07. Salah Sasaran

8 1 0
                                    

Embun diam. Minjae diam. Bintang diam. Javas diam. Danial diam. Mereka diam. Bahkan bang Theo -abangnya Bintang- juga diam. Hening sekali. Mereka disatu ruangan tetapi terpisah oleh hape masing masing.

"Orang orang laknat ketemuan tapi sibuk main hape," karena suara khas lelaki mereka semua menoleh kompak menatap asal suara. Ada lelaki tinggi kekar yang terlihat merekam dari kamera hape.

Lelaki itu tertawa karena semuanya menoleh kompak lengkap dengan wajah bingung.

"Kedah kedih asu," tambah lelaki itu dengan umpatan kasar. Embun tertawa sendiri melihatnya.

"Apaan," Bintang melengos. Kembali menatap hape. Yang lainnya jadi mengikuti kecuali Minjae yang beralih memegang gitar.

"Embun kalau gue bilang nyanyi, nyanyi ya," titah Minjae. Embun nyengir, dengan senang hati meletakan hape sibuk berdiskusi akan bernyanyi apa.

Javas beralih menjadi rebahan. Sedangkan bang Theo pergi ke dapur membuat kopi. Tiba tiba Danial datang. Duduk selonjoran di samping Embun yang ancang ancang mengambil lirik pertama. Lelaki itu beralih duduk menekuk kedua kakinya ke atas menumpu dagu menatap fokus Embun. Pikirannya melayang, memikirkan Naura. Dia tidak menyukai Naura tentu saja, tetapi gadis itu terlanjur baper padanya.

Dulu dia hanya iseng bertanya beberapa hal lalu berlanjut chat dengan topik apa saja, dulu hal itu sangat menyenangkan. Dulu tanpa sungkan ia bisa tidur dipaha Naura dengan nyaman, menarik tangan mungil gadis itu supaya mengelus kepalanya. Dulu dia bisa bercanda dan bermain apapun tanpa ragu. Tapi sekarang, hanya dengan satu ruangan pun rasanya ia tak kuat.

Gadis itu benar benar membuatnya sefrustasi ini. Apakah Naura juga frustasi seperti dirinya?

"Lu ada pacar nggak sih?" Tanya lelaki itu tiba tiba pada Embun yang langsung menoleh tetapi masih menyanyi hingga lirik akhir. Javas dan Bintang bahkan sampai menoleh.

Embun diam setelah menyelesaikan lagunya. Dia menatap Minjae yang tampaknya juga menunggu jawaban. Lelaki ini dari awal sudah mencuri hatinya, namun Embun hanya sekedar kagum karena dia tinggi.

"Engh...." Embun menggeleng pelan masih ragu, "Jae, lu mau nggak jadi pacar gue?" Tanyanya frontal. Mereka yang sedari tadi menunggu jawaban mendecih terutama Minjae.

Tak lama Embun manyun, "gue ditolak Al, artinya gue nggak ada pacar," katanya memberi jawaban pasti. Mengambil alih gitar dipangkuan Minjae bertanya tanya kunci gitar dengan acuh tak sadar dengan tatapan para lelaki.

"Gue belum jawab padahal," sahut Minjae santai.

FRIENDSHIP✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang