Naura duduk tak tenang diboncengan belakang. Memeluk kuat tas berisi sweater yang nantinya akan diberikan pada Danial. Lelaki itu sibuk nyetir. Menuruti Naura yang katanya ingin berkeliling sebentar.
"Mau jajan nggak Ra?" Tanya Danial. Lelaki itu agak memundurkan kepalanya ingin mendengar jawaban Naura.
Gadis itu masih gelisah. Berdehem sebentar lalu menjawab dengan agak berteriak, "enggak."
Terlihat bahwa Danial mengangguk paham. "Engh, Al gue ada mau ngomong."
Danial menoleh sesaat, "apaan?"
"Jujur gue orangnya baperan."
Hening.
**
Membuka kulkas bening disalah satu supermarket. Mengambil salah satu soda sembari menatap hape memberi tau posisinya kepada Naura. Setelah membayar, gadis dengan celana panjang hitam itu keluar. Duduk dimotor masih memandangi hape.
Menoleh datar begitu motor berhenti di sampingnya. Wajah keduanya nampak berbeda. Danial yang tampak tak enak sedangkan Naura yang hampir menangis. Gadis itu langsung masuk entah membeli apa.
"Kenapa?" Tanya Embun sembari melirik supermarket. Danial menggeleng sekali. Mengalungkan tali tas pemberian Naura dilehernya.
Embun menunduk, tersenyum sinis lalu mendongak menatap Danial dengan senyum lebar. Menyodorkan minuman kalengnya yang langsung diterima oleh Danial. Menegak dengan agak rakus.
"Jangan diabisin setan gue minum baru sekali itu," tegur Embun. Danial nyengir. Cengiran lucu yang lagi lagi membuat Embun tersenyum sinis.
Begitu Naura keluar, Danial langsung pamit pergi. Sungguh demi apapun Embun tak mampu menahan senyuman menghina untuk Naura. Gadis itu diam. Menunduk memasukan uang ke dalam dompet dengan agak terburu buru.
Sebenarnya Embun prihatin, tetapi ini sudah ia duga. Tidak ada yang mau melibatkan cinta dalam pertemanan, kecuali dia sudah siap menerima kecanggungan.