19. Bintang Benda Langit

8 1 0
                                    

"Anak komplek kan?" Tanya Embun. Gadis yang kini sudah memangkas rambutnya hingga bahu itu menumpu dagu menatap Naura yang tampak terkejut.

"Sia tau?" Naura malah balik bertanya. Lalu meringis kecil begitu Embun menggebrak meja dengan tatapan tak percaya.

"Siapa sih? Cepat bilang," desak Embun.

"Engh....." Naura ragu. Menatap Embun dengan sorot mata seolah berkata 'boleh gue nggak ngomong?' Atau 'kasih gue opsi'.

Sedangkan gadis berkaos oversize putih serta celana panjang itu duduk tegap menanti dengan tak sabar kalimat menggantung Naura.

"Siapa weh?" Tanya Embun lagi. Agak maju bersiap telinga supaya saat Naura mengatakan nama lelaki itu ia dengar.

"Bintang."

"Woi lah!" Embun reflek menyahut tak percaya. "Bintang adeknya bang Theo? Si dingin kasar itu?"

Naura mengangguk.

"Yang rumahnya depan rumah gue serong dikit itu kan woi?" Naura mengangguk lagi. Menatap cemas reaksi Embun yang sudah ia duga.

"Kaget kan lo? Gue aja kaget anjing emang," kasar sekali. Gadis mungil itu dulu tak pernah mengumpat. Tetapi entah kenapa akhir akhir ini umpatan seperti keluar dengan bebas dari bibirnya.

"Anjeng gue.....bentar kasih gue waktu buat tercengang," Embun menatap Naura tak percaya, "ini serius?"

Naura mengangguk yakin. "Lo inget waktu gue sama yang lain masak di rumah Bintang? Gue ke dapur nih mau ikutan goreng ikan. Tapi gue masih dideket kulkas, eh si Bintang dateng ya gue recokin dong kayak biasa tiba tiba dia ngelus kepala gueeee setan apa maksudnya?"

Terlihat dari cara bicara Naura yang menggebu gebu, Embun jadi berfikir dua kali untuk menganggap Naura halu. Tapi rasanya untuk seorang Bintang si benda langit nan jauh disana, sangat tidak mungkin mengelus kepala teman perempuan yang tidak spesial. Lelaki itu terlalu kasar untuk hal romantis seperti itu.

"Terus lo inget yang kita ke atap terus kalian sibuk poto?"

Embun mengangguk.

"Gue kan duduk nih di depan Bintang, dia main hape tuh gue ambil terus gue kasih saku. Dia nggak berani ambil kan? Terus dia pergi nyusul Danial sambil ngelus gemes kepala gue. Sebenernya ngacak sih, tapi yang gemes gitu bukan marah. Lo paham nggak?"

Embun terlalu terkejut untuk mencerna semua kalimat rumit yang dikatakan Naura. "Enggak, plis jelasin lebih ringan dan lebih masuk akal."



FRIENDSHIP✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang