-Empat puluh enam-

33 5 0
                                    

"Kevin, bertahan!..." Parau vinka seraya mengiringi Kevin menuju UGD bersama dokter Dan suster.

Vinka hendak masuk ke dalam ruangan itu, Tetapi dihalangi suster.

"Maaf, tapi anda tidak boleh masuk"

Vinka melotot tajam. "Kenapa saya gak boleh masuk hah?! Minggir!"

Vinka mendorong suster itu hingga tersungkur ke lantai lalu Ia masuk ke dalam ruangan.

Terlihat dokter sedang membersihkan semua darah Kevin. Vinka hampir saja melangkah, jika tidak ada tangan yang langsung menarik nya.

Plak!

"Dasar wanta murahan!" Hina chelsea sembari menjambak rambut vinka dengan kuat.

Vinka meringis. "Lepas!" Vinka mendorong tubuh chelsea agar menjauh dari rambut nya yang sudah basah kuyup.

"Kamu apakan hah anak saya?!" Teriak gerald dengan tatapan nyalang membuat vinka sedikit takut.

Disana sudah ada Gerald, susi, chelsea beserta anton Dan Riyan.

Sedangkan susi hanya menangis meraung seraya melihat pintu UGD yang sedari tidak terbuka.

"Sudah dad, ini rumah sakit" Riyan menangkan gerald yang tampak berkilat emosi.

"Jawab heh! Ini kamu kan yang buat Kevin kaya gini?! " Chelsea tak henti-henti nya menuding vinka sebagai pelaku dari penabrakan Kevin.

"Jaga bicara lo!" Suatu suara membuat mereka menoleh ke belakang. Sekar. Ia datang bersama Indra Dan Ratna. Sedangkan kamila dititipkan di rumah tetangga.

"Vinka!" Pekik Ratna Dan langsung berlari memeluk vinka dengan erat.

"Kamu gak papa?" Lanjut Ratna tampak khawatir. Vinka hanya menggeleng lemah.

"Oh jadi ini ibu dari wanita miskin itu?" Chelsea tertawa mengejek sambil menunjuk vinka.

"Mulut lo itu bisa diam gak?" Sekar menyahut dengan kesal.

"Gak usah ikut campur!" Balas Chelsea dengan nada marah.

Sekar tertawa keras. "Bukan nya lo ya yang ikut campur? Gua tanya, lo siapa nya kevin?"

"Gue calon istri kevin!"

Sekar pura-pura terkejut. "Oh ya? Kok calon nya musisi terkenal, kaya ga punya hati nurani yaa. Emmm plus gak punya ini!" Sekar menunjuk pelipis nya yang berarti tidak punya otak.

Chelsea tersulut emosi. Darah di Kepala nya sudah mendidih. Ia langsung mengayunkan tangan nya ke udara, berniat untuk menampar bibir sekar yang sudah kelewat batas.

"Jangan kasar. Inget, lo juga wanita." Ujar Riyan tegas seraya menangkis tangan Chelsea yang hendak menampar sekar.

Sedangkan sekar hanya tersenyum bangga melihat ekspersi Chelsea yang tampak gelagapan.

"Jangan belain dia kak, aku ini adik ipar kakak" Bela Chelsea pada diri nya sendiri.

Riyan berdecih. "Emang gue kakak lo?"

"Riyan!" Suara lantang gerald memperingati Riyan agar menjaga sopan santun.

Riyan hanya mengagguk patuh tanpa mengurangi kadar kenyalangannya.

"Om gerald, wanita itu gimana kalau kita ceblosin ke penjara!" Ucap Chelsea semangat membuat semua orang kaget tak terkecuali vinka.

"Apa-apaan sih maksud lo hah?!" Teriak sekar emosi.

Chelsea tidak menghiraukan umpatan sekar, Ia terus melihat gerald dengan tatapan penuh harap.

"Vinka itu Korban! Bukan pelaku!" Bela Ratna dengan suara parau.

"Kenapa lo yakin banget kalau vinka yang buat Kevin kaya gini? Atau jangan-jangan lo pelaku nya?" Ucapan riyan membuat semua orang terkejut. Apalagi Chelsea yang sudah panas dingin.

Sekar mendongak menatap riyan tak percaya. "Itu mungkin terjadi.." Lanjut sekar.

"Kok kalian jadi nyalahin gue? Jelas-jelas pelaku nya tuh vinka!"

"Kalian punya bukti hah? Kalo gue yang nyebabin Kevin kaya gitu?" Lanjut Chelsea berusaha berani.

"Dan lo punya bukti, kalau vinka yang  sebabin Kevin kaya gitu?" Tanya sekar dengan enteng.

Chelsea bungkam.

"Lo mau bukti sea? Oke. Gue Dan sekar bakal nyari bukti siapa yang jadi pelaku untuk kejadian ini semua!" Ujar Riyan lantang Dan tegas.

Sekar tercengang.

"Dan gue pastiin, bahwa vinka gak bersalah. Dan lo sea, gue yakin bahwa lo dalang dari semua ini!" Lanjut Riyan sungguh-sungguh.

"Sudah! Jangan Salahin anak saya terus!" Anton angkat bicara dengan suara marah.

"Kita akan tau seminggu ini. Siapa pelaku yang sebabin Kevin seperti ini" Kata Riyan tak peduli ucapan Anton.

Riyan menarik tangan sekar agar menjauh dari semua orang tersebut.

❣❣❣

"Lepasin Yan!" Sekar berusaha melepas ikatan tangan di pergelangan nya karena ulah Riyan.

Akhirnya, Riyan melepas tangan nya saat benar-benar keluar dari rumah sakit.

Sekar mendongak, menatap Riyan dengan tatapan kesal. "Yan, lo yakin kita bakal dapet bukti selama seminggu ini?" Tanya Sekar yang berpikir mustahil mendapati bukti dalam kurun waktu seminggu.

Riyan duduk di sebuah kursi panjang yang tersedia di luar rumah sakit. "Kita coba kar. Dan gue yakin, kita bakal dapat itu bukti dalam waktu yang cepat. Bahkan kurang dari seminggu" Ucap Riyan sungguh-sungguh.

Sekar ikut duduk di samping Riyan. "Kenapa lo yakin banget buat nolong vinka? Apa lo....." Sekar menjeda kalimat nya.

"Lo masih cinta sama vinka?" Tanya Sekar pelan.

Riyan tampak tak peduli dengan pertanyaan Sekar. Hingga beberapa menit diliputi hening, Riyan angkat bicara.

"Gue gak cinta lagi sama dia. Untuk apa mencintai dia kalau yang di cinta malah mencintai orang lain. Gue gak sebodoh itu kar."

Sekar tertegun.

"Karna yang gue perjuangi, ada di samping gue." Lanjut Riyan.

❣❣❣

Hanya Sebatas PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang