Lelaki dengan rambut lebat itu tersenyum tipis lalu merengek. Menatap layar hape yang menampilkan history pesan demi pesannya dengan Naura. Ia bingung harus apa. Melirik sweater abu abu yang digantung di dekat pintu dengan bibir manyun. Sudah ia coba, dan tentu saja suka. Gadis itu seolah tau apa saja yang ia suka.
Menekan nekan layar hape, menempelkan ditelinga dengan tak semangat.
"Jav, si Naura baper sama aing," adunya begitu deringan berhenti berganti dengan suara Javas yang terpotong.
"Kenapa bisa?"
Danial manyun lagi sembari melirik sweater. Merengek tak jelas merasa gundah. "Ga ngerti anjing, dia ngasih kado terus ngajak gue muter muter sinting taunya dia bilang baper."
Terdengar diseberang Javas menghela nafas, "terus?"
"Ya aing diem lah, sepanjang jalan nggak ngomong apapun kampret," jawab Danial kesal.
"Ya elu ngapain chating sama dia nyet sekarang baper pusing kan lu," jawaban Javas malah membuatnya semakin merengek lalu mematikan dengan sepihak.
Javas menatap layar hapenya dengan sinis. Berguling ke kiri menatap aquarium kecil disudut ruangan dengan lampu kecil berwarna biru.
"Anjing!"
**
Setelah menerima pesan dari tetangganya, Embun berlari kecil menuju rumah yang tak jauh dari rumahnya bersama Naura yang tadi masih di teras rumahnya. Terlihat dari luar rumah itu ramai dengan beberapa tawa dan genjrengan gitar.
"YOSH!!" teriaknya sembari menggebrak pintu.
Embun nyengir. Melompat ke ranjang kecil yang ada di dekat pintu lengkap dengan kasur, bantal, guling dan selimut khas lelaki alias sarung. Disana ada empat orang lelaki dan satu perempuan.
"Weh si Al, gimana kado?" Tanya Embun bisik bisik pada Danial. Duduk mepet di samping lelaki yang terlihat berwajah suram. Lelaki yang tadi menelpon menyuruhnya datang.
Sedangkan Danial hanya melirik. Tak lama, Naura yang duduk lesehan sembari bermain kartu itu pergi dengan dua lelaki lainnya. Tertinggal Embun, Danial dan dua orang.
"Bapak lu kemana Mbun?" Tanya lelaki yang tadi bermain gitar. Lelaki berumur kepala dua itu adalah tetangganya.
"Rumah kali," jawaban asal dari Embun membuat si lelaki yang bertanya melempar bantal dengan kesal. Tak lama Danial pergi karena Javas memaksanya menemani ke warung. Tadi memang mereka sudah berjanji akan membuat mie instan jika Embun datang.
"Woi woi ngedeket," gadis rumpi itu, Della. Jika ia sudah duduk mendekat serta meletakan hape, berarti ada gosip yang akan dibahas.
Embun mendekat dengan tertarik, "apa apa apa?" Tanyanya semangat.
"Naura suka sama Danial," suara bisikan pelan yang bahkan mampu membuat jantung Embun berdegup kencang. Bagaimana dia tau?