30. Remeh Dia Mah

10 1 0
                                    

Embun kekenyangan. Badannya juga kedinginan. Menyusul Bintang yang sudah rebahan di ruang tengah. Lagi lagi memakai lengan Bintang sebagai bantal.

"Kayak pacar aja sih," cetus Bintang tiba tiba.

Embun mendongak lalu memejam sesaat, "kan kayak."

"Hm!"

"Ish minggir nggak lo!" Kesal Bintang. Tangannya sudah mati rasa karena terlalu lama digunakan bantal. "Mati rasa tangan gueeee."

Embun bangun dengan sendu, "hm, kayak hati gue mati rasa," katanya alay. Berlalu menghampiri Danial yang duduk dikursi sembari main game. Lelaki itu seakan tak ada kerjaan lain.

Menyusup dibalik tangan Danial yang terbuka, "ya elah noob," ejeknya begitu melihat permainan Danial.

Lelaki lucu itu mengumpat, tetap melanjutkan main dengan Embun di depannya. "Lo pake shampo apa, Mbun?" Tanya Danial tiba tiba.

"Napa? Wangi kan?" Embun balik bertanya dengan PD. Danial mendecih.

"Sumpah Embun duduk depan gini gue ngomong jadi hati hati, takut muncrat," keluh Danial, Javas tertawa pelan sedangkan Embun nyengir sembari mendongak menatap Danial yang langsung ditepis lelaki itu.

"Nggak papa, muncratin aja," sahut Javas ambigu. Embun langsung bersorak. Menjauh dari mereka yang tertawa.

"Kenapa, Mbun?" Tanya Naura begitu temannya itu duduk di sampingnya.

Embun menggeleng, "temen temen lo tuh, sinting."

Naura tersenyum tipis. Buang muka, ia melihat apa saja yang dilakukan Embun di dalam. Rasanya ia agak cemburu, kenapa Embu bisa dengan mudah melakukan hal itu. Kenapa lelaki lelaki itu tidak menolak.

Ia ingin seperti Embun, gadis yang terasa bebas dan tidak mudah baper. Atau pada sikap gadis itu yang bodoamat sehingga bisa melakukan apa saja tanpa pikir panjang. Dia seringkali berkata kasar atau dingin padanya, tetapi Naura tau Embun tak mungkin berfikir apakah ia sakit hati atau tidak.

Embun Naraya itu, gadis paling bodoamat yang pernah ia lihat.

"Apa sih yang lo rasain waktu deket mereka?" Tanya Naura, walau tau jawabannya tetapi ia ingin dengar langsung.

Embun menaikkan kedua alisnya remeh, "biasa aja lah." Jawabnya santai.

Naura terkekeh miris, kenapa ia tidak bisa biasa saja seperti Embun?




FRIENDSHIP✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang