendem." Ucap vinka yang sukses membuat indra menunduk lesu.

"Ga ada kok vin---."

"Jangan bohong yah! Kan ayah sendiri yang ngajarin vinka supaya ga boleh bohong sama orang. Tapi sekarang, ayah sendiri yang bohong sama vinka!...." Ujar vinka mulai berkaca-kaca.

Indra menghela nafas nya sekali lagi. Bagaimana mungkin ia harus menceritakan jika ia tidak ada uang untuk membayar pengecekan kamila?.

"Vinka.... Ayah sebenarnya ga ada uang untuk bayar pengecekan kamila. Kemarin ayah sudah pinjem uang boss, hanya satu juta takut nanti ayah ga bisa bayar. Ayah juga ga mau Pinjem-pinjem ke tetangga. Takut juga ga bisa bayar." Jawab indra panjang lebar. Sebenarnya ia tidak mau membebani pikiran putri nya. Tapi vinka terus mendesak, apalagi vinka sampai mau menangis, indra tidak tega akan hal itu.

Tiba-tiba tanpa diduga, vinka langsung memeluk erat ayah nya dengan penuh kasih sayang. Bagaimanapun, vinka tidak akan rela jika ayah nya mencari uang sendirian. Ia berniat membantu indra apapun caranya.

"Ayah.... Hiks... Vinka janji bakal bantu hiks... Ayah cari uang! Ayah ga usah khawatir hiks.... Besok vinka akan berusaha dapetin uang untuk bayar hiks... Pengecekan kamila..." Ucap vinka pelan dengan tangis.

"Vinka...., kamu ga usah nyari ya sayang, biar ayah aja. Karena itu memang pekerjaan ayah untuk mencari nafkah. Kamu besok libur saja jualan nya ya." Balas indra lemah lembut berusaha membujuk putri sulung nya.

"Ayah! Vinka ga mau! Besok vinka jualan dan vinka akan cari uang. Ayah di rumah sakit aja sama bunda." Jawab vinka lantang dan tegas. Ia bertekad akan mendapatkan uang besok apapun caranya.

"Vinka...."

"Ayah!."

Lalu dengan cepat, vinka berlari menjauh dari ayah nya, ia tidak mau mendengar bujukan lagi. Karena vinka sudah bersemangat besok untuk mencari uang. Apakah salah seorang anak ingin membantu kedua orang tau nya saat lagi susah?

.......

Matahari pagi mulai menampakan cahaya nya di tengah-tengah awan putih.

Sinar itulah yang membuat seseorang terganggu pada saat sedang tidur nyenyak.

"Arghhhh, udah siang ya?." Ujar kevin sembari merentangkan tangannya ke atas.

Lalu kevin duduk di atas ranjang dan mengambil jam alarm kecil di meja Samping ranjang nya.

"Masih jam 7 hoaaamm." Ucap kevin dengan menguap lebar.

Kevin berniat kembali tidur. Tetapi niat nya terputus karena pintu kamar diketuk oleh susi.

Tok
Tok
Tok

"Kevin....." Teriak susi di depan pintu kamar kevin.

"Ck, apasih mommy...." Balas kevin malas.

"Bangun udah siang, mommy tunggu di bawah kita sarapan sama-sama." Ujar susi dengan sabar.

"Hemm." Kevin hanya membalas dengan deheman singkat.

Dengan langkah lebar, kevin menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan cuci muka. Barulah setelah makan ia akan mandi.

Seusai bersiap-siap dengan baju santai ala rumahan, kevin segera turun kebawah untuk menunaikan sarapan pagi.

Terlihat dimeja makan sudah ada gerald, susi dan kakak kevin.

"Pagi mom, pagi dad, pagi kak." Sahut kevin dan segera duduk di kursi samping kakaknya.

"Pagi." Balas ketiganya bersamaan.

"Pagi adik kesayangan." Ucap pria muda itu dengan cengengesan yang diketahui itu adalah kakak nya kevin.

"Hoek." Jawab kevin sembari pura-pura muntah di hadapan kakak nya.

"Udah-udah, ayo makan." Ajak susi kepada kedua anaknya itu.

Keempat nya makan dengan sangat tenang. Sesekali mereka bercanda ria bersama seolah tidak akan pernah ada masalah yang dihadapi oleh masing-masing.

•••

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang